" Kalau mau pergi, nggak papa biar saya yang jaga Sasa tuan Barra." ucap Aisyah seperti mengerti apa yang menjadi ke khawatiran Barra.
" Tapi, apa nggak merepotkan Dokter Aisyah?" tanya Barra yang masih terlihat canggung dengan interaksi antara dia dan Aisyah.
" Nggak sama sekali, buat tiga hari kedepan kebetulan saya ambil cuti tahunan, jadi nggak masalah.. karena saya juga kangen sama Sasa." ucap Aisyah
" Emmm.. kalau begitu, saya tinggal sebentar untuk meeting paling lama saya meeting..
" Mau pergi nggak, kalau penting nggak usah banyak ngomong kan.. yang ada waktu buat jalan abis buat basa basi. " potong Aisyah dengan mode galaknya.
" Oke.. " Ucap singkat Barra dan lantas pergi meninggalkan ruang rawat Sasa.
Sementara Sasa yang melihat interaksi bunda dan Daddy nya hanya bisa tertawa lucu dan menakupkan telapak tangannya ke mulutnya.
" Saa... Sasa.. " seru Aisyah melihat Sasa
" Eehhh.. bun, hehehe.. aku lihat daddy di marahin bunda lucu tahu bun.." ucap Sasa dengan tertawa kecil mengingat kelakuan daddynya.
" Kok lucu? "tanya Aisyah heran.
" Lucu bun, soalnya kalau ngomong sama bunda.. daddy nggak pernah bisa lawan bunda.. hehehe.. " ujar Sasa dengan tawa yang bahagia.
" Kok malah seneng lihat daddy di marahin bunda?
" Hahaha.. karena Daddy nggak pernah mau. kalah sama siapa pun kecuali sama aku dan sekarang nambah satu orang yang buat daddy diam yaitu bunda."
" Dasar kamu ini.. nakal yaa?? " ucap Aisyah mencubit hidung Sasa gemas..
Mereka tertawa bersama, walaupun Sasa masih lemah di brangkar tapi, dengan kehadiran Aisyah membuat Sasa sangat bahagia.
Sore hari di waktunya makan Aisyah menyuapi Sasa dengan telaten dan Sasa juga menerimanya dengan senang hati dengan perlakuan Aisyah.
" Assalamu'alaikum. " Ucap salam terdengar dari arah pintu kamar rawat Sasa.
" Wa'alaikum salam. " jawab Sasa dan Aisyah.
" Sasa, kamu kenapa sayanggg...?!! "pekik Silvi dengan melangkah mendekati Sasa bersama Barra.
" Wahhh...anak daddy agi makan apa nih? " tanya Barra
Barra mendekati Sasa namun ,sebelum Barra menyentu anaknya terdengar suara yang bisa membuat Barra menurutinya.
"Stopp...!! cuci tangan, cuci muka dulu sebelum peluk-peluk Sasa.Virus banyak di luaran, Sasa baru saja panasnya turun." omel Aisyah dengan tangan yang sudah di depan Barra menghentikan langkah pria itu.
Sementara Silvi yang mendengar suara omelan Aisyah dengan memandang heran sikap Barra pada Aisyah yang langsung berhenti melangkah.
" Oke.. bunda !! ucap Barra santai dan melangkah ke kamar mandi.
" Kenapa Barra dengan mudah menuruti wanita ini, tadi dia panggil apa..? bunda..? ada hubungan apa dia sama Barra? " banyak pertanyaan di hati Silvi tentang Barra dan wanita berhijab yabmng sedang menyuapi Sasa dengan telaten.
" Hahh.. apa dia tadi bilang.. bunda?? " batin Aisyah mendengar sebutan Barra pada Aisyah
" Hahaha.. daddy sama bunda lucu, daddy nurut kayak anak kecil kalau sama bunda, kalau bunda kok lucu yaa.. muka bunda merah, kenapa bun? " ucap Sasa dengan wajah yang sedang meledek
" Apaan sih kamu, udah sekarang makannya lanjutin." suruh Aisyah.
" Ehemm.. kamu bisa bahasa Indonesia? "tanya Silvi dengan sikap angkuhnya.
" Kenalkan aku Silvi, model plus teman dekat Barra. " ucap Silvi mengulurkan tangannya pada Aisyah.
" Tante Silvi ngapain kesini, ini bunda ku bunda Aisyah." jawab Sasa mendahului Aisyah yang akan menjawab.
Terdengar suara pintu terbuka menampakkan Barra dengan pakaian bagian tangannya sudah di gulung sebatas siku, menampakkan wajah yang terlihat lebih segar.
