12

"Montor kamu aman dikantor, tidak usah khawatir."

Aku hanya bisa mengiyakan dan mengikuti apa yang sudah jadi keputusan atasan.

Meskipun banyak sekali pertanyaan yang sedari tadi mengganggu pikiran ini.

Saat di mini market tadi, pak Dimas menyebut nama Alma.

Darimana beliau bisa tau nama gadisku.

Secara aku tidak pernah bicara apapun tentang kehidupan pribadiku dengannya.

Aku mulai menebak nebak dengan prasangkaku sendiri.

Aah kenapa ini membuatku merasa tidak nyaman.

Tuhan....

Aku mohon tetap jaga kewarasan hati dan pikiran ini dari prasangka yang dapat mengotori jiwaku.

Ku arahkan pandangan kesamping dengan pikiran dan hati yang tak menentu.

Hening.....

Hingga akhirnya mobil berhenti tepat di depan rumah berpagar hijau.

Dari luar nampak terlihat Alma sedang duduk di teras dengan seorang laki laki.

Wajahnya tidak nampak jelas karena terhalang oleh pagar besi yang ada didepan halaman rumahku.

"Benar ini rumahmu Rihana ?" suara bas pak Dimas membuyarkan lamunanku.

"Iya pak, benar ini rumah saya.

Kalau begitu saya mohon pamit, terimakasih sudah mengantarkan saya sampai ke rumah.

Maaf jika ini merepotkan dan membuang waktu pak Dimas, sekali lagi terimakasih." aku pun mulai menginjak kan dan melangkah pergi setelah berpamitan dengan pak Dimas dengan pikiran yang tak menentu.

Pak Dimas mengangguk dengan ekspresi wajah datar.

Akupun lantas membuka pintu mobil dan berjalan keluar.

Saat aku membuka pintu pagar, terlihat jelas siapa laki laki yang ada di teras bersama Alma.

Mas Alim, iya itu mas alim.

Kenapa dia ada disini di jam segini? banyaknya pertanyaan di otak ini membuatku lelah dan pusing.

Saat aku ingin melangkahkan kaki.

Pak Dimas keluar dari mobil.

Dan membuka bagasi mengambil semua belanjaan yang tadi dibeli di mini market.

Aku menatap heran kearahnya.

Kenapa pak Dimas mengeluarkan semua barang belanjaannya?

Dan tunggu....

Itu, kenapa beliau berjalan kemari dan membawa semua belanjaan.

"Hana, apa kamu hanya ingin melihat saya kerepotan membawa ini semua sendirian?

Apa tidak ada niat untuk membantu saya membawa ini masuk kedalam."

"haaaah...."

"Apa?, apakah aku tak salah dengar.

Aku tertegun dengan ucapannya.

Berusaha mencerna apa yang barusan pak Dimas ucapkan.

"Hana...."

Sekali lagi pak Dimas memanggil namaku.

"Iyaa pak, maaf...."

Aku mengambil dua kantong kresek belanjaan dari tangannya.

Dan mengikuti langkahnya dari belakang dengan perasaan entah.

Belum hilang kebingungan ku akan sikap pak Dimas, lagi lagi aku dikejutkan dengan kedekatan Alma dengan beliau.

"Assalamualaikum."

pak Dimas mengucap salam, dan di jawab oleh Alma dengan ceria.

"Waalaikumsallm om Dimas.

Om Dimas nganterin bunda yaa?" sambut anakku ceria, seolah mereka sudah saling kenal.

"Iyaa, dan ini om juga bawain oleh oleh buat Alma."

'Trimakasih yaa om."

"Iya cantik, sama sama yaa."

Pak Dimas tersenyum hangat dengan gadisku.

"Owh ternyata ini kerjaanmu.

Pantesan selalu pulang telat."

Dengan pandangan tak suka tiba tiba mas Alim melontarkan kalimat hinaan untukku.

"Apa maksud ucapanmu mas?

Sebelum bicara, sebaiknya kamu berkaca pada dirimu sendiri.

Jangan samakan semua orang sama seperti dirimu.

Aku tidak serendah itu.

Aku baru pulang, karena hari ini ada rapat di kantor malang.

Jadi jangan menuduhku macam macam di depan Alma ." sahutku tak terima dengan ucapannya yang seolah ingin menyudutkan ku.

Mas alim tersenyum sinis dan membuang muka sambil kedua tangannya di masukkan kesaku celananya.

"Aku hanya bicara fakta dari apa yang aku lihat.

Apakah atasan punya wewenang untuk mengantar pulang bawahannya.?

Apa lagi membawa belanjaan begitu banyak.

Kalau tidak ada hubungan lebih,itu mustahil.

Bukan begitu pak?"

Mas alim memalingkan wajahnya ke arah pak Dimas dengan pandangan tak suka.

Pak Dimas hanya tersenyum menanggapi ocehan mas Alim.

Sikapnya sangat tenang.

Bahkan tidak sedikit pun terpancing emosinya.

Mengagumkan..

"Hana, saya pamit pulang dan segeralah masuk ke dalam dan kunci pintu rumahmu.

