Alim mengepalkan kedua tangannya, kedua bola matanya menatap nyalang ke arah Rihana, rahangnya mengeras dan mukanya merah padam penuh dengan emosi.
"Kurang aj*r kamu Hanna, bisa bisa nya kamu perlakukan aku seperti ini, mempermalukan ku di hadapan orang banyak, kalau begini bagaimana aku bisa menjalankan rencana ku untuk bisa menginap disini, dasar wanita tak ada akhlaq."
Alim mengumpat sumpah serapah dalam hatinya.
"Lebih baik pak Alim segera pulang, karena tidak baik berada dalam satu rumah dengan yang bukan mukhrim, apa lagi Bu Rihana merasa tidak nyaman dan terganggu dengan kehadiran bapak dirumahnya."
pak RT mencoba bicara dengan sopan pada Alim.
"Apa hak bapak meminta saya untuk pergi, ini rumah saya dan saya masih berhak dirumah ini." jawab alim dengan pongahnya.
"Kalau bapak tidak bisa di ingatkan secara baik baik, maaf kita semua harus mengusir bapak dengan cara kasar, Bu Rihana sudah bukan istri bapak, jadi bapak tidak berhak untuk tetap berada dirumah beliau, dan setau saya, rumah ini adalah rumah orang tua Bu Rihana, saya tau dan sangat tau, karena saya mengenal keluarga Bu Rihana sejak Bu Rihana masih kecil."
pak RT bicara dengan sangat tegas.
Alim kehilangan akal, harus dengan cara apa lagi agar tetap bisa berada di sini tanpa mereka semua ikut campur, aaaakkkhhrrr di acak rambutnya kasar dan tanpa bicara apapun Alim beranjak pergi dengan langkah cepat menuju mobilnya.
Braaak, Alim menutup pintu mobilnya dengan kasar, lelaki itu pergi dengan emosi yang membuncah.
"Aku tidak akan menyerah, aku pastikan kamu akan kembali bertekuk lutut padaku Hanna."
Sepanjang perjalanan Alim terus saja mengumpat dan mulai menyusun rencana untuk membuat mantan istrinya itu kembali dalam pelukannya.
"Saya ucapkan trimakasih banyak kepada pak RT dan semua bapak bapak yang sudah membantu saya untuk mengusir mantan suami saya, sekali lagi saya ucapkan terimakasih dan mohon maaf kalau saya sudah merepotkan bapak bapak semua." ucap Rihanna tulus.
"Sudah jadi kewajiban saya dan semua warga untuk saling tolong menolong dan menjaga ketenangan bagi warga komplek disini Bu, jadi Bu Rihana tidak perlu merasa tidak enak dan sungkan."
pak RT menimpali dan di iyakan oleh semua bapak bapak yang ikut datang untuk menemani pak RT.
"Kalau begitu saya dan warga mohon pamit ya Bu, kalau ada apa apa Jangan sungkan untuk minta tolong, insya Alloh kami semua siap membantu." ucap pak RT .
"Alhamdulillah, iya pak dan sekali lagi terimakasih untuk bantuan dan waktunya." sambil menangkupkan kedua tangannya takzim ke arah pak RT dan semua warga.
"Sama sama Bu, kami permisi, asalamualaikum.."
"Waalaikumsallm...."
Pak RT dan warga lain pulang kerumah masing masing.
Rihana menutup pintu pagar dan menggemboknya, lantas masuk ke rumah dan di tutupnya pintu rumah lalu menguncinya dari dalam.
Di sandarkan tubuhnya di balik pintu dengan kedua mata yang di pejamkan, saat ini hati dan pikirannya sedang tidak baik baik saja, was was dan takut mulai menghinggapi, takut jika mantan suaminya akan berbuat nekat, melakukan segala cara agar keinginannya terwujud.
"Apa yang harus aku lakukan, aku sudah sangat lelah dengan kelakuan mas Alim dan istrinya, kenapa mereka selalu saja menggangguku."
"Alma, Alma sedang apa?
pasti saat ini dia sedang sedih karena ulah ayahnya."
Rihana berjalan menuju kamar anaknya, dibukanya pintu yang tidak terkunci dan terlihat Alma sudah tertidur memeluk guling kesayangannya.
Rihana bernafas lega, karena putrinya tadi benar benar ngantuk dan tidur, jadi tidak tau keributan yang dibuat oleh ayahnya, Rihana berjalan mendekat ke arah putrinya dan di selimutinya sang putri, di eulusnya rambut sang anak dengan penuh kasih sayang, lalu di kecup keningnya dan Rihana kembali beranjak keluar menuju kamarnya untuk meng istirahatkan diri, tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments