20

"Darimana saja kamu mas?

Kenapa jam segini kamu baru pulang?

Dan kenapa akhir akhir ini kamu seringkali sulit dihubungi?

ponselmu jarang aktif, apa yang sebenarnya kamu lakukan di luaran sana mas?"

Piana mencerca berbagai pertanyaan saat Alim baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, dengan bersedakep dada, Piana terus membuntuti langkah suaminya, dia geram karena Alim tidak menjawab satupun pertanyaan darinya.

"Mas, aku tanya dan bicara denganmu, jawab donk!."

Piana bicara dengan nada tinggi, emosinya mulai membuat nya mengeluarkan sifat aslinya.

Alim berhenti dan berbalik badan menatap istrinya tajam.

"Kenapa sih sekali saja kamu tidak membuat ribut dengan hal hal yang tidak penting, sekali saja kamu mengerti keadaanku, suami pulang kerja itu harusnya disambut dengan senyum, dibikinin minum dan disiapkan kebutuhannya, bukan selalu seperti ini caramu menyambut suami pulang, aku tuh capek, aku pusing, tolong jangan lagi kamu tambahi dengan ocehanmu itu."

Alim bicara dengan tegas dengan menahan emosinya, lalu berbalik melanjutkan langkah menuju kamar utama.

"Mas, mas tunggu, aku belum selesai ngomong, mas jangan egois dong, aku ini istrimu, aku berhak tau apa yang kamu lakukan."

Piana terus saja bicara dan mengikuti langkah suaminya.

Huuuuuuft, Alim menarik nafasnya kasar, ia bergeming malas meladeni ocehan Piana.

"Aku mau mandi, siapkan baju gantiku."

Piana mengerucutkan bibirnya dan menghentakkan kakinya kesal, namun tetap melakukan perintah sang suami untuk menyiapkan bantu ganti.

'Sebenarnya ada apa sih dengan mas Alim, kenapa akhir akhir ini dia seperti berubah begitu, atau jangan jangan dia memang ingin kembali sama perempuan angkuh itu, tidak aku tidak akan biarkan itu terjadi, bisa melarat lagi aku nanti, bagaimana aku bisa senang senang dengan fajar kalau aku tidak punya cukup uang lagi.'

Piana terus menggerutu sendirian duduk di pinggir ranjang menunggu Alim keluar dari kamar mandi.

"Mas,mau makan apa biar aku bikinin, tadi bibik masak soto Lamongan, kalau mas mau biar aku panasin."

aku harus bersikap baik dan jadi istri penurut, agar mas Alim kembali tunduk dan menyanjungku lagi, batin piana.

"Iya, makan yang ada saja gak papa, sekalian bikinin kopi nya juga."

Alim menatap istrinya heran, tumben tumbenan dia mau melakukan sendiri, biasanya juga pembantunya.

"Yasudah aku siapin dulu ya mas, habis ganti pakaian aku tunggu di meja makan.'

"Iya,"

jawab alim datar.

"Silahkan mas, yuk makan semua sudah siap, mas mau apa?

biar aku ambilin, ini ada perkedel kentang juga." Piana berusaha melayani suaminya dengan baik, agar bisa kembali mengambil hatinya.

"Nah gitu dong jadi istri idaman, kan kalau gini suami jadi adem dan makin sayang." balas Alim senang dengan perubahan istri sirinya itu.

Piana tersenyum bahagia dengan pujian Alim, 'akhirnya mas Alim kembali memujiku.' batin Piana senang.

"kamu tenang aja mas aku akan jadi istri penurut selama uangmu masih terus mengalir untuk kesenanganku." piana menatap alim licik.

"Makan yang banyak yaa mas, biar sehat dan kuat."

------------------

Seperti biasa, Rihana selalu sibuk menyiapkan sarapan di dapur setelah selasai sholat subuh.

"Bund, boleh Alma bantuin bunda masak?

