Semuanya mencari Aidah kemana-mana hingga malam hari, Aidah pun tidak ditemukan dimana keberadaannya, bahkan IT yang disuruhnya pun tak dapat menemukan keberadaan Aidah saat ini. Terlebih lagi nomor yang Aidah gunakan bukan lagi nomor dulu, sehingga mereka tak ada seorangpun yang dapat menghubungi Aidah.
Ruang Keluarga
"Hah, sudah Nenek sudah capek cari dia seharian tidak ketemu-ketemu! Nenek mau istirahat dulu, yang lain lanjutkan carinya!" kata Nenek lalu bergegas ke kamarnya.
"Ah iya, Bella baru ingat tadi kan Bella sama Mama belanja di Mall disitukan Bella ketemu sama Aidah. Bagaimana kalau besok kita ke Mall itu lagi setidaknya kita bisa dapat informasi walaupun sedikit tentang Aidah!" usul Bella.
"Hah baiklah, kalau begitu kita besok saja lanjutkan carinya. Aku juga sudah capek banget, mau istirahat dulu" ucap Bastian lalu bergegas juga ke kamarnya untuk istirahat.
"Baiklah, semuanya kita istirahat dulu! besok baru kita cari lagi" ucap Papa Bastian.
"Iya Pa, Mama juga udah capek banget. Ayo istirahat dulu!" kata Mama Bastian lalu menggandeng suaminya untuk pergi istirahat.
Begitupun yang lain ikut untuk istirahat terlebih dahulu.
Kamar Orangtua Aidah
"Dasar anak itu yah!! dimana dia sebenarnya sih! kenapa susah sekali di dapatnya. Kalau sampai dia tidak ditemukan bisa-bisa jadi miskin kita!!" omel Mama Aidah dengan nada kesalnya.
"Kamu kenapa sih Ma! lagian yah kalau Aidah ditemukan kamu fikir anak kita bisa membayar semua biaya kerugiannya apa!!" ucap Papa Aidah yang merasa kesal sekaligus jengkel mendengar istrinya selalu menyalahkan anaknya sendiri.
"Ck ya dia kan bisa diskusi lah Pa sama Perusahaan A'Lew itu supaya tidak membatalkan kerjasamanya! bukankah sebelumnya dia juga dengan mudahkan kerjasama dengan perusahaan itu, lagian anak kita cantik Pa siapatahu bisa memikat pemimpin disana, supaya kita tidak ditindas seperti ini lagi Pa!!" omel Mama Aidah.
"Astaghfirullah Ma!! Mama ngomong apasih tambah hari tambah aneh aja! dia itu anak kita Ma! masa Mama tega berkata seperti itu untuk anak kita!!" kesal Papa Aidah sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya.
"Apasih Pa, Mama ngomong kenyataan juga supaya dia jadi anak bisa bermanfaat juga untuk orangtuanya! ini tidak ada bakti sama sekali sama orangtuanya, kita sudah capek-capek membesarkannya eh sekarang dia malah lebih pilih si miskin itu. Cobanya kita lahirin anak laki-laki pasti kita tidak usah susah-susah begini Pa! dan kita juga tidak perlu ditindas terus di Mansion ini!!" ucap Mama Aidah.
Papa Aidah geleng-geleng kepala mendengar penuturan istrinya, "Biar bagaimanapun dia anak kita Ma! lagian Mama di ajak tinggal sama Aidah juga nggak mau kan? berarti bukan salah Aidah yang tidak berbakti Mama aja yang-" ucapan Papa Aidah langsung dipotong oleh Mama Aidah.
"Stop Pa!! udah deh Mama capek tadi cari anak itu nggak ketemu! sekarang Papa malah omelin Mama lagi. Sudah Mama capek" Mama Aidah pun baring di kasur dengan muka masamnya.
Papa Aidah yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala, dan menghela nafasnya.
******
POV Aidah
Aku diberikan oleh suamiku sebuah kartu yang katanya bisa untuk membeli apapun yang kita inginkan itu kata Ranti art yang cukup dekat denganku di Mansion ini. Karena aku kurang percaya dan tidak berani untuk menggunakannya terlebih dahulu, jadi akupun berniat membicarakannya dahulu dengan suamiku sebab yang memberikannya adalah asisten suamiku.
Saatku dengar suara mobilnya, aku bergegas keluar dari Mansion untuk menyambut kedatangannya. Setelah melihat suamiku bersih-bersih aku bergegas mendekat, lalu menanyakan perihal kartu yang diberikan asistennya kepadaku. Dia pun menjelaskan kegunaannya kepadaku, dan yang lebih parah yang buat aku kaget adalah dia bilang kepadaku bahwa aku harus menghabiskan uang 100 juta, waw itu uang yang sangat banyak menurutku, bahkan dahulu bermimpi pun aku tak berani untuk memiliki uang 100 juta dan sekarang aku harus menghabiskan uang 100 juta perhari, aku sangat kaget mendengar hal itu. Tapi karena didesak oleh suamiku, maka aku pasrah walaupun aku bingung ingin kugunakan untuk apa uang sebanyak ini. Sebenarnya aku selalu berfikir darimana uang yang didapatkan suamiku ini, bahkan dia membeli Mansion, Mobil dan sekarang memberiku kartu unlimited ini, tapi yah aku tetap sabar saja menunggu kejujuran dan keterbukaan dia.
