Happy reading 😘😘😘
Acara resepsi pernikahan Alif dan Chayra digelar selepas waktu isya, bertempat di hotel milik Albirru. Semua pasang mata menatap takjub wajah kedua mempelai yang sangat rupawan. Keduanya nampak serasi dengan balutan kain berwarna senada.
Chayra mengenakan gaun pengantin syar'i berwarna putih dilengkapi hijab berwarna senada dan Alif mengenakan setelan jas berwarna putih dilengkapi peci yang juga berwarna senada.
Chayra memasang senyum meski hatinya bertudung duka sebab ia tidak ingin terlihat menyedihkan di hadapan para tamu undangan.
Bisik-bisik para tamu mulai terdengar saat mereka menyadari bahwa mempelai pria yang duduk di singgasana pengantin ternyata bukan Damar melainkan Alif, seorang imam pengganti.
Telinga Chayra terasa panas, dadanya serasa sesak. Ingin rasanya ia berlari sejauh mungkin dan menghilang dari hadapan semua orang yang mencaci.
"Mas Alif, saya ingin ke kamar. Capek," keluhnya.
"Mas Alif antar ke kamar ya?"
"Nggak usah, Mas Alif di sini saja. Banyak tamu yang mesti disambut. Jika pengantinnya nggak ada, siapa yang akan menyambut mereka?"
Alif menerbitkan senyum dan mengusap jilbab Chayra dengan lembut. "Ra, nggak usah khawatir. 'Kan ada papa, mama, opa, dan oma kamu. Kalau dirasa masih kurang, bagaimana jika mas Alif meminta dua orang untuk menggantikan posisi kita, duduk di singgasana pengantin, menyambut para tamu? Ya, bisa dibilang menjadi pengantin pengganti sementara. Setelah capekmu hilang, kita kembali duduk di singgasana ini." Alif mencetuskan ide yang terkesan konyol.
Chayra terkekeh. Ia terhibur dengan ide konyol yang dilontarkan oleh Alif.
"Memangnya, siapa yang akan Mas Alif minta untuk menggantikan posisi kita, menjadi pengantin pengganti sementara?" Chayra melipat bibirnya. Ia berusaha menahan tawa. Entahlah, setiap bersama Alif, Chayra merasa nyaman dan dinaungi oleh kebahagiaan. Alif selalu mempunyai cara untuk melukis senyum dan tawa di wajah Chayra.
Alif sejenak berpikir. Ia edarkan pandangan netranya ke seisi ruang. Tetiba wajahnya berbinar saat indra penglihatannya tertuju pada sepasang Adam dan Hawa yang tengah berdiri tidak jauh dari singgasana pengantin. "Rizqi Maulana Alfathan, putra mas Ikhsan dan ustadzah Nadhira Husein, putri ustadz Husein. Kebetulan, pakaian yang mereka kenakan serasi. Ya, siapa tau setelah menggantikan posisi kita untuk menjadi pengantin pengganti sementara, keduanya menyusul kita." Alif mengerling diikuti lengkungan bibirnya yang membentuk sabit.
Chayra tersenyum dan menyetujui ucapan Alif. "Iya Mas. Mas Rizqi dan ustadzah Nadhira terlihat sangat serasi. Semoga mereka bersedia menggantikan kita ya, Mas."
"Iya Ra, semoga."
Alif dan Chayra turun dari singgasana pengantin untuk menghampiri Rizqi dan Nadhira yang tengah berbincang. Setelah sejenak berbasa-basi, Alif meminta agar keduanya bersedia menggantikan posisinya dan Chayra, duduk di singgasana pengantin untuk menjadi pengantin pengganti sementara.
Manik mata Rizqi dan Nadhira membola. Mereka menolak dengan tegas permintaan Alif yang terkesan konyol itu.
"Apa-apaan sih kamu Lif? Permintaanmu sangat konyol. Masa—kami harus menggantikan posisi kalian, menjadi pengantin pengganti sementara. Ogah akh, saya nggak mau kalau cuma jadi pengantin pengganti. Maunya jadi pengantin beneran," sungut Rizqi yang sukses menorehkan semburat merah di pipi Nadhira.
"Ya sudah, jadi pengantin beneran juga boleh. Mumpung bapak penghulunya belum pulang, Mas."
"Memangnya, di mana bapak penghulunya, Lif?"
"Tuch disana, Mas!" Alif menunjuk objek yang ia maksud dengan gerakan dagunya.
Bola mata Rizqi berotasi sempurna, bibirnya terbuka lebar saat pandangan netranya menangkap objek yang dimaksud oleh Alif. Ternyata, Husein. Abi Nadhira.
"Gimana, Mas Rizqi? Mau saya panggilkan ustadz Husein?" tanya yang terlisan dari bibir Alif diiringi gerakan kedua alisnya, naik-turun.
"Ja-jangan. Saya belum menyiapkan mahar yang pantas untuk Dek Nadhira," bisik Rizqi tepat di telinga Alif.
"Jadi gimana nich? Mas Rizqi bersedia membantu kami 'kan? Jika Mas Rizqi bersedia, Alif janji akan membantu Mas Rizqi supaya bisa diterima menjadi menantu ustadz Husein. Nggak mudah lho Mas, meluluhkan hati ustadz Husein. Beliau terkenal sangat selektif memilih calon menantu," ujar Alif seraya bernegosiasi.
Rizqi nampak berpikir sejenak. Ia meminta pendapat Nadhira sebelum meng-iyakan permintaan Alif.
"Bagaimana, Dek? Dek Nadhira bersedia 'kan mendampingi mas Rizqi, duduk di singgasana pengantin untuk menggantikan posisi mereka, menjadi pengantin pengganti sementara? Kasihan Alif dan Chayra. Sepertinya, mereka sudah tidak sabar untuk mereguk kenikmatan surga dunia," ucapnya setengah berbisik.
Nadhira tersenyum malu. Ia mengangguk pelan. "Iya Mas. Saya bersedia menemani Mas Rizqi untuk menggantikan posisi Alif dan Chayra."
"Alhamdulillah yaa Allah. Semoga setelah menjadi pengantin pengganti sementara, kita jadi pengantin beneran ya Dek."
"Aamiin, iya Mas."
Alif dan Chayra merasa lega. Keduanya berjalan menuju kamar yang telah dipersiapkan setelah Rizqi dan Nadhira memposisikan diri di singgasana pengantin untuk menggantikan mereka.
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mon maaf jika bertebaran typo 😉🙏
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak like 👍
Klik ❤ untuk favoritkan karya
Tekan ⭐ 5
Beri gift atau vote untuk memberi dukungan author 🌹
Trimakasih dan banyak cinta 💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nissa Qoirum
c
2022-06-29
0
Ria Diana Santi
Syukurlah si Nadhira mau. Kalo gak puyeng kali si Alif cari solusinya. Alhamdulillah sekarang udah ada solusinya. 🥰
2022-06-04
1
Ria Diana Santi
Bisa ae nih si Alif idenya
2022-06-04
1