Happy reading 😘😘😘
Tepat pukul tujuh pagi, Alif dan Chayra mulai menuruni gunung dengan hati-hati. Tak lupa mereka mengabadikan momen indah dengan berfoto.
Keduanya mampir di warung makan Mbok Yem untuk mengisi perut sekaligus menumpang buang air kecil. Nampak beberapa pendaki sedang menikmati menu makanan yang dijajakan di warung tersebut sambil beristirahat. Mereka tidak banyak berbicara ketika masih berada di wilayah Gunung Lawu dan teramat menjunjung tinggi moral yang mesti dijaga ketika melakukan pendakian. Para pendaki itu mengerti bahwa Gunung Lawu masih memiliki hawa spiritual yang kental. Ketika mendaki, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar dan para pendaki wajib menghormatinya selayaknya orang yang sedang bertamu.
Ketika sedang asik melahap makanan yang telah dipesan, pandangan netra Alif dan Chayra tertuju pada serombongan tim SAR yang sedang berjalan dengan langkah lebar. Mereka membawa peralatan lengkap.
Salah seorang pendaki ada yang memberanikan diri bertanya pada salah seorang tim SAR, karena perasaan ingin tahunya yang berkecamuk.
Ketika mendengar jawabannya, semua bibir seolah terkunci. Bahkan Chayra sudah tidak berselera lagi untuk menghabiskan makanannya. Terbayang olehnya kejadian semalam yang membuat bulu kuduk merinding.
Ternyata para tim SAR akan mengevakuasi jasad seorang pria yang semalam terjatuh dari puncak gunung setelah bersenda gurau dengan teman-temannya dan mengucap kata-kata tidak sopan.
Ya Allah, berarti teriakan semalam .... Astaghfirullah .... Yaa Allah, yaa Robb yang Maha Pelindung, lindungilah kami selalu, beri penjagaan kepada kami dari segala hal yang buruk. Chayra melafazkan pinta di dalam hati dan sejenak memejamkan netranya.
Setelah membayar semua makanan serta minuman yang mereka nikmati, Alif dan Chayra beristirahat sejenak di warung makan Mbok Yem. Mereka kembali melanjutkan perjalanan selepas waktu dzuhur.
Ketika lelah kembali terasa, Alif dan Chayra berhenti sejenak di salah satu posko untuk beristirahat dan menunaikan sembahyang wajib. Meski berada di gunung, keduanya tidak pernah meninggalkan kewajiban mereka sebagai seorang hamba.
Mesin waktu yang melingkar di pergelangan tangan Alif seolah berputar sangat cepat. Tanpa terasa malam kembali menyapa. Chayra merasa takut dan gelisah. Ia sangat ingin segera sampai ke kaki gunung.
Chayra melafazkan kalam cinta dan bersholawat ketika mengalami beberapa hal aneh, terutama saat melewati Pasar Dieng. Ia teringat cerita sang oma mengenai pasar tersebut.
Pasar Dieng juga dikenal dengan sebutan pasar setan. Lokasi tersebut berupa sebuah lahan di lereng Gunung Lawu yang penuh dengan ilalang dan angin yang berhembus cukup kencang.
Konon, ketika melewati lokasi tersebut, para pendaki sering mendengar suara bising layaknya sebuah pasar. Dan Chayra pun ternyata mengalaminya. Ia mendengar suara bising khas orang-orang yang tengah melakukan transaksi di sebuah pasar.
Chayra berusaha mengalihkan rasa takut dan kegelisahannya dengan berpikiran positif. Namun tak berhasil. Lantas ia pun memeluk erat tubuh Alif dan membenamkan kepalanya di dada bidang suaminya itu untuk menemukan kenyamanan sekaligus menghilangkan rasa takut yang semakin mendominasi.
Alif mengulas senyum dan membalas pelukan Chayra. Ia sangat mengerti apa yang tengah dirasakan oleh istrinya itu. Keduanya mulai memejamkan netra ketika dikuasai oleh rasa kantuk. Alif dan Chayra tertidur di posko dengan posisi duduk sambil berpeluk hingga pagi.
Jika di malam hari suasana sangat mencekam, beda halnya ketika sang mentari pagi mulai menyapa dengan kehangatan sinarnya. Terlihat keindahan alam yang sangat memukau dan eksotis.
Setelah menjalankan ibadah sholat subuh, Alif dan Chayra kembali melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung.
Raut wajah keduanya menyiratkan kebahagiaan tatkala berhasil sampai ke bawah dengan selamat. Seketika mereka pun meluruhkan tubuh untuk bersujud seraya melangitkan kalimah syukur atas kasih sayang Illahi yang telah memberi perlindungan dan keselamatan.
....
Alif dan Chayra mencari penginapan untuk melepas lelah. Pasangan halal itu memutuskan untuk menginap di salah satu resort yang menyediakan kamar bernuansa klasik.
Resort tersebut menyuguhkan pemandangan alam yang berlatar belakang kegagahan Gunung Lawu dan hamparan sawah menghijau.
Setelah membersihkan badan, Alif dan Chayra bercengkrama sembari menikmati keindahan langit yang terhias lukisan Sang Pencipta, lembayung senja. Keduanya duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu jati ditemani dua cangkir wedang jahe.
"Sayang pasti sangat lelah ya?" Alif menerbitkan senyum dan menarik tubuh Chayra ke dalam rangkulannya hingga kepala wanita berparas cantik itu rebah di dada bidangnya.
"Iya Mas, aku lelah sekali. Ingin tidur, tapi sebentar lagi masuk waktu maghrib," keluhnya.
"Aku pijit kaki kamu, Yang?"
"Hemmm, nggak usah Mas. Aku baru marger. Tetep rangkul aku. Aku nyaman banget Mas dengan posisi kita seperti ini," pintanya sambil melingkarkan tangan di pinggang Alif dan membenamkan kepalanya. Bibir Chayra melengkung ketika mendengar suara detak jantung Alif yang terdengar merdu. Ia semakin yakin, Alif benar-benar mencintainya.
Ucapan Chayra membuat hati Alif berbunga-bunga. Ia tersenyum dan menghujani pucuk kepala istri tercintanya itu dengan kecupan sayang. Andai waktu bisa terhenti, Alif tidak ingin kebersamaannya dengan Chayra saat ini berakhir.
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mon maaf jika bertebaran typo 😊🙏
Up nya segini dulu ya Kakak-kakak ter love. Insya Allah nanti disambung lagi 😉
Dukung dan semangati author dengan selalu meninggalkan jejak like 👍
Beri komentar
Tabok ❤ untuk favoritkan karya
Tabok juga ⭐⭐⭐⭐⭐
Beri gift atau vote seikhlasnya
Trimakasih dan banyak cinta 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Semerdu apakah suara detak jantung suamimu itu, Chayra? 🙄🤔 Aku kok gak bisa menerkanya ya?
2022-08-02
1
Ria Diana Santi
Wah, kok ngeri ya? 🤔
2022-08-02
1
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Romantis nya kok berasa Horor😁
2022-06-01
1