Alma ingin bisa pintar masak, biar nanti bisa gantiin bunda masak, agar bunda tidak capek.'

"Eeeh anak bunda, udah selesai belajarnya?" karena sudah jadi kebiasaan Alma sehabis sholat subuh selalu meneruskan belajar lagi.

"Iya bund sudah, Alma sekarang ingin bantuin bunda masak, boleh kan?"

"Boleh donk sayang, sini bantuin bunda ngupas kentangnya yaa, bunda mau bikin kentang goreng dan steak kesukaan Alma."

"Wah enak itu, oke bund biar Alma bantuin biar cepat selesai."

"Iya sayang, trimakasih Yaaa."

dielusnya kepala anaknya penuh cinta.

Setelah berkutat dengan bahan bahan masakan, akhirnya beres juga dan semua masakan sudah tersaji di atas meja, dan Rihana memasukkan ke kotak makan sebagian untuk dibawa bekal Alma sekolah dan makan siang dirinya nanti di kantor.

"Yaudah, Alma sekarang waktunya berangkat sekolah dan jangan lupa ya bawa kotak bekalnya taruh dalam tas, nanti pulang sekolah budhe seperti biasa yang akan temani Alma dirumah sampai bunda pulang kerja."

"Siap bund, Alma berangkat dulu yaa

Asalamualaikum."

sambil meraih tangan bundanya Salim.

"Waalaikumsallm, hati hati ya nak."

setelah kepergian Alma, Rihana siap siap untuk berangkat ke kantor.

"owh iya montorku kan kemarin di bawa Farida."

Rihana mangambil gawainya menelpon Farida untuk memintanya menjemput ke rumah.

"Halo Assallamuallaukum da, udah berangkat belum?

jangan lupa jemput aku yaa, kita bareng ke kantornya."

"Waalaikumsallm, iyaa ini udah mau berangkat, kamu tunggu aja, lima belas menit aku sampai, tapi ngomong ngomong kamu nggak di jemput pak bos yaa?"

"Apaan sih kamu, nggak usah bikin gosip yaa, kemarin itu kebetulan aja kok, karena memang ada yang harus dibahas."

"Aaah masa sih, gak percaya deh, secara aku dengar, pak bos ada bilang ingin lebih Deket dengan Alma anak kamu, cieeeee uhuk uhuk." Farida menggoda Rihana, terdengar suara cekikikan di ujung sana.

"Sudah aah jangan ngomong macam macam, awas ya kalau sampai kamu nyebar gosip yang nggak nggak, buruan gih entar kita telat."

"Iya iyaaa, bawel amat sih."

Rihana mematikan panggilan nya, dan berjalan keluar menunggu sahabatnya itu datang dengan duduk di kursi teras depan rumahnya.

Baru saja, Rihana mendaratkan bokongnya ke kursi, dilihatnya Alim berjalan menuju ke arahnya.

'Mau apa lagi mas Alim datang pagi pagi, apakah dia tidak pergi kerja?

rasanya muak dengan semua tingkahnya, egois dan tak pernah merasa bersalah dengan semua kesalahannya, semakin lama semakin semaunya.'

"Ada apa mas, ada keperluan apa pagi pagi kamu sudah datang kemari?"

Rihana menatap mantan suaminya tak suka.

$Aku hanya ingin menemui calon istriku, apa itu salah?"

Alim menyunggingkan senyum tak tau malunya.

"Apa?

Jangan ngimpi kamu mas, siapa juga yang mau jadi istrimu, dan jangan lagi terus terusan menggangguku, urusi saja keluarga barumu."

"Kamu cemburu kan, kamu iri melihatku dengan Piana bahagia, makanya jangan sok nolak gak mau tawaranku untuk rujuk, aku tau kamu masih cinta sama aku."

"Mas, mas kapan sih kamu sadar?

Perlu kamu tau yaa, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau kembali sama kamu, ingat itu baik baik, tidak akan pernah."

