Happy reading 😘😘😘
Perlahan, Alif dan Chayra melerai pelukan. Keduanya saling mengunci tatapan dan mengulas senyum.
“Chayra sayang, jangan menangis lagi ya!” tutur Alif sembari mengusap jejak air mata di wajah cantik istrinya.
“Iya mas.”
“Malam sudah semakin larut. Yuk kita tidur!” ajaknya, memandu Chayra masuk ke dalam lantas menutup jendela sebelum naik ke atas ranjang.
“Mas, Chayra tidur di sofa aja ya?” ucapnya hati-hati. Chayra takut menyinggung perasaan Alif. Ada rasa yang membuatnya enggan untuk tidur bersama meski mereka sudah halal. Apalagi, pria yang menjadi kekasih halalnya itu bukan seorang Adam yang ia cinta. Bibir bisa berkata ikhlas. Namun nyatanya, hati masih belum sepenuhnya sanggup menerima.
Sakit. Jelas Alif merasa sakit hati. Ia merasa ditolak oleh wanita yang kini berstatus sebagai istrinya. Tanpa sadar, Chayra kembali menorehkan luka tak kasat mata.
“Mas Alif saja yang tidur di sofa, Ra. Kamu, tidurlah di ranjang.” Alif turun dari ranjang lalu merebahkan diri di atas sofa.
“Tapi, Mas –“
Alif memejamkan netra. Ia berusaha untuk tidak menghiraukan Chayra.
“Good night, Mas Alif. Have a nice dream.” Chayra menyusul Alif. Ia rebahkan tubuhnya di atas ranjang dan berusaha memejamkan netra, menghalau bayangan wajah Damar yang masih saja menari-nari di pelupuk mata.
....
Seperti kebiasaannya semenjak remaja, Alif terbangun di sepertiga malam. Ia membersihkan diri dengan air wudhu kemudian menjalankan ibadah sholat sunah lail. Ingin rasanya, ia membangunkan Chayra dan menjalankan sholat sunah lail bersama. Namun, Alif tidak tega ketika menatap wajah Chayra yang terlihat lelah dan sembab.
Usai mengucap dua salam, Alif melangitkan pinta seraya memohon ampunan dan petunjuk kepada Illahi agar langkahnya tak salah.
Alif mulai melantunkan kalam cinta dengan suaranya yang terdengar sangat merdu hingga mengusik indra pendengaran Chayra.
Kelopak mata yang terbingkai bulu-bulu lentik, terbuka perlahan. Mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya lampu kamar.
Chayra beranjak dari posisinya. Lalu ia sandarkan punggung pada heardboard. Dengan takzim, Chayra mendengarkan suara yang sudah lama ia rindu. Suara merdu yang dimiliki oleh pria yang ia anggap sebagai sahabat sekaligus abangnya. Dan sekarang, pria itu telah menjadi imamnya.
“Maha benar Allah atas segala firmannya.” Alif menutup mushaf dan melabuhkan kecupan.
“Ra, kamu sudah bangun?” tanyanya setelah melipat sajadah dan menaruhnya di atas nakas.
“Ya sudah lah, Mas. Kalau belum bangun, pasti mata Chayra masih merem,” sahutnya sambil terkekeh.
“Ya, siapa tau tidurmu sambil melek, Ra. Persis ikan,” selorohnya diiringi senyum yang terkembang. Ia daratkan bobot tubuh di bibir ranjang lantas mengacak rambut Chayra, gemas.
“Issshh, Mas Alif. Paling seneng dech mengacak rambut Chayra. Jadi berantakan ‘kan.” Chayra mencebikkan bibir lalu melipat kedua tangan di depan dada dan memasang raut wajah kesal.
Alif tergelak lirih dan kembali mengacak rambut Chayra hingga membuat istrinya itu semakin kesal.
“Nih rasain!” Chayra mendaratkan cubitan di pinggang Alif sebagai serangan balasan.
“Awwww, enak Sayang. Lagi donk!” Alif mengaduh dan mengerling.
