13

"Baiklah,aku akan pergi.

Tapi kamu harus tahu Hana, kalau aku tidak akan melepaskan mu begitu saja.

Akan aku pastikan, kamu kembali padaku.

Aku yakin kamu masih mencintaiku."

Melangkahkan kaki beranjak pergi menuju ke mobil yang aku parkir tidak jauh dari rumah mantan istriku.

Kulirikkan pandangan mata ini ke arahnya, dia masih terpaku berdiri dibalik pintu yang setengah tertutup.

Entah apa yang saat ini dipikirkannya, aku yakin dia mulai memikirkan ucapanku barusan.

Selama perjalanan pulang, pikiranku terus saja terpaku dengan bayangan laki laki itu, laki laki yang tadi bersama Hana.

Tidak aku pungkiri, dia laki laki yang tampan dan juga mapan.

Aku sangat tau bagaiman tipe laki laki idaman Hana, kulit bersih, kalem, dan taat pada agama.

Sepertinya aku lihat itu ada pada laki laki tadi.

Apakah mereka sedang menjalin hubungan serius saat ini ?

Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku harus cari cara untuk membuat hubungan mereka tidak baik.

Hana masih terdiam terpaku di balik pintu rumahnya, tubuhnya bersender lemah pada pintu, dadanya bergemuruh menahan rasa sesak yang kian menyakitkan.

'Semakin aku diam, maka mereka akan semakin bertingkah semaunya, perlu kamu tau mas, mulai saat ini aku bukanlah Rihana yang lemah, Rihana yang hanya diam saat kamu dzolimi.

Aku sudah bukan lagi istrimu, yang dengan seenaknya kamu perlakukan.

Iyaa, aku berhak bahagia, aku berhak melawan jika itu menyangkut harga diri dan demi kewarasan jiwaku.'

Menghembuskan nafas panjang untuk meredam rasa yang menyumbat pada dada ini.

Aku harus kuat dan aku harus tetap terlihat baik baik saja, aku nggak mau mas Alim atau siapapun melihatku lemah, karena aku tak selemah itu.

Ku tutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Berjalan masuk menghampiri gadisku diruang tengah yang sedang asik memakan cemilan dan susu sembari menonton tv acara kesayangannya.

Eheeem, aku berdehem menggodanya dan Alma menoleh tersenyum dengan menunjukkan barisan giginya yang bersih.

"Kenapa bund, bunda mau?"

Alma menyodorkan cemilan yang dia makan, niat menawarkan.

"Waaah enak nih."

akupun menyomot dan memasukkan ke dalam mulut serta mengunyahnya pelan,

Mendaratkan bokong ini tepat disamping gadisku.

"Mba Alma, bunda boleh nggak tanya sesuatu?"

Aku harus hati hati dan menggunakan bahasa yang pantas untuk gadis usia 10 tahun, agar nanti tak membuatnya berpikir yang macam macam, pikiran yang tak seharusnya ada untuk anak seusianya.

"Boleh bund, bunda mau nanya apa?"

Alma pun menoleh ke arahku dan mengubah posisi duduknya untuk mengahadap ke arahku.

"Alma kok sudah kenal dengan pak Dimas, dan tadi bunda dengar kalau kalian pernah makan es krim bareng.

Emang, Alma ketemu pak Dimas dimana sayang?

Boleh donk, bunda dikasih tau?"

Alma tersenyum dan memandangku sambil tangannya memegang telapak tangan ini untuk di genggamnya.

"Sebelumnya, Alma mau minta maaf yaa sama bunda, kalau Alma tidak cerita ini sama bunda.

Waktu itu Alma pas pulang sekolah, ada mobil yang tiba tiba berhenti dan nanyain Alma dimana rumahnya bunda.

Trus Alma kasih tau, dan Alma ngajak untuk bareng sekalian karena yang ditanyain rumahnya kan rumah bundanya Alma.

Pas sudah sampai rumah, om Dimas tanya adik ini siapanya Bu Rihana, Alma jawab kalau Alma anak dari Bu Rihana.