" Daddy mandi?" tanya Sasa melihat penampakan sang daddy.
" I_iya " jawab Barra dengan terbata.
" Pasti pake sabun bunda yah, soalnya wanginya sama kayak punya bunda." ujar Sasa.
" Yah.. gimana lagi, soalnya bunda suruh bersih-bersih dari pada daddy nanti di suruh mandi juga, lebih baik daddy mandi duluan." ujar Barra dengan tersenyum melirik Aisyah yang sedang membenahi alat makan Sasa.
" Daddy takut di marahin bunda yaaa...?? "ledek Sasa pada sang daddy.
" Abis bunda kamu kalau udah ngomel galak." bisik Barra pada sang putri.
" Hahaha.. daddy lucu,kan bunda nggak gigit dad.."
" Gigit.. gigit siapa, emang bunda apaan gigit-gigit?" sambar Aisyah mendengar Sasa dan Barra nge gibhain dia.
" Bun.. kamu udah makan? " tanya Barra dengan memandang Aisyah
" Hahh.. maksudnya aku? " tanya Aisyah terkejut lagi-lagi Barra memanggilnya dengan sebutan bunda.
Maksud hati Barra ingin sedikit mengurangi kecanggungannya manggil Aisyah dengan sebutan dokter dan ikut memanggil Aisyah sama dengan sang putri.
" Yahh... siapa lagi yang bundanya Sasa, Silvi.. ya kamu lah Sya.." jawab Barra dengan sedikit tak enak hati.
" Belum sih, kenapa emang? " tanya Aisyah balik.
" Kalau kamu mau, kita makan di luar.. deket-deket Rumah Sakit aja,mumpung ada Silvi isa jagain Sasa dulu kan Vi? tanya Barra
" Kasihan bunda Sasa belum makan, sekalian aku makan juga. Kamu tadi udah makan kan? " tanya Barra lagi.
Silvi kesal dengan cara ini Barra menyuruhnya menjaga Sasa, anak yang membuatnya selalu naik darah.
" Tapi, apa mau Sasa sama aku mas? " tanya Silvi dengan sikap yang masih terlihat baik-baik saja.
" Mau kok tante, tapi.. ada om Kevin juga kan dad..? " tanya Sasa dengan menaik turunkan alis nya.
" A.. ada, biar nanti daddy suruh om Kevin masuk buat nemenin kamu sama tante Silvi yah, daddy sama bunda makan dulu yaa..kamu baik-baik sama tante Silvi juga sama om Kevin." pesan Barra.
" Oke Dad, jagain bunda aku ya.. dad?! " ucap Sasa dengan semangat.
" Oke, yuk.. bun..!! " seru Barra mengajak Aisyah keluar.
" Yuk, bunda pergi sama daddy dulu.. yah, jangan nakal. " ucap Aisyah dengan mencium kening Sasa.
" Iya bun.. " jawab Sasa singkat.
Akhirnya benar saja, Aisyah dan Barra pergi untuk makan malam sedang Silvi sangat gondok dengan perlakuan Barra dan tentu saja Sasa yang membuat kesal hatinya terus, tambah Kevin yang menyebalkan baginya.
Sementara Aisyah dan Barra memutuskan makan, di sebuah warung steek sederhana dekat dengan Rumah sakit. Aisyah memilih warung tenda pinggir jalan dekat Rumah sakit bukan restaurant mewah kebanyakan cewek tunjuk.
Karena memang Aisyah yang selalu hidup sederhana, walaupun semuanya sudah tercukupi oleh keluarga Bastian, namun diak mau melupakan dari mana dia berasal.
" Kenapa Tuan Barra liatin tempat ini begitu? " tanya Aisyah yang melihat Barra yang memindai tempat yang mereka datangi.
" Nggak papa, biasanya wanita itu nunjuk restaurant yang bagus, tapi.. kamu warung tenda pinggir jalan, aneh..? " ucap Barra.
" Jadi..menurut tu..
" Bisa nggak mulai saat ini kamu jangan panggil saya dengan embel-embel Tuan,bisa..?
potong Barra membuat Aisyah membeku.
Bukan karena ucapan Barra baruasan tapi, tatapan Barra yang terlihat berbeda padanya, berbeda dari masa-masa pertama dia bertemu sosok angkuh di depannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sandisalbiah
semoga mereka berjodoh.. krn Aisyah berhak buat bahagia...
2024-03-16
1
Rose Reea
cihuy
2024-02-20
0
enungdedy
emg sih novel iti crita halu tp gk gtu juga dong dong..mana ada warung tenda disana??.
2023-12-07
0