Piana datang lagi

"Mbak, dimana kau sembunyikan suamiku?"

tanpa salam juga permisi Piana langsung menuduh Hana menyembunyikannya kan suaminya, benar benar sudah keterlaluan.

"Suruh dia keluar sekarang dari rumahmu, atau aku akan mempermalukan kalian di depan para warga sini."

Piana bicara dengan begitu angkuhnya, tanpa salam apa lagi adab.

"Kenapa kamu mencari suamimu ke rumahku?

Apa aku tidak salah dengar?

Bukankah saat ini kamu yang jadi istrinya.

kenapa justru kamu mencari suamimu ketempat perempuan lain?

Ternyata benar ya, ketika seseorang berteriak hal buruk kepada orang lain, secara tidak disadarinya dia sudah menelanjangi keburukannya sendiri, sadarkah kamu saat satu jarimu menunjuk ke arah orang lain, ada empat jari yang menunjuk ke arahmu sendiri.

Sampai disini kamu paham?"

Hana tersenyum simpul dan tetap tenang saat bicara dengan wanita tak tau malu itu.

"Jangan sok bijak kamu mbak, jangan ceramah yang gak mutu.

Sekarang, panggilkan mas alim untuk keluar, atau aku yang akan masuk ke dalam untuk mencarinya." dengan percaya dirinya Piana terus menuduh Hana, justru sikapnya itulah yang akan membuatnya malu sendiri, ibarat senjata makan tuan, niat mempermalukan tapi dia sendiri malu.

"Piana piana, apakah kamu tidak paham dengan bahasa?

hingga kamu terus menyangkut pautkan urusan suamimu denganku, punya otak itu digunakan untuk berpikir jangan cuma menjilat aja bisanya."

"Perlu kamu tau, aku sudah tidak perduli lagi dengan suamimu.

Aku juga sudah tidak ada hubungan apapun dengan suamimu, jadi berhenti menuduhku yang tidak tidak, kami hanyalah mantan, camkan itu."

Hana bicara penuh dengan penekanan, dadanya sudah terasa sesak menahan gejolak emosi yang sudah sengaja dibuat oleh wanita perusak rumah tangganya.

Sebenarnya apa yang di inginkan wanita itu, kenapa dia selalu saja mengganggu ketenangan ku.

"Tolong pulanglah, pergi dari rumahku, karena aku harus berangkat ke kantor."

Hana pun berlalu melangkah masuk ke dalam rumah.

Tapi tangannya ditarik dari belakang oleh piana dengan kasar.

"Auuuwww.....

apa apa'an ini.?

Kenapa kamu bersikap tak sopan, apakah belum jelas jawabanku, kalau suamimu tidak ada di rumahku, paham nggak sih?"

"Aku akan mencarinya sendiri mbak, karena aku yakin mas alim ada disini."

Piana merengsek masuk, dan menggeledah setiap inci rumah, bahkan dibawah kolong tempat tidur pun dia periksa, namun nihil.

Alim tak ditemukannya.

Piana makin kalut, dan batinnya pun mulai bertanya.

'Apakah ada perempuan lain,yang saat ini jadi simpanan mu mas.'

Aaaaaacch, piana mengacak rambutnya frustasi.

Hana, hanya melihatnya dengan tatapan datar, sambil disandarkan tubuhnya ditembok depan kamarnya, dan kedua tangannya bersedekap dada.

"Gimana,ada?"

"suamimu ketemu tidak, aku ingatkan sekali lagi ke kamu, jangan pernah lagi kamu menyangkut pautkan masalahmu dengan mas Pras ke aku, jika masih saja, kamu menggangguku, aku tidak segan segan untuk berbuat kasar padamu, jangan pikir aku diam saja selama ini takut, aku hanya malas meladeni orang sakit sepertimu.

sekarang, silahkan pergi, atau aku buat kamu malu di depan warga dengan tuduhan mu yang tak terbukti itu, dan jangan pernah lagi kembali kesini, ingat itu."

Piana pun berlalu pergi dengan langkah cepat yang di iringi sejuta prasangka buruk akan suaminya, ditambah rasa kesalnya pada Rihana yang sudah berhasil membuatnya malu.

Rokayah (kakak perempuannya alim).

Sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan anak anaknya.

Bikin sambal mantah, goreng ayam, tahu dan telor ceplok untuk menu sarapan pagi.

Rudi (suaminya rokayah, kakak ipar nya Alim )

"Mah, Alim hari ini masuk kerja apa tidak, kok belum kelihatan keluar kamar dari tadi?" tanya Rudi pada istrinya karena sudah siang Alim belum juga muncul.