Lalu om Dimas minta ijin untuk ngobrol dengan Alma dan kami duduk di luar kok bund.

Om Dimas itu baik dan orangnya sopan banget.

Pas Alma tawarin untuk masuk, om Dimas menolak, katanya tidak baik kalau om dimas masuk rumah  jika didalamnya tidak ada orang tua.

Jadi ya kita ngobrolnya di teras depan rumah gitu." jelas Alma panjang lebar.

"Hmmm terus om Dimas tanya apa aja ke Alma?"

"Gak banyak sih bund, om Dimas cuma tanya, sekolah Alma dimana, sudah kelas berapa, dan ayah Alma kerja dimana dah itu saja."

"Untuk pertanyaan soal ayah, Alma jawab apa sama om dimasnya?"

"Alma jawab, kalau ayah sudah tidak lagi bersama kita, ayah sudah punya istri dan anak lain."

Alma menunduk dan mulai ada embun di kedua netra matanya yang bening.

Yaa Tuhan, perpisahan ini sudah sangat melukai hati gadisku.

Kubawa Alma dalam dekapanku, mencoba memberikan kekuatan dengan cinta dan aku ingin dia juga merasakan kalau bundanya sangat menyayanginya.

"Apakah Alma salah ya bund, kalau Alma jawab begitu pada om Dimas?"

Ku lepaskan pelukan dan meletakkan kedua tangan ini di kedua bahu putriku, sambil tersenyum aku gelengkan kepala tanda kalau jawabannya tidak ada yang salah.

Lantas Alma melanjutkan ceritanya lagi, kali ini dia menyandarkan kepalanya di pangkuanku.

"Setelah itu ada orang jualan es krim yang lewat bund, dan om Dimas memanggilnya, lalu membeli beberapa Es krim dan kita makan sama sama.

Sudah itu aja kok, karena setelah makan es krim om Dimas pamit pulang, karena masih ada kerjaan dikantornya.

Om Dimas nyuruh Alma masuk kerumah dan mengunci pintunya, dan tidak boleh bukain pintu sama siapapun dengan orang yang tidak dikenal, begitu pesannya sebelum om Dimas pergi.

Om Dimas orang baik ya bund?"

Alma mendongak menatapku dengan wajah lugunya, kuanggukkan kepala dan tersenyum.

"Yasudah, bunda mau mandi dulu yaa.

Dan habis ini bunda temani mbk Alma belajar, oke sayang."

"Siaaap bund."

Dikamar mandi, aku terus saja kepikiran omongan Alma, sebenarnya siapa pak Dimas dan ada apa beliau seakan ingin mencari tau kehidupan pribadiku.

Menikmati setiap guyuran air yang mengalir dari shower sambil memejamkan mata, ada begitu banyak beban dipikiran ini, masalah dengan mantan suami yang tak kunjung usai, kini ditambah lagi dengan kehadiran pak Dimas yang tidak aku pahami.

-------------------

Lebih dari dua puluh menit perjalanan, akhirnya alim sampai dirumahnya.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsallm, sudah pulang kamu mas?

Gimana tadi di gudang, apa kedelai yang masuk kualitasnya cukup baik semua?"

Bukannya menyambut suami dengan segelas teh atau menyiapkan air hangat untukku mandi, tapi malah memberondong ku dengan pertanyaan  pertanyaan yang tidak penting baginya, urusan pekerjaan sudah jadi tanggung jawabku, tidak perlu dia ikut ikutan, batinku kesal.

"Kamu itu yaa, suami pulang bukan dibikinin kopi atau teh gitu, justru tanya yang bukan urusanmu, untuk pekerjaan biarkan aku yang mengurus, kamu cukup diam dirumah dan menyiapkan kebutuhanku." sambutku kesal.

"Heleh mas tinggal jawab aja, apa susahnya sih."

Piana mencebik tak suka.

"Aku kan istrimu, jadi aku juga berhak tau donk apa yang jadi urusanmu." Piana selalu saja menjawab ucapan alim dengan bantahannya.

