Piana masih termangu duduk di kursi dalam mobil.
Segala pikiran buruk dan perasaan tak nyaman mulai mengganggunya.
'Apakah aku pergi kerumah mbk kayah saja, mungkin mas alim ada disana.'
Piana pun melajukan mobilnya menuju rumah kakak iparnya dengan kecepatan sedang.
'Awas saja kamu mas, kamu sudah membuatku khawatir seperti ini, dan tidak memberiku kabar sama sekali.
Apa kamu sudah tidak menganggap ku ada lagi?' Piana terus bergumam sendirian dengan emosi yang meletup siap untuk diledakkan.
Rudi dan kedua anaknya sudah berangkat, dan hanya ada Rokayah dan Alim yang dirumah.
"Kamu gak berangkat kerja Lim?"
Rokayah bertanya dan menatap adiknya dengan tatapan menyelidik.
"Kerja mbk, tapi sebentar lagi.
Nanti jam sepuluh aku baru berangkat, karena ada pemasukkan kedelai import di gudang 16."
Rokayah menghembuskan nafasnya kasar, sambil menatap ke arah adiknya, bibirnya menyunggingkan senyum simpul.
"Kamu jangan berlarut dengan keadaan seperti ini, karena akan menambah masalah baru untuk kehidupan rumah tanggamu.
Kalau ada masalah itu diselesaikan, bukan dihindari, sudah sepantasnya kamu harus bersikap lebih bijak lagi.
Apa kamu mau, mengulangi kegagalan dalam rumah tanggamu lagi?"
Kalimat yang diucapkan Rokayah seakan menampar keegoisannya selama ini.
Sikap pongahnya yang selalu menggampangkan setiap masalah, berlahan menghancurkan hidup dan usahanya.
"Entahlah, aku bingung dan pusing memikirkan usahaku yang semakin sepi dan aku belum siap untuk bangkrut.
Gaya hidup piana yang berlebihan, apa lagi ditambah dengan sikap pembangkangannya, membuatku semakin muak dan malas untuk bertemu dengannya." Alim menerawang jauh, entah kenapa saat hatinya begitu kecewa dengan Piana, bayang bayang Rihana selalu memenuhi kalbunya.
"Bukankah ini pilihanmu sendiri ?"
Rokayah bicara dengan ekspresi datar dan nada yang dingin, dia sudah capek menasehati adiknya itu, sebelum menikahi Piana.
Rokayah sudah berkali kali melarang dan mengingatkannya, namun Alim sama sekali tidak mau mendengarnya.
Dan akhirnya penyesalan yang dia peroleh.
Dan penyesalan itu sudah terlambat.
"Piana pilihanmu,dan sekarang dia yang jadi istrimu.
Mendidiknya itu sudah jadi tugasmu.
Didik dia untuk bisa jadi istri yang baik.
Arah kan dia untuk bisa menghargai dan menghormati orang lain.
Dan bimbing dia untuk menjadi perempuan yang taat pada agamanya.
Karena istrimu adalah tanggung jawabmu sepenuhnya.,"
Alim pun hanya bisa menundukkan kepala, mendengarkan dengan seksama nasehat kakak perempuannya.
Kalau dulu, saat Rihana masih menjadi istrinya.
Alim tak perlu lagi meminta apa lagi menyuruh untuk menjadi istri yang patuh.
Karena pada dasarnya Rihana adalah perempuan pendiam, lemah lembut, dan taat pada suami.
Cara berpakaiannya pun Rihana sangat tertutup.
Aurat nya hanyalah milik suaminya, itulah yang selalu dia jawab saat aku memintanya memakai pakaian seksi saat pergi ke kondangan.
"Apakah mas rela,saat ada mata laki laki lain yang menatap tubuhku, apakah mas tidak merasa cemburu saat istrimu menjadi Santapan untuk dinikmati mata yang bukan muhrimnya." Rihana berusaha menanggapi dengan jawaban yang cukup logis.
Aaaahhh, Alim mengusap wajahnya kasar, tatkala mengingat semua ocehan Hana, saat dia memaksanya untuk berpakaian seksi, pasti akan dijawab dengan ceramah panjang kali lebar.