Rihana mengucapkannya dengan penuh penekanan agar mantan suaminya itu paham.

"Jangan sombong kamu, harusnya kamu itu bersyukur karena aku masih mau menerimamu lagi, kalau bukan aku siapa lagi yang mau dengan janda yang di tinggal suaminya kayak kamu."

Alim mengatakan dengan penuh ejekan.

"Saya.....

saya yang akan menjadikan Rihana istri dan memuliakannya sebagai perempuan, saya yang akan memberi kebahagiaan dan cinta untuknya."

tiba tiba Dimas muncul dan menimpali kepongahan Alim, seketika Rihana membeku dan masih tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Alim membalikkan badan, dan di tatapnya Dimas dengan nyalang.

"Siapa kamu,:apa belum cukup dengan peringatan saya kemarin ?"

Alim bicara dengan emosi yang membuncah, api cemburu membakar jiwa lelakinya.

"Saya calon suami Rihana, kami akan menikah dalam waktu dekat, jadi jangan pernah lagi ganggu calon istriku, apa anda mengarti?"

Dimas bicara tegas dengan pandangan tajam ke arah alim.

Alim diam membeku di alihkan pandanganya ke arah Rihana, mencari jawaban dari ucapan Dimas.

"Rihana, mulai sekarang saya yang akan antar jemput kamu, karena saya nggak mau ada yang mengganggumu, kita berangkat sekarang."

Dimas menghampiri Rihana dan menggandengnya untuk menuju mobilnya.

Di balik pagar Farida menyimak semua obrolan sambil senyum senyum.

'akhirnya Hana menemukan laki laki yang siap melindunginya dari laki laki tak tau diri macam mantan suaminya itu, rasanya aku ikut senang dengan ini semua.' Farida senyum senyum sendiri sampai tidak sadar kalau ada dua insan yang sedang memperhatikannya.

"Farida, ngapain senyum senyum sendirian disini?."

tegur Dimas dengan gaya cueknya,.

"eeehm anu pak ituu..." Farida gelagapan grogi karena ada bosnya.

"Yasudah sekarang kamu berangkat aja sendiri, karena Rihana berangkat dengan saya."

"Baik pak, kalau begitu saya permisi."

"Hmmmm,"

Dimas hanya menjawab dengan deheman yang makin membuat Farida salah tingkah dan melajukan motornya kembali.

Alim masih terpaku menatap kepergian Rihana dan Dimas dengan hati kacau, kedua tangannya mengepal, nafasnya naik turun menahan amarah.

"Aaaaarggh..."

Alim berteriak dan luruh bersimpuh menyesali kebodohannya.

Sekarang sudah tidak ada lagi celah untuknya kembali,Rihana akan menikah dengan laki laki itu.

"Aaarrggh sialan......."