"Gak tau pah, sepertinya dia lagi kacau dengan masalahnya.

Habis ini mamah sudah beres masaknya, nanti mama coba bicara lagi dengan Alim."

Huuuufft.....

Rudi menghembuskan nafasnya berlahan.

Ditatapnya sang istri yang sedang memindahi masakannya ke meja makan.

"Mah, apa Alim menyesali keputusannya?"

Rokayah, sejenak terdiam dan menarik kursi untuk duduk di samping suaminya, sambil tangannya mengambilkan nasi ke piring suaminya.

"Kelihatannya sih begitu pah.

Tapi yaa mau gimana lagi, itukan sudah jadi resiko akan keputusannya, bukankah penyesalan itu selalu hadir dibelakang yaa pah?"

"Kalau di depan bukan penyesalan mah, tapi perjalanan."

Rokayah pun tertawa bersama suaminya.

"Bentar ya pah, mamah lihat Alim dulu, barangkali sudah bangun, biar ikut sarapan sekalian dengan kita."

"Iya mah, sekalian panggil anak anak yaa.

Suruh cepetan siap siapnya, karena papah berangkatnya lebih awal."

"Iyaa, paaaah....

Itu, Roy sama Billa sudah siap.

Sarapan dulu nak, sudah ditunggu papah dimeja makan.

Mamah mau panggil om Alim dulu."

"Iya mah."

jawab Roy dan Billa bersamaan.

Tok tok tok...rokayah mengetuk pintu kamar adiknya, berniat untuk membangunkan sang adik.

"Lim, sudah siang....

Kamu gak pergi kerja hari ini, sudah jam setengah tujuh loh sekarang.

Lim....Aliiim ...."

Rokayah, memanggil manggil Alim sambil mengetuk ngetuk pintu kamarnya dari luar.

"Iyaaa, mbak sebentar, aku sudah bangun dari tadi, ini masih siap siap ganti baju." terdengar sahutan dari dalam.

"Owwh oke kalau gitu...

Mbak tunggu di meja makan yaa, kita sarapan bareng."

"Iyaa mbk, mbk duluan aja habis ini aku nyusul."

Rokayah pun kembali bergabung ke meja makan dengan suami dan anak anaknya.

"Gimana mah??

Sudah bangun Alim nya?"

"Sudah, masih siap siap katanya, sebentar lagi juga keluar." itu dia, panjang umur baru saja di omongin.

"Pagi semua."

Alim pun ikut bergabung untuk sarapan bareng dengan keluarga kecil kakaknya.

Semua makan tanpa ada yang bicara satupun, menikmati masing masing sarapannya.

Dalam hati Alim bergumam, kalau saja waktu itu Rihana tak menggugat cerai, mungkin saat ini aku masih bisa merasakan kehangatan keluarga, seperti rumah tangga kakaknya yang hampir tanpa perselisihan.

'Hana aku akan terus berusaha untuk memilikimu lagi, gak akan aku biarkan laki laki manapun mendekatimu.' alim bermonolog dalam hati.

##keegoisan tidak akan menyelesaikan masalah,namu keegoisan lah yang menjadi awal dari masalah dan hancurnya sebuah hubungan

Apa yang akan Alim lakukan setelah ini,yuk ditunggu yaa kak bab selanjutnya.

