Sejak pertama kali bertemu pak Dimas di acara penyambutan pimpinan baru perusahaan, kenapa aku merasa ada yang aneh dengan beliau.
Dari cara pak Dimas memandang.
Dan yang lebih membuatku tidak paham adalah saat Reni sekertaris pak Dimas, memberitahu kalau aku diminta menemani pak Dimas rapat ke kantor cabang di malang.
Masak iya, karyawan bagian HRD harus menemani rapat luar kota? aneh saja menurutku.
Bukankah itu harusnya tugas Reni, selaku sekertarisnya?
tapi kenapa justru aku yang ditunjuk untuk melakukan perjalanan dinas kesana, tapi bagaimana aku menanyakan ini pada beliau, nanti bisa bisa justru, aku dianggap tidak bisa profesional dalam pekerjaanku, duh Gusti kenapa jadi ribet gini sih.
Rihana mengusap wajahnya gusar.
Kenapa kok aku yang harus pergi menemani bos baru yang notabennya anak dari pemilik perusahaan, duh kenapa pertanyaan ini terus menari nari di otakku?
Waktu aku tanyakan ke Reni , dia bilang tidak tau menau soal ini.
Dia hanya diminta untuk mengerjakan apa yang diperintahkan, itu aja.
atau jangan jangan Reni tahu tapi sengaja tidak mau memberitahuku, huuuuuf kenapa aku jadi pusing sendiri begini sih.
"Aku juga tidak tau han, aku hanya sekedar menyampaikan apa yang disuruh bos kita.
Mungkin pak bos naksir kali sama kamu han."
Goda Rina padaku, saat menanyakan perihal tentang kenapa harus aku yang menemani bos ke malang.
"Cie ciee ada yang ditaksir bos ini Yee."
Farida ikut menggodaku.
"Apa'an sih kalian.
Nggak lucu deh bercandanya." jangan sampai ke absurtan mereka terdengar pak Dimas, bisa berabe nantinya.
"Iih siapa yang bercanda."
jawab Rina sambil berdiri tepat di hadapanku dengan meletakkan kedua tangannya di meja kerjaku, menyebalkan sekali temanku satu itu, ada orang pusing justru sibuk meledek dengan candaan yang nggak jelas.
"Terserah kalian lah, mau mikirnya apa.
Yang jelas, itu tidak mungkin sama sekali, secara aku ini sudah tidak muda lagi.
Dan punya anak gadis, masa iya seorang bos yang kaya dan ganteng naksir janda kayak aku, jangan bicara yang aneh aneh, nggak enak di dengar karyawan lain, nanti bisa bisa jadi bahan omongan orang sekantor, tambah ribet urusannya."
"Janda herang tapi, hahahaaa."
Rina pun tertawa dan berlari kecil kembali ke ruangannya.
Aku hanya bisa geleng geleng kepala dengan tingkahnya itu, di keselin bukan malah diam, tapi justru semakin ngawur bicaranya, awas saja kalau sampai aku dengar ada gosip aneh aneh tentangku, pasti dalang dibalik itu kalian,huuuuft.
Aah masa iya, pak Dimas menyukaiku?
nah kan, aku ikut ikutan kena omongan ngawurnya si Rina, duuh Gusti.
Haduh Rihana, mikir apa sih kamu!!
Sambil ku benamkan wajah ini di balik kedua telapak tanganku.
Tapi, entahlah kenapa aku merasa pernah bertemu pak Dimas sebelumnya, tapi dimana, otakku terus bekerja mengingat kejadian yang pernah lewat.
Sepertinya tidak asing dengan suaranya, matanya.
Tapi siapa, dimana?
Aaah kenapa aku jadi kepikiran terus sih.
Mungkin nanti aku akan coba bertanya dengan beliau, agar rasa penasaranku tidak terus mengganggu pikiran ini.
'Suara itu, mirip dengan seseorang.
Orang yang selalu membuatku nyaman dengan perhatian perhatian kecilnya.
Dimas Adiwijaya, laki laki yang dulu selalu menyanyikan lagu untukku, saat aku sedang duduk sendirian di taman kampus.
Dimana kamu sekarang?
Bagaimana kabarmu dim?
sejak aku menikah, kamu seperti hilang ditelan bumi.
Semoga kamu bahagia dengan keluargamu saat ini.
Ya Alloh, kenapa tiba tiba aku memikirkan Dimas.
Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi dengan suasana dan keadaan yang berbeda.'
#rindu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments