Setelah dua jam lebih perjalanan, akhirnya sampai juga.
Kalau perasaan tak nyaman, perjalanan ini rasanya sangat jauh dan lama sekali.
'Apa karena yang duduk di sampingku ada pak Dimas yang notabennya adalah atasanku.
Huuuufft, kalau berangkatnya sama tim, mungkin ceritanya akan beda lagi.
Pasti selama perjalanan akan seru dan berasa happy gitu.
Entah kenapa yaa, tiap kali di hadapkan dengan pak Dimas, aku merasa sudah kenal lama dan pernah bertemu sebelumnya.
Tapi kalau kita pernah kenal, kenapa pak Dimas bersikap dingin seperti batu es begitu.
Bicaranya sangat irit, bahkan jarang sekali mengeluarkan suara jika tak menyangkut urusan kerjaan.
Aaah sudahlah, kenapa aku jadi mikirin bos jutek itu sih.'
Huuuuuf Hana menghembuskan nafasnya dengan kasar, sambil memejamkan matanya dengan pikiran yang tak jelas.
"Hana, kenapa masih ngelamun disitu?
Apa kamu mau dikunci di dalam mobil?" suara bariton yang cukup familiar di telinga Hana nampak kesal di luar dengan tingkah Hana yang belum juga keluar dari dalam mobil.
'Sudah hampir lima menit aku menunggunya, tapi dia tak kunjung keluar dari dalam mobil.
Saat aku kembali menghampirinya terlihat dari Balik kaca, dia melamun dengan menyandarkan kepalanya di kursi.
Apa yang sedang dipikirkan nya saat ini.
Apa dia sedang tidak baik baik saja.
Aaah, kalau saja kamu mengingatku.
Dan bisa mengenaliku setelah hampir lima belas tahun tidak bertemu.
Apakah kamu tak hafal dengan suaraku.
Suara yang sering menyanyikan kamu lagu, saat kamu duduk sendirian di taman kampus.' Dimas kembali mengingat masa lalunya saat masih sama sama jadi mahasiswa dengan Rihana, yang bahkan kini sudah dilupakan Rihana.
"Iyaa pak, maaf..."
Rihana menjawab dengan gugup dan terlihat takut jika aku akan memarahinya.
Rasanya tak kuat melihatnya seperti ini.
Harus berjuang sendirian dan menanggung beban hidup seorang diri.
Aku janji, kalau aku akan selalu menjagamu meski dari jauh dan dengan caraku yang mungkin tak akan pernah kamu pahami.' batin Dimas bermonolog dengan tatapan menghujam ke arah Rihanna.
Dia membuka pintu mobil, dan saat dia keluar dari balik pintu.
Nampak wajah cantiknya terlihat gugup.
Namun ditutupinya dengan senyum canggungnya.
"Huuuufft......
Kenapa aku segrogi ini, bila berhadapan dengan pak Dimas.
Ada apa denganku?
Yaa Alloh, ampuni hati ini.
Aku harus tau diri dan menjaga batasan ku." batin Rihana cemas.
"Maafkan saya pak.
Maaf jika sudah membuat bapak menunggu."
Pak Dimas hanya mengangguk, dan berjalan menuju tempat meeting dengan langkahnya yang lebar.
Aku berusaha untuk mensejajarkan langkahku agar tak tertinggal jauh.
Aku agak kesulitan mengikutinya, bagaimana tidak.
Orang dia kakinya panjang, otomatis langkahnya pun lebih lebar dan cepat, sedang aku yang memiliki tubuh mungil dan pendek, tentu langkahku tak selebar beliau.
Saat aku berada tepat dibelakangnya dengan sedikit berlari untuk mengikuti langkahnya.
Tiba tiba pak Dimas berhenti dan berbalik.
Ooowh tidak...
Aku hampir saja menubruknya dari belakang.
Tubuhku berada sangat dekat hanya berjarak beberapa senti saja dengan beliau.
Matanya yang teduh, dan wajahnya yang nampak sangat berkharisma itu, membuatku terpana.
Kenapa pak Dimas menatapku begitu, apa yang saat ini ada dalam pikirannya.
Yaaaa Tuhan, apakah debaran hati ini sama dengannya.
'Aah mikir apa kamu Rihana, Jangan mimpi, bangun bangun ini masih pagi.'
Aku pun mundur beberapa langkah, dengan kepala menunduk, sambil memperbaiki kerudungku dengan gugup.
"Maaf pak,sa ya..."
Bibirku bergetar karena merasa tidak nyaman dan malu dengan kecerobohan ku.
"Hmmmm, lain kali kalau kalau jalan dilihat dan fokus, agar tak terjadi lagi dengan hal yang tidak diinginkan."
Ekspresi wajahnya datar dan terkesan dingin.
Akupun mengangguk mengerti .
"Apa semua berkas yang diperlukan untuk meeting sudah lengkap?
Apa ada yang ketinggalan?" tanya pak Dimas dingin.
"Semua sudah siap pak, dan tidak ada yang tertinggal." jawabku sedikit grogi dengan tatapannya yang tajam.
"Baiklah!!" pak Dimas ibarat es batu dingin dan hambar, huuh menyebalkan.
Meeting berjalan dengan lancar.
Semua kantor cabang memberikan laporan sesuai harapan.
Omset naik hampir delapan puluh persen.
Pencapain yang luar biasa disaat pandemi seperti ini.
Pukul dua siang kami kembali menuju perjalanan pulang.
Pukul setengah lima mobil sudah melewati tugu perbatasan masuk kota tahu.
Tidak ada percakapan dan tidak ada musik selama perjalanan, hening dan membosankan.
Saat melewati salah satu mini market.
Tiba tiba pak Dimas, minta untuk mampir sebentar.
Saat beliau mau membuka pintu mobil.
Beliau memintaku ikut turun juga.
"Saya ikut turun juga pak?"
Aku beranikan untuk bertanya, karena jujur aku merasa tak nyaman.
"Iya, turunlah dan ikut saya masuk ke dalam.
Temani saya belanja."
"Baik pak."
Akupun membuka pintu mobil dan berjalan keluar.
Tapi kali ini, pak Dimas berjalan tenang dan lebih santai.
Jadi aku tak terlalu kesulitan untuk mengikuti langkahnya.
Pak Dimas mengambil ranjang belanjaan yang memang sudah disediakan.
Namun beliau mengambil dua keranjang dan yang satu di berikan padaku.
Aku menerimanya bingung.
Mungkin pak Dimas paham dengan apa yang ada di pikiranku dari bagaimana caraku menerima uluran keranjang darinya.
"Saya tidak memintamu untuk ikut belanja juga.
Cukup kamu menemaniku belanja." dingin dan menyeramkan, itulah kesan pak Dimas di mataku saat ini, sampai sampai lutut ini sulit untuk digerakkan.
Aku hanya menganggukkan kepala.
Dalam hatiku, ingin sekali bilang kalau aku ingin cepat kembali ke rumah, karena hari sudah mulai petang.
Aku tak mau lama lama meninggalkan Alma dirumah, meskipun saat ini Alma sudah pasti ditemani budhenya.
Tapi bagaimana caraku untuk bicara dengan pak Dimas.
Aku hanya bisa pasrah mengikutinya belanja dengan langkah gontai.
"Alma masih suka minum susu?"
Apa?????
Kenapa pak Dimas bertanya seperti ini yaa, dari mana pak Dimas tau Alma, ya Tuhan apa lagi ini.
"Eeemmm.....
Alma suka dengan susu kotak apa aja, asal tidak yang warna putih pak." aku terpaksa menjawabnya, karena tidak ingin waktuku semakin lama di sini.
"Owh... oke" jawabnya datar.
Tangan pak Dimas dengan cekatan mengambil beberapa susu kotak dengan berbagai merk.
Strawbery dan coklat yang menjadi incarannya.
Tiap merk susu kotak, beliau mengambil masing masing 10 kotak.
Aku hanya bisa melongo melihat pak Dimas.
'Untuk apa pak Dimas beli susu kotak segitu banyaknya?
Apa anaknya suka minum susu kotak juga?
Eeh tapi tunggu dulu deh...
Pak Dimas kan belum menikah.
Padahal usianya ada diatas ku.
Aaah entahlah biarkan saja, bukan urusanku juga.
Tugasku hanya menemaninya belanja dan setelah ini pulang.
Rasanya sangat tak sabar bertemu dengan gadisku.
Setelah mengambil segala macam merk susu kotak.
Pak Dimas dengan cekatan mengambil Snack dan roti dan di masukkan nya ke dalam ranjang ku.
Saking banyaknya sampai tidak muat.
Setelah puas belanja cemilan dan susu.
Beliau beralih ke tempat dimana kebutuhan mandi dan dapur.
Dua keranjang tidak cukup, akhirnya sama pelayan mini market di bawakan lagi dua keranjang.
Sedang yang dua keranjang yang sudah full belanjaan dibawa ke meja kasir.
Setelah dirasa cukup dan dua keranjang tambahan juga sudah penuh.
Pak Dimas berjalan menuju kasir untuk melakukan pembayaran.
"Totalnya semua tujuh ratus sembilan puluh delapan pak."
Pak Dimas menyodorkan beberapa uang berwarna merah.
Lima kantong besar sudah berada ditangan ku dan pak Dimas.
Aku hanya membawa dua kantong kresek.
Sedang sisanya yang tiga kantong dibawa pak Dimas.
Semua belanjaan di masukkan ke dalam bagasi.
Kami masuk ke dalam mobil.
Dan mobil kembali melaju membelah jalanan.
"Pak, langsung ke jalan sersan Bahrun ya." pak Dimas memberi instruksi sopirnya.
'Ke jalan sersan Bahrun, itu kan alamat rumah saya.' tanyaku ragu.
"Iya, saya antar kamu pulang sekalian karena ini sudang mulai petang." jawab pak Dimas santai.
"Tapi montor saya ada di kantor."
"Montor kamu aman di kantor, tidak perlu kuatir."
Dimas terlampau jutek hingga membuat Rihana kesal yang hanya mampu di pendam nya di dalam hati.
#####makin kesini makin kelihatan Ya perasaan pak Dimas ke Rihana.
Semoga mereka berjodoh yaa,Aamiin...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rinda
montor thor
2024-11-14
0
Syami N S
motor kak bukan montor 🥶🤭🙏🏻
2023-02-22
0