"Sudahlah pusing aku sama kamu, bukannya nurut tapi terus aja menjawab.

Aku mau mandi, setelah mandi aku mau ada makanan dimeja makan, aku lapar."

Alim melangkah untuk masuk ke kamar dan ingin cepat segera mandi, dia sudah cukup pusing memikirkan mantan istrinya yang sedang dekat dengan pria lain, pikirannya benar benar kacau.

Piana mencebik kesal dan memanggil pembantunya untuk segera menyiapkan makanan untuk suaminya.

"Biik, bibik..

Tolong siapkan makanan untuk mas Alim Yaaa, cepat."

"Baik Bu !!"

Dengan segera pembantunya itu memanaskan kembali masakan yang tadi sore dia masak, rendang daging sapi dan telor balado.

Hanya cukup waktu sepuluh menit semua sudah siap tersaji diatas meja makan.

Beres dari mandinya alim keluar dari kamar menuju ruang makan.

"masak apa bu?"

Alim bertanya pada pembantunya.

"Rendang daging sama telor balado tuan.

Sudah bibik panasin dan ini teh manisnya."

sambil meletakkan segelas teh manis dimeja.

"Piana mana bik, bisa tolong dipanggilkan."

Suami mau makan bukannya ditemani atau dilayani ini malah gak ada kelihatan batang hidungnya.

Piana sangat jauh berbeda dengan Rihana, Rihana selalu tau bagaimana caranya memanjakan ku dan selalu menyiapkan kebutuhan ku tanpa diminta.

Alim bicara sendiri dalam hatinya, pikirannya mulai mengingat masa lalu saat saat masih dengan Rihana.

,"Iya mas, kata bibik mas memanggilku, ada apa?"

Piana tiba tiba muncul membuyarkan lamunan Alim dari sosokantan istrinya yang kini s makin menarik dimatanya.

"Kan kamu tau mas baru pulang kerja, dan lapar, harusnya kamu sebagai istri melayani mas donk, bukan pergi ninggalin mas makan sendirian." ja ab Alim kesal.

"Kenapa sih mas, sekarang kamu mulai meributkan hal hal yang tidak penting begini?

Kan sudah ada bibi yang nyiapin, ini sudah siap semua dan tinggal makan aja."

Piana menjawab tak suka,dan kembali pergi ke kamar meneruskan chat nya bersama seseorang yang akhir akhir ini membuatnya lupa diri akan kewajiban sebagai ibu dan istri.

Alim hanya bisa tertunduk kesal sambil mengepalkan kedua tangannya akan sikap istri barunya.

Dihembuskan nafasnya dengan kasar dan berusaha menahan emosi di dadanya.

Setelah terasa mendingan, Alim mengambil nasi dan meletakkan di piringnya, dia makan dalam diam dan kesendirian, batinnya terasa perih, ada sesal yang menjalar di lubuk hatinya yang terdalam.

