Happy reading 😘😘😘
Damar beranjak dari posisinya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu utama dan meninggalkan tempat itu. Tempat yang seharusnya menjadi saksi ikrar suci yang akan dilisankannya untuk mengikat Chayra.
Hening, tatapan iba tertuju pada Chayra. Ingin rasanya Alif merengkuh tubuh Chayra dan membawanya ke dalam dekapan. Namun ia sungguh tak kuasa karena Chayra bukan mahramnya.
Suara deheman bapak penghulu memecah keheningan yang sempat tercipta. "Maaf, karena akad nikahnya tidak jadi, saya mohon diri. Masih ada dua pasangan calon pengantin lagi yang akan saya nikahkan pada hari ini," tutur bapak penghulu yang langsung mendapat sahutan dari Kirana, oma yang sangat menyayangi Chayra sekaligus ibu angkat Alif.
"Saya minta, jangan pergi dulu Ustadz Husein! Akad nikahnya tetap akan dilaksanakan --"
Ucapan Kirana mengalihkan atensi seisi ruang.
"Apa, maksud anda Bunda Kiran? Bukankah calon mempelai pria sudah pergi karena calon mempelai wanita membatalkan pernikahan mereka?" Husein melontarkan tanya diikuti tautan kedua pangkal alis.
Kirana menanggapi pertanyaan Husein dengan seutas senyum. Lalu ia gulirkan pandangan netranya ke arah Alif dan Chayra secara bergantian.
"Calon mempelai prianya masih ada di sini, Ustadz. Dia ... Muhammad Alif Firdaus. Putra angkat saya." Ucapan Kirana sukses membuat semua orang terkesiap terutama Alif dan Chayra.
"Alif, Bunda mohon nikahilah Chayra. Bunda yakin, kamu adalah sosok imam terbaik yang dikirim Illahi untuk Chayra, cucu bunda."
Alif bergeming. Ia dilema. Seharusnya ia merasa teramat bersyukur dan sangat bahagia sebab impiannya untuk mempersunting gadis pujaan hatinya akan tercapai. Namun apa yang terjadi padanya? Mengapa Alif terlihat begitu resah dan gelisah? Apa mungkin, ada sesuatu yang ia rahasiakan?
Muhammad Alif Firdaus, sebenarnya ada apa denganmu?
"Alif." Suara Kirana memecah kaca lamun.
Alif menghela nafas berat lantas membuka suara. "Bunda, dengan mengucap 'Bismillah' saya bersedia menikahi Dek Chayra," ucapnya sedikit ragu.
"Alhamdulillah." Kirana tersenyum lega. Ia sangat yakin bahwa Alif adalah imam pengganti yang tepat untuk cucunya, Ayunda Chayra Putri.
"Chayra sayang, kamu bersedia 'kan menikah dengan Mas Alif? Oma yakin, Mas Alif ... seorang calon imam yang lebih baik bila dibandingkan dengan Damar."
Chayra yang sedari tadi menunduk, menyembunyikan manik mata yang terbingkai embun ... perlahan menengadahkan wajah. Dengan sisa-sisa ketegaran, ia mengacuhkan ucapan omanya. "Iya Oma, Chayra bersedia menikah dengan Mas Alif,'' ucapnya dengan nada suara yang terdengar bergetar. Ia menyetujui keinginan sang oma untuk menyelamatkan nama baik keluarga besarnya. Opa dan omanya sudah terlanjur mempersiapkan acara resepsi yang sangat mewah dan mengundang para pejabat serta para pengusaha yang menjadi rekan bisnis mereka. Bukan hanya resepsi mewah, opa dan oma Chayra juga sudah menyewa kamar hotel dengan nuansa yang sangat romantis untuk berbulan madu.
Di dalam benak, Chayra melangitkan pinta, semoga Alif benar-benar merupakan calon imam yang terbaik. Ia berusaha ikhlas menerima takdir cinta yang telah digoreskan Illahi. Apapun yang menjadi kehendak-Nya adalah yang terbaik.
Alif menghela nafas panjang lalu mengucap kalimah kabul. "Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq."
Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah.
Alhamdulillah SAH.
Lolos sudah titik-titik air yang sedari tadi menganak di kelopak mata. Chayra menangis tanpa suara ketika para saksi mengucap kata ‘SAH’. Segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya berdenyut nyeri.
Alif mengusap wajah Chayra yang telah basah dengan jemari tangan. Ia sangat memahami perasaan wanita yang baru saja dihalalkannya. Sama seperti Chayra, segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya pun berdenyut nyeri. Ia tau, bahkan sangat tau--dari dahulu cinta Chayra bukan untuk dirinya melainkan untuk Damar Setiaji.
Alif merasa semakin tidak pantas menjadi imam untuk Chayra, sebab keadaannya saat ini. Dia bukan Alif yang dulu, meski cintanya masih tetap utuh untuk Ayunda Chayra Putri. Namun demi janji yang telah terikrar, Alif akan berusaha memantaskan diri dan memperjuangkan Chayra meski kelak badai ujian menghampiri.
Alif menerbitkan senyum untuk menutupi rasa yang berkecamuk di dalam dada. “Ra, mas Alif mohon, jangan menangis lagi! Nanti jiblabmu bisa basah,” candanya dengan menirukan ucapan Chayra yang selalu salah mengucap kata ‘jilbab’. Bukan ‘jilbab’ tetapi ‘jiblab’.
Candaan Alif sukses menarik kedua sudut bibir Chayra, hingga terbitlah seutas senyum mengganti rupa yang terbingkai sendu.
“Nah, kalau tersenyum seperti ini ‘kan cantik –“ ujarnya menggoda.
Dengan tangan gemetar, Alif memegang pucuk kepala Chayra dan melantunkan doa, "Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.
Usai melantunkan doa, Alif melabuhkan kecupan di kening Chayra untuk pertama kalinya. Bunga-bunga cinta yang tumbuh di taman hati kini bermekaran, meski bayangan seseorang sempat melintas di pelupuk mata, seolah mencegahnya untuk menyentuh Chayra.
Kecupan pertama yang dilabuhkan oleh Alif, menciptakan sensasi rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuh. Chayra sekejap memejamkan netra, menyelami rasa yang entah. Ia sungguh tidak pernah mengira, lelaki yang dari dahulu dianggapnya sebagai seorang sahabat sekaligus abang, kini telah sah menjadi imamnya.
Chayra mencium punggung tangan Alif sebelum keduanya menyematkan cincin pernikahan ke jari manis.
Raina menyeka sudut netranya yang basah. Raut wajah yang semula sendu, kini terbingkai binar bahagia. Ia teramat bersyukur memiliki seorang ibu mertua yang teramat bijak. Disaat putrinya harus menelan kenyataan pahit karena gagal menikah dengan Damar, sang ibu mertua ternyata telah mempersiapkan seorang imam pengganti untuk Chayra. Dia ... Muhammad Alif Firdaus, pemuda berparas rupawan lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo.
Dengan takzim, Chayra mencium punggung tangan kedua orang tuanya seraya memohon doa restu. Mereka berpeluk diiringi isak tangis.
Alif tak mampu menahan bendungan air mata yang kini tertumpah ketika mencium punggung tangan kedua orang tua angkatnya, Abimana dan Kirana. Ia merasa teramat bersalah karena telah menyembunyikan suatu rahasia besar yang kelak 'mungkin' akan menjadi bom waktu dan mengguncang rumah tangganya. Alif berharap, jika kelak tabir telah terbuka, Chayra akan tetap menerimanya sebagai imam. Berjuang bersama menghadapi ujian cinta.
Kirana mengusap rikma Alif dengan penuh kasih sayang. Meski Alif hanyalah seorang anak angkat, Kirana dan Abimana teramat menyayanginya. Bahkan keduanya sudah menganggap Alif sebagai putra kandung mereka sendiri.
"Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoirin. Semoga Allah memberkahimu dalam segala hal yang baik dan mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan," doa tulus Abimana yang terlisan untuk kedua mempelai, Ayunda Chayra Putri dan Muhammad Alif Firdaus.
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika bertebaran typo 😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CURIGANYA SIH SIALIF SDH PNY ISTRI, MGKIN ALIF MNIKAH DIAM2 KRN PATAH HATI DGN CHAYRA YG AKN NIKAH DGN DAMAR..
2023-03-24
0
Sulaiman Efendy
ADA APA DGN ALIF, KNP MNGATAKN BKN ALIF YG DLU, ADA RAHASIA APA YG DITUTUPI ALIF, APA ALIF TLH MMPUNYAI KKASIH ATAU ISTRI DI KAIRO SANA..?
2023-03-24
0
OrrieOn
ada rahasia apa Alif
2022-11-22
0