Dulu dia bosan dan benci mendengarnya, namun kini itu membuatnya rindu.
Alim terdiam dengan kedua tangan menutup wajahnya dan menyandarkan punggungnya pada kursi.
Dua puluh menit perjalanan dan akhirnya piana sampai di rumah kakak iparnya.
Dia memarkir mobilnya di depan pagar rumah bercat hitam.
"Ternyata ada disini kamu mas."
Piana melihat mobil alim terparkir di garasi rumah kakaknya.
Piana membuka pintu mobil dan menutupnya kasar, lalu melangkah menuju rumah minimalis bercat biru muda.
Tanpa salam dan permisi, Piana langsung masuk memanggil suaminya.
"Mas, mas dimana kamu?'
Alim dan Rokayah langsung menoleh ke asal suara dengan tatapan entah.
"Apakah kamu tidak bisa mengucap salam atau setidaknya permisi saat bertamu, ana?"
Rokayah bicara dengan nada dingin sambil menatap tak suka pada adik iparnya itu.
"Heleh mbak, jangan berlebihan.
Ini juga bukan rumah orang lain.
Mbk kan saudara kandung mas Alim, dan itu artinya mbk juga saudaraku.
Jangan mempersoalkan hal yang tidak penting."
Piana menjawab dengan nada judes tanpa ada rasa sungkan sedikitpun terhadap orang yang lebih tua.
"Jaga omonganmu ana, bersikaplah hormat pada kakakku."
Alim menatap istrinya tak suka.
Tak dihiraukannya omongan suaminya, Piana langsung mendaratkan bokongnya di kursi samping Alim dengan kasar.
Kalian selesaikan masalah kalian, tapi ingat jangan bikin ribut di rumahku.
Karena aku gak mau malu kalau tetangga sampai mendengarnya.
Rokayah pun berdiri dan berlalu masuk ke kamarnya, lantas menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
Malas sekali aku dengan Piana, wanita tak tau malu dan tak punya adab sama sekali.
Amit amit kena apa Alim bisa suka dengan perempuan model begitu.
Rokayah pun geleng geleng sambil mengusap dadanya, dia sudah muak dengan kelakuan adik iparnya itu.
Lebih baik menghindar dari pada aku emosi dibuatnya.
"Kenapa hpmu tidak bisa dihubungi mas?
"Dan kenapa kamu tidak pulang kerumah?"
Semalaman aku mencemaskan mu, tapi justru kamu santai dan ongkang-ongkang dirumah kakakmu.
Alim cuek dan hanya diam dengan pertanyaan istrinya.
Itu semakin membuat piana emosi.
"Mas, aku bicara sama kamu Yaaa.
Dijawab apa susahnya sih."
Piana melengos membuang muka ke sembarang arah, biar suaminya tau kalau dia sedang marah dengannya."
"Aku hanya ingin tenang dan istirahat sebentar disini, toh aku tidak berbuat tidak tidak.
Aku cuma numpang istirahat dirumah kakakku.
Apa itu tidak boleh?"
"Kamu yaa mas, kapan sih bisa menghargai perasaanku, aku ini istrimu looh."
"Harusnya kamu bilang kamu dimana , jadi aku tidak cemas memikirkan mu.'
"Alim menatap istrinya tak percaya..."
"Cemas ?
Apa benar kamu mencemaskan keadaanku an?"
"Iyalah mas, pasti lah aku cemas dengan keadaanmu."
Aku takut kamu punya selingkuhan lagi, dan menghabiskan uangmu dengan perempuan lain.
"Aku dong yang rugi.
Kalau uangmu habis, gimana aku bisa belanja dan ngumpul ngumpul dengan teman temanku lagi."
Alim memandang istrinya dengan tatapan datar, hatinya berasa sakit.
'Inikah wanita yang dia pilih?
Seperti inikah wanita yang dia perjuangkan ?'
#nikmati setiap penyesalan itu Lim,piana kan pilihanmu,wanita yang kamu perjuangkan hingga kamu menyakiti dua wanita yang tulus menyayangimu(istri dan anakmu)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ig: @putriaayu_98
Salfok sama namanya.. Rokayah? kayak tetanggaku 🤭
2022-10-08
1