Episodes
1 Tamu tak diundang
2 penyesalan yang terlambat
3 menyesal
4 kecurigaan Piana
5 kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6 Piana datang lagi
7 kegusaran Piana
8 kecewa
9 perjalanan dinas
10 PoV Dimas
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 sudah jatuh tertimpa tangga
25 selepas derita akan ada bahagia
26 26
27 bukan penyesalan tapi keegoisan
28 pelarian piana
29 aku atau kamu yang akan lebih menderita
30 tertangkapnya piana
31 menikah
32 maafin ayah nak
33 kegaduhan
34 test DNA
35 menggantungkan cerita
36 bab akhir
37 Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38 TDMS 2
39 TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40 TDMS 2 Piana lagi
41 TDMS 2 Bikin Ulah
42 TDMS 2 Di jodohkan
43 Rokayah vs Piana
44 pergulatan Piana dg Rokayah
45 POV Piana
46 kena omel suami
47 Lomba lari
48 lingerie
49 bertemu Piana di mall
50 Bertemu mantan suami
51 Bulan madu dirumah
52 POV Alim
53 Alma bertemu safitri
54 baju kembaran
55 Belajar menerima
56 Melamar
57 permainan Piana
58 minta rumah
59 Rencana Melati dan anak anaknya
60 seserahan
61 awal yang baru
62 tidak ada kesempatan lagi
63 membuang permata hanya demi batu kali
64 imitasi
65 mengantar undangan pernikahan
66 kedatangan Piana
67 Pernikahan Alim
68 memancing emosi
69 balasan Safitri untuk hinaan Piana
70 kalah langkah
71 pembalasan Melati
72 amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73 Tak dapat apa apa
74 Uang di dalam koper
75 Sorot dendam
76 Tidak terima
77 Pergi saja
78 Tidak dianggap
79 perempuan malas
80 perseteruan mertua dan menantu
81 cinta karena terbiasa
82 wanita itu siapa, Mas?
83 Vidio
84 berhasil
85 Meminta maaf
86 Sama sama salah
87 Rasain
88 Amarah Rudi
89 kepulangan Beni
90 buka usaha bengkel
91 Piana terusir
92 Sakit hati Piana
93 Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94 bela saja mama kalian
95 Rudi menemui Melati
96 kerasnya hati
97 Tidak bisa berubah
98 Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99 kakak bertanggung jawab
100 Dipecatnya Rudi
101 Permintaan maafnya Rudi
102 Menyesal
103 POV Melati
104 Ayura putri Seno
105 Ending
106 Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Tamu tak diundang
2
penyesalan yang terlambat
3
menyesal
4
kecurigaan Piana
5
kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6
Piana datang lagi
7
kegusaran Piana
8
kecewa
9
perjalanan dinas
10
PoV Dimas
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
sudah jatuh tertimpa tangga
25
selepas derita akan ada bahagia
26
26
27
bukan penyesalan tapi keegoisan
28
pelarian piana
29
aku atau kamu yang akan lebih menderita
30
tertangkapnya piana
31
menikah
32
maafin ayah nak
33
kegaduhan
34
test DNA
35
menggantungkan cerita
36
bab akhir
37
Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38
TDMS 2
39
TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40
TDMS 2 Piana lagi
41
TDMS 2 Bikin Ulah
42
TDMS 2 Di jodohkan
43
Rokayah vs Piana
44
pergulatan Piana dg Rokayah
45
POV Piana
46
kena omel suami
47
Lomba lari
48
lingerie
49
bertemu Piana di mall
50
Bertemu mantan suami
51
Bulan madu dirumah
52
POV Alim
53
Alma bertemu safitri
54
baju kembaran
55
Belajar menerima
56
Melamar
57
permainan Piana
58
minta rumah
59
Rencana Melati dan anak anaknya
60
seserahan
61
awal yang baru
62
tidak ada kesempatan lagi
63
membuang permata hanya demi batu kali
64
imitasi
65
mengantar undangan pernikahan
66
kedatangan Piana
67
Pernikahan Alim
68
memancing emosi
69
balasan Safitri untuk hinaan Piana
70
kalah langkah
71
pembalasan Melati
72
amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73
Tak dapat apa apa
74
Uang di dalam koper
75
Sorot dendam
76
Tidak terima
77
Pergi saja
78
Tidak dianggap
79
perempuan malas
80
perseteruan mertua dan menantu
81
cinta karena terbiasa
82
wanita itu siapa, Mas?
83
Vidio
84
berhasil
85
Meminta maaf
86
Sama sama salah
87
Rasain
88
Amarah Rudi
89
kepulangan Beni
90
buka usaha bengkel
91
Piana terusir
92
Sakit hati Piana
93
Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94
bela saja mama kalian
95
Rudi menemui Melati
96
kerasnya hati
97
Tidak bisa berubah
98
Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99
kakak bertanggung jawab
100
Dipecatnya Rudi
101
Permintaan maafnya Rudi
102
Menyesal
103
POV Melati
104
Ayura putri Seno
105
Ending
106
Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!