Keesokan harinya karena semuanya sudah di atur oleh suamiku, aku pun pergi ke Mall bersama Ranti serta supir yang mengantar kami ke Mall. Saat sampai Mall aku terpukau melihat keindahannya, sangat berbeda sekali dengan di Pasar itu perkataan ku saat pertama kalinya aku mendatangi Mall lagi setelah bertahun-tahun aku tidak ke tempat ini. Ranti pun langsung mengajakku berkeliling dan berbelanja di Mall tersebut, aku senang melihat barang-barang yang indah tapi aku agak terkejut saat melihat harga-harga barangnya yang mahal-mahal, saat itu akupun langsung berfikir ah pantas saja Mas Andrew ingin aku menghabiskan 100 juta perhari karena ternyata harga barang-barang di Mall memang mahal-mahal. Bahkan bisa saja kita mengeluarkan 100 juta hanya untuk tiga barang bahkan dua barang saja. Disitupun aku sempat berfikir, lebih enak berbelanja di Pasar barang-barangnya pun banyak hampir sama-sama walaupun pasti bahannya berbeda, tapi di Pasar lebih terjangkau harganya. Tapi yah karena aku sudah janji akan menghabiskan 100 juta, jadi aku pun berbelanja di Mall itu karena kalau aku ke Pasar mungkin seisi Pasar bisa aku belli haha aku langsung menghayal saat itu bagaimana ya kalau aku belli semuanya yang ada di Pasar kaget semua nanti, hehe karena aku sudah langganan di Pasar mereka-mereka pun yang di Pasar sudah mengenali aku.
Setelah berbelanja pakaian untuk aku dan orang-orang di Mansion, Ranti mengajak aku untuk membeli tas serta sepatu karena melihat keantusiasan Ranti aku pun hanya mengiyakan. Saat aku sedang asyik memilah-milah yang mana yang bagus dan cocok untuk aku tiba-tiba aku bertemu lagi dengan orang yang paling tidak ingin kutemui saat ini. Aku pun tidak tau takdir apa ini, padahal aku baru keluar untuk menghibur serta menyenangkan diri eh malah bertemu dengan mereka yang selalu membuat hati aku menjadi panas dan kesal. Karena aku malas untuk meladeni mereka, jadi yah aku ingin bergegas untuk pergi saja dari tempat itu karena aku tau ujung-ujungnya pasti akan terjadi keributan jika aku tidak pergi, tapi yang nyebelinnya dia malah menghalangiku padahal aku sudah ingin pergi tenang dari sana tidak ingin mencari keributan.
Dan yah seperti dugaanku mereka mengajak aku untuk ribut, awal-awal aku tidak ingin meladeni mereka karena aku malas ribut tapi mereka tambah di diemin tambah ngelunjak. Jadi deh aku terpaksa meladeni mereka yang membuat keributan di tempat perbelanjaan itu.
Aku pun sampai membalas aktingnya, setelah aku membalas aktinya dengan pura-pura menjadi orang yang disakiti yah walaupun dikenyataan itu benersih, aku ketawa dalam hati saat itu melihat wajah mereka yang merah pedam melihat tingkahku seperti orang kepedesan wkwk aku langsung bilang dalam hatiku rasain itu. Tapi dia masih saja ngotot untuk menyalahkan ku, untung saja ada manager menghentikan kala itu kalau tidak hais tidak habis-habis perdebatan kami. Tapi saat manager itu datang aku kira aku bakalan di usir dari sana, eh kenyataannya malah manager mengusir Bella dan Mamanya, sedangkan kepadaku malah sangat baik bahkan aku ingin diberikan diskon. Saat itu aku heran, tapi ya sudahlah mungkin managernya memang orangnya baik tidak memandang seseorang dari hartanya.
******
Disebuah Mansion megah, tepatnya di balkon seorang pria tengah asyik menikmati angin malam sembari menelfon asistennya.
"Bagaimana? mereka tidak mendapatkan hasilkan?" tanya sosok pria itu siapa lagi jika bukan Andrew.
"Iya Tuan, Tuan tenang saja. Saya pastikan mereka tidak akan mendapatkan apa-apa beberapa hari ini mengenai Nyonya" ucap asisten Endri.
"Baguslah, setelah beberapa hari kamu buka saja aksesnya. Aku mau lihat seperti apa tingkah mereka nanti" ucap Andrew dengan senyum smirknya.
"Iya Tuan, hah mereka benar-benar tidak tau diri Tuan" ucap asisten Endri.
"Sayang masuk, tidak baik diluar kena angin malam nanti masuk angin lagi!" teriak Aidah dari dalam kamar.
"Eh, sudah dulu En, nanti kita bicarakan lagi!" ucap Andrew.
"Eh iya Bos, baik"
tuttt tutt, Andrew pun mematikan panggilannya.
Setelah memutuskan panggilan, Andrew bergegas masuk menemui istrinya Aidah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Pier Euy
bini MC kan orng kaya ..masa kehidupan mall dan perbankan gaptek..yg nulis ank babi ya.???
2024-01-18
0
Sulaiman Efendy
INI MAMA AIDAH, BNR2 MAMA IBLIS, BKN BELAIN ANAKNYA, MLH IKUT2AN MNYALAHKN ANAKNYA, YG HERAN SI RASYA SBAGAI PAPA JUGA GK TEGAS..
2023-11-17
1
Praised94
terima kasih
2023-11-04
1