Hati hati, takutnya ada serangga yang masuk."

entah apa maksud ucapan pak Dimas yang pasti itu adalah sindiran yang dilontarkan untuk mas Alim, jujur aku salut dengan caranya menanggapi emosi mas Alim yang tidak berdasar itu.

Sambil meletakkan barang belanjaan di meja teras, pak Dimas melangkah untuk kembali ke mobil.

Tak lupa berpamitan juga dengan Alma, bahkan sama sekali tidak menghiraukan kehadiran mas alim sama sekali.

"Alma, om pulang dulu yaa.

Nanti kapan kapan kita makan es krim bareng lagi, oke."

aku hanya bisa terbengong dengan keakraban mereka, makan es krim bareng lagi, apa maksudnya, apakah pak Dimas pernah bertemu dengan Alma sebelum ini, ya ampun kenapa aku jadi bingung dengan ini.

"Oke siap om, Alma tunggu yaa." jawab gadisku dengan ceria, nampak raut bahagia di wajahnya yang cantik.

Pak Dimas mengacungkan kedua jempol nya ke arah gadisku.

Aku masih belum paham.

Kapan dan darimana mereka saling mengenal.

Aah nanti saja saat akan tidur, aku tanyakan ini ke Alma.

"Alma bantuin bunda yaa, bawa belanjaannya masuk ke dalam." titahku pada anak gadisku setelah pak Dimas pergi.

"Iya bunda..."

Gadisku pun berjalan masuk dengan menenteng kantong belanjaan di kedua tangannya.

Aku ikuti langkahnya dan saat sampai diruang tengah, kuletakkan belanjaan itu di meja.

Ku dekati gadisku sambil mengelus rambutnya lembut.

"Alma disini dulu ya, bunda mau bicara dulu dengan ayah."

Alma mengangguk paham.

Akupun kembali berjalan menuju teras, menemui mas Alim yang sudah duduk di kursi yang ada di teras rumah.

"Sudah malam, kenapa mas belum pulang?

Aku nggak mau, istrimu datang ke rumahku hanya untuk marah marah dan menuduhku macam macam.

Aku capek mas.

Aku sudah bosan dijadikan kambing hitam diantara masalah kalian.

Apakah belum cukup aku memilih merelakanmu dengannya.

Apakah belum cukup kalau aku tidak menuntut apa apa darimu.

Bahkan nafkah untuk anakmu saja kamu lalai.

Pergilah karena ini sudah malam.

Aku juga butuh istirahat, aku capek." dengan cara halus aku mengusirnya, aku tidak mau kehadirannya di sini membawa masalah nantinya, karena istrinya begitu membenciku dengan kecemburuannya yang tak berdasar sama sekali.

"Hana, tolong beri aku kesempatan sekali lagi.

Aku janji, aku akan memperbaiki hubungan ini.

Aku akan adil pada kalian."

"Adil??

Kamu bilang akan adil mas?

Bagaimana aku bisa percaya dengan ucapanmu?

Sedangkan sikapmu selama ini sudah cukup untukku mengerti, jika kamu tak sedikitpun perduli denganku apalagi dengan Alma, putri kandungmu, darah dagingmu sendiri.

Kamu tau mas, kenapa selama ini aku diam dan memilih untuk pergi.

Itu karena aku sudah lelah dengan semua janjimu.

Bukan sekali atau dua kali kamu berjanji.

Tapi sudah berkali kali.

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat untukku memahami sikapmu.

Tolong jangan lagi bicara kesempatan, karena kesempatan itu sudah tidak ada." panjang lebar ku tumpahkan semua yang s kama ini ku pendam, berharap mas Alim mau memahaminya dan tak lagi mengganggu kehidupanku.

"Apakah karena laki laki tadi kamu menolakku Hana?"

tuduhan apa lagi ini, astagfirullah beri hamba kesabaran yang lebih menghadapi laki laki ini.

"Bukan !!

Bukan karena laki laki lain atau siapapun itu.

Tapi karena sikapmu sendiri lah yang membuatku pergi.

Pulanglah, sudah malam.

Tidak baik dilihat tetangga dengan kondisiku saat ini." rasanya malas sekali meladeni orang yang pikirannya penuh dengan prasangka.

Melangkahkan kaki masuk ke dalam, setelah meminta mas Alim untuk pergi.

Aku nggak mau ada masalah apapun dengannya.

Karena sudah pasti akan berujung hinaan dari istrinya.

"Baiklah, aku akan pergi.

Tapi kamu harus tau Hana, kalau aku tidak akan melepaskan mu begitu saja.

Akan aku pastikan kamu kembali padaku.

Aku yakin kamu masih mencintaiku."

huh pede sekali dia, siapa juga yang mau kembali padanya, kalau saja tak ingat Alma, ingin rasanya memberikan pelajaran pada laki laki yang di panggil ayah oleh anakku, agar dia berhenti mengganggu ketenangan ku.