Episodes
1 Tamu tak diundang
2 penyesalan yang terlambat
3 menyesal
4 kecurigaan Piana
5 kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6 Piana datang lagi
7 kegusaran Piana
8 kecewa
9 perjalanan dinas
10 PoV Dimas
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 sudah jatuh tertimpa tangga
25 selepas derita akan ada bahagia
26 26
27 bukan penyesalan tapi keegoisan
28 pelarian piana
29 aku atau kamu yang akan lebih menderita
30 tertangkapnya piana
31 menikah
32 maafin ayah nak
33 kegaduhan
34 test DNA
35 menggantungkan cerita
36 bab akhir
37 Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38 TDMS 2
39 TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40 TDMS 2 Piana lagi
41 TDMS 2 Bikin Ulah
42 TDMS 2 Di jodohkan
43 Rokayah vs Piana
44 pergulatan Piana dg Rokayah
45 POV Piana
46 kena omel suami
47 Lomba lari
48 lingerie
49 bertemu Piana di mall
50 Bertemu mantan suami
51 Bulan madu dirumah
52 POV Alim
53 Alma bertemu safitri
54 baju kembaran
55 Belajar menerima
56 Melamar
57 permainan Piana
58 minta rumah
59 Rencana Melati dan anak anaknya
60 seserahan
61 awal yang baru
62 tidak ada kesempatan lagi
63 membuang permata hanya demi batu kali
64 imitasi
65 mengantar undangan pernikahan
66 kedatangan Piana
67 Pernikahan Alim
68 memancing emosi
69 balasan Safitri untuk hinaan Piana
70 kalah langkah
71 pembalasan Melati
72 amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73 Tak dapat apa apa
74 Uang di dalam koper
75 Sorot dendam
76 Tidak terima
77 Pergi saja
78 Tidak dianggap
79 perempuan malas
80 perseteruan mertua dan menantu
81 cinta karena terbiasa
82 wanita itu siapa, Mas?
83 Vidio
84 berhasil
85 Meminta maaf
86 Sama sama salah
87 Rasain
88 Amarah Rudi
89 kepulangan Beni
90 buka usaha bengkel
91 Piana terusir
92 Sakit hati Piana
93 Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94 bela saja mama kalian
95 Rudi menemui Melati
96 kerasnya hati
97 Tidak bisa berubah
98 Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99 kakak bertanggung jawab
100 Dipecatnya Rudi
101 Permintaan maafnya Rudi
102 Menyesal
103 POV Melati
104 Ayura putri Seno
105 Ending
106 Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Tamu tak diundang
2
penyesalan yang terlambat
3
menyesal
4
kecurigaan Piana
5
kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6
Piana datang lagi
7
kegusaran Piana
8
kecewa
9
perjalanan dinas
10
PoV Dimas
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
sudah jatuh tertimpa tangga
25
selepas derita akan ada bahagia
26
26
27
bukan penyesalan tapi keegoisan
28
pelarian piana
29
aku atau kamu yang akan lebih menderita
30
tertangkapnya piana
31
menikah
32
maafin ayah nak
33
kegaduhan
34
test DNA
35
menggantungkan cerita
36
bab akhir
37
Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38
TDMS 2
39
TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40
TDMS 2 Piana lagi
41
TDMS 2 Bikin Ulah
42
TDMS 2 Di jodohkan
43
Rokayah vs Piana
44
pergulatan Piana dg Rokayah
45
POV Piana
46
kena omel suami
47
Lomba lari
48
lingerie
49
bertemu Piana di mall
50
Bertemu mantan suami
51
Bulan madu dirumah
52
POV Alim
53
Alma bertemu safitri
54
baju kembaran
55
Belajar menerima
56
Melamar
57
permainan Piana
58
minta rumah
59
Rencana Melati dan anak anaknya
60
seserahan
61
awal yang baru
62
tidak ada kesempatan lagi
63
membuang permata hanya demi batu kali
64
imitasi
65
mengantar undangan pernikahan
66
kedatangan Piana
67
Pernikahan Alim
68
memancing emosi
69
balasan Safitri untuk hinaan Piana
70
kalah langkah
71
pembalasan Melati
72
amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73
Tak dapat apa apa
74
Uang di dalam koper
75
Sorot dendam
76
Tidak terima
77
Pergi saja
78
Tidak dianggap
79
perempuan malas
80
perseteruan mertua dan menantu
81
cinta karena terbiasa
82
wanita itu siapa, Mas?
83
Vidio
84
berhasil
85
Meminta maaf
86
Sama sama salah
87
Rasain
88
Amarah Rudi
89
kepulangan Beni
90
buka usaha bengkel
91
Piana terusir
92
Sakit hati Piana
93
Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94
bela saja mama kalian
95
Rudi menemui Melati
96
kerasnya hati
97
Tidak bisa berubah
98
Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99
kakak bertanggung jawab
100
Dipecatnya Rudi
101
Permintaan maafnya Rudi
102
Menyesal
103
POV Melati
104
Ayura putri Seno
105
Ending
106
Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!