Terpopuler

Comments

Ig: @putriaayu_98

Ig: @putriaayu_98

semangat kak... aku kirim kopi 🤗🤗

2022-10-08

1

lihat semua
Episodes
1 Tamu tak diundang
2 penyesalan yang terlambat
3 menyesal
4 kecurigaan Piana
5 kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6 Piana datang lagi
7 kegusaran Piana
8 kecewa
9 perjalanan dinas
10 PoV Dimas
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 sudah jatuh tertimpa tangga
25 selepas derita akan ada bahagia
26 26
27 bukan penyesalan tapi keegoisan
28 pelarian piana
29 aku atau kamu yang akan lebih menderita
30 tertangkapnya piana
31 menikah
32 maafin ayah nak
33 kegaduhan
34 test DNA
35 menggantungkan cerita
36 bab akhir
37 Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38 TDMS 2
39 TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40 TDMS 2 Piana lagi
41 TDMS 2 Bikin Ulah
42 TDMS 2 Di jodohkan
43 Rokayah vs Piana
44 pergulatan Piana dg Rokayah
45 POV Piana
46 kena omel suami
47 Lomba lari
48 lingerie
49 bertemu Piana di mall
50 Bertemu mantan suami
51 Bulan madu dirumah
52 POV Alim
53 Alma bertemu safitri
54 baju kembaran
55 Belajar menerima
56 Melamar
57 permainan Piana
58 minta rumah
59 Rencana Melati dan anak anaknya
60 seserahan
61 awal yang baru
62 tidak ada kesempatan lagi
63 membuang permata hanya demi batu kali
64 imitasi
65 mengantar undangan pernikahan
66 kedatangan Piana
67 Pernikahan Alim
68 memancing emosi
69 balasan Safitri untuk hinaan Piana
70 kalah langkah
71 pembalasan Melati
72 amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73 Tak dapat apa apa
74 Uang di dalam koper
75 Sorot dendam
76 Tidak terima
77 Pergi saja
78 Tidak dianggap
79 perempuan malas
80 perseteruan mertua dan menantu
81 cinta karena terbiasa
82 wanita itu siapa, Mas?
83 Vidio
84 berhasil
85 Meminta maaf
86 Sama sama salah
87 Rasain
88 Amarah Rudi
89 kepulangan Beni
90 buka usaha bengkel
91 Piana terusir
92 Sakit hati Piana
93 Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94 bela saja mama kalian
95 Rudi menemui Melati
96 kerasnya hati
97 Tidak bisa berubah
98 Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99 kakak bertanggung jawab
100 Dipecatnya Rudi
101 Permintaan maafnya Rudi
102 Menyesal
103 POV Melati
104 Ayura putri Seno
105 Ending
106 Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Tamu tak diundang
2
penyesalan yang terlambat
3
menyesal
4
kecurigaan Piana
5
kembali datang dan menuduh tanpa bukti
6
Piana datang lagi
7
kegusaran Piana
8
kecewa
9
perjalanan dinas
10
PoV Dimas
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
sudah jatuh tertimpa tangga
25
selepas derita akan ada bahagia
26
26
27
bukan penyesalan tapi keegoisan
28
pelarian piana
29
aku atau kamu yang akan lebih menderita
30
tertangkapnya piana
31
menikah
32
maafin ayah nak
33
kegaduhan
34
test DNA
35
menggantungkan cerita
36
bab akhir
37
Tekanan dari mantan suami season 2 (TDMS 2)
38
TDMS 2
39
TDMS 2 Bertemu Piana kembali
40
TDMS 2 Piana lagi
41
TDMS 2 Bikin Ulah
42
TDMS 2 Di jodohkan
43
Rokayah vs Piana
44
pergulatan Piana dg Rokayah
45
POV Piana
46
kena omel suami
47
Lomba lari
48
lingerie
49
bertemu Piana di mall
50
Bertemu mantan suami
51
Bulan madu dirumah
52
POV Alim
53
Alma bertemu safitri
54
baju kembaran
55
Belajar menerima
56
Melamar
57
permainan Piana
58
minta rumah
59
Rencana Melati dan anak anaknya
60
seserahan
61
awal yang baru
62
tidak ada kesempatan lagi
63
membuang permata hanya demi batu kali
64
imitasi
65
mengantar undangan pernikahan
66
kedatangan Piana
67
Pernikahan Alim
68
memancing emosi
69
balasan Safitri untuk hinaan Piana
70
kalah langkah
71
pembalasan Melati
72
amarah Rudi yang justru membuka kehancuran hidupnya
73
Tak dapat apa apa
74
Uang di dalam koper
75
Sorot dendam
76
Tidak terima
77
Pergi saja
78
Tidak dianggap
79
perempuan malas
80
perseteruan mertua dan menantu
81
cinta karena terbiasa
82
wanita itu siapa, Mas?
83
Vidio
84
berhasil
85
Meminta maaf
86
Sama sama salah
87
Rasain
88
Amarah Rudi
89
kepulangan Beni
90
buka usaha bengkel
91
Piana terusir
92
Sakit hati Piana
93
Pertemuan Rudi dan Anak anaknya
94
bela saja mama kalian
95
Rudi menemui Melati
96
kerasnya hati
97
Tidak bisa berubah
98
Aksi pembalasan Piana untuk Rudi
99
kakak bertanggung jawab
100
Dipecatnya Rudi
101
Permintaan maafnya Rudi
102
Menyesal
103
POV Melati
104
Ayura putri Seno
105
Ending
106
Bab tambahan Pesan cinta author Za untuk kehidupan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!