Terpopuler

Comments

Aas Azah

Aas Azah

gmna Hana mau kembali padamu coba,lah wong stlh cerai kamu gk perduli sama anakmu🙄

2022-12-30

0

temi rusli

temi rusli

Isshhh si Alim apa2an, sih? Dah mantan tu oii...😄😄

2022-04-08

1

lihat semua
Episodes
1 Tamu tak diundang
2 penyesalan yang terlambat
3 menyesal
4 kecurigaan Piana
5 kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6 Piana datang lagi
7 kegusaran Piana
8 kecewa
9 perjalanan dinas
10 PoV Dimas
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 sudah jatuh tertimpa tangga
25 selepas derita akan ada bahagia
26 26
27 bukan penyesalan tapi keegoisan
28 pelarian piana
29 aku atau kamu yang akan lebih menderita
30 tertangkapnya piana
31 menikah
32 maafin ayah nak
33 kegaduhan
34 test DNA
35 menggantungkan cerita
36 bab akhir
37 Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38 TDMS 2
39 TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40 TDMS 2 Piana lagi
41 TDMS 2 Bikin Ulah
42 TDMS 2 Di jodohkan
43 Rokayah vs Piana
44 pergulatan Piana dg Rokayah
45 POV Piana
46 kena omel suami
47 Lomba lari
48 lingerie
49 bertemu Piana di mall
50 Bertemu mantan suami
51 Bulan madu dirumah
52 POV Alim
53 Alma bertemu safitri
54 baju kembaran
55 Belajar menerima
56 Melamar
57 permainan Piana
58 minta rumah
59 Rencana Melati dan anak anaknya
60 seserahan
61 awal yang baru
62 tidak ada kesempatan lagi
63 membuang permata hanya demi batu kali
64 imitasi
65 mengantar undangan pernikahan
66 kedatangan Piana
67 Pernikahan Alim
68 memancing emosi
69 balasan Safitri untuk hinaan Piana
70 kalah langkah
71 pembalasan Melati
72 amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73 Tak dapat apa apa
74 Uang di dalam koper
75 Sorot dendam
76 Tidak terima
77 Pergi saja
78 Tidak dianggap
79 perempuan malas
80 perseteruan mertua dan menantu
81 cinta karena terbiasa
82 wanita itu siapa, Mas?
83 Vidio
84 berhasil
85 Meminta maaf
86 Sama sama salah
87 Rasain
88 Amarah Rudi
89 kepulangan Beni
90 buka usaha bengkel
91 Piana terusir
92 Sakit hati Piana
93 Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94 bela saja mama kalian
95 Rudi menemui Melati
96 kerasnya hati
97 Tidak bisa berubah
98 Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99 kakak bertanggung jawab
100 Dipecatnya Rudi
101 Permintaan maafnya Rudi
102 Menyesal
103 POV Melati
104 Ayura putri Seno
105 Ending
106 Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Tamu tak diundang
2
penyesalan yang terlambat
3
menyesal
4
kecurigaan Piana
5
kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6
Piana datang lagi
7
kegusaran Piana
8
kecewa
9
perjalanan dinas
10
PoV Dimas
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
sudah jatuh tertimpa tangga
25
selepas derita akan ada bahagia
26
26
27
bukan penyesalan tapi keegoisan
28
pelarian piana
29
aku atau kamu yang akan lebih menderita
30
tertangkapnya piana
31
menikah
32
maafin ayah nak
33
kegaduhan
34
test DNA
35
menggantungkan cerita
36
bab akhir
37
Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38
TDMS 2
39
TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40
TDMS 2 Piana lagi
41
TDMS 2 Bikin Ulah
42
TDMS 2 Di jodohkan
43
Rokayah vs Piana
44
pergulatan Piana dg Rokayah
45
POV Piana
46
kena omel suami
47
Lomba lari
48
lingerie
49
bertemu Piana di mall
50
Bertemu mantan suami
51
Bulan madu dirumah
52
POV Alim
53
Alma bertemu safitri
54
baju kembaran
55
Belajar menerima
56
Melamar
57
permainan Piana
58
minta rumah
59
Rencana Melati dan anak anaknya
60
seserahan
61
awal yang baru
62
tidak ada kesempatan lagi
63
membuang permata hanya demi batu kali
64
imitasi
65
mengantar undangan pernikahan
66
kedatangan Piana
67
Pernikahan Alim
68
memancing emosi
69
balasan Safitri untuk hinaan Piana
70
kalah langkah
71
pembalasan Melati
72
amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73
Tak dapat apa apa
74
Uang di dalam koper
75
Sorot dendam
76
Tidak terima
77
Pergi saja
78
Tidak dianggap
79
perempuan malas
80
perseteruan mertua dan menantu
81
cinta karena terbiasa
82
wanita itu siapa, Mas?
83
Vidio
84
berhasil
85
Meminta maaf
86
Sama sama salah
87
Rasain
88
Amarah Rudi
89
kepulangan Beni
90
buka usaha bengkel
91
Piana terusir
92
Sakit hati Piana
93
Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94
bela saja mama kalian
95
Rudi menemui Melati
96
kerasnya hati
97
Tidak bisa berubah
98
Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99
kakak bertanggung jawab
100
Dipecatnya Rudi
101
Permintaan maafnya Rudi
102
Menyesal
103
POV Melati
104
Ayura putri Seno
105
Ending
106
Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!