“Dasar Mas Alif nacal.” Chayra kembali mendaratkan cubitan. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Alif tak tinggal diam. Ia membalas cubitan dengan gelitik-an.
“Sudah Mas, geli ih.” Tubuh Chayra menggelinjang seperti cacing kepanasan. Ia pun rebah di atas ranjang dengan posisi tangan menarik baju koko yang dikenakan oleh Alif.
Kedua insan yang telah halal itu saling mengunci tatapan. Bibir mereka seketika membisu seiring suara degup jantung yang terdengar merdu.
Bibir ranum yang tersuguh, mendorong hasrat ingin mencumbu, mencicipi kelembutan dan menyesap manisnya.
Netra Chayra terpejam. Ia tak kuasa menolak bibir Alif yang berlabuh.
“Maaf Ra,” bisik Alif sembari mengusap saliva yang tertinggal di bibir Chayra, lalu bangkit dari posisinya.
Chayra mengangguk pelan dan mengalihkan wajahnya yang terlukis semburat merah. Ia merasa teramat malu. Bukannya menolak, Chayra malah menyambut bibir Alif yang berlabuh, hingga bibir keduanya saling berpagut. Manis. Chayra merasakan manis yang belum pernah ia rasa.
Suara kumandang adzan subuh memecah hening yang sempat tercipta setelah keduanya tenggelam ke dalam rasa membuncah. Rasa yang masih samar. Namun terasa indah bagi Chayra.
Perlahan Chayra beranjak dari ranjang kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
“Mas, sudah tiba waktu subuh. Mas Alif mau sholat berjamaah di masjid atau di sini?” tanya yang terlisan begitu ia keluar dari kamar mandi.
Alif terpana ketika menyaksikan rikma Chayra yang basah. Di mata Alif, wajah istrinya itu terlihat semakin cantik.
“Mas. Kog malah bengong sih?” Chayra melambai-lambaikan tangan tepat di depan wajah Alif sehingga membuat pria berparas rupawan itu terhenyak.
“Eh, apa Ra?” Alif tersenyum nyengir dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal.
“Cieee, Mas Alif terpesona ya? Sampai-sampai nggak denger tadi Chayra ngomong apa. Wajarlah jika Mas Alif terpesona. Wajah Chayra ‘kan cantik seperti artis, Natasya Rizki,” ujarnya percaya diri seraya melontarkan candaan.
“Kalau ngomong suka bener kamu, Ra. Nggak salah ‘kan terpesona sama istri sendiri?”
Chayra bergeming saat Alif memangkas jarak mereka berdua. Niatnya untuk bercanda malah mendapat sambutan dari Alif yang sukses membuatnya salah tingkah.
“Ma-mas Alif mau ngapain?” Chayra memundurkan sedikit wajahnya. Ia takut jika kembali khilaf, menyambut sentuhan bibir Alif. Dahal, sah-sah saja khilaf. Kan sudah halal.
Alif menyeringai lembut. Ia usap sudut netra Chayra untuk menghilangkan kotoran mata yang masih menempel.
“Dasar, kebiasaan tuman. Kalau mandi nggak pernah bersih. Selalu saja ada belek yang tersisa, Ra.”
Ucapan Alif sukses menimpuk wajah Chayra hingga memanas dan memerah. Ingin rasanya, Chayra berlari dan bersembunyi di planet mars untuk menghindari pria jahil bin usil yang berstatus sebagai kekasih halalnya itu.
“Sudah terdengar iqomah, Mas. Jadi sholat subuh, nggak?” Chayra sengaja melisankan tanya untuk mengalihkan Alif.
“Jadi donk.”
“Mas Alif, mau sholat subuh di mana?”
“Di sini saja, Ra. Mas Alif ingin sholat berjamaah dengan kamu,” jawabnya disertai seutas senyum yang teramat manis hingga membuat Chayra seketika terpana. Ia baru menyadari pesona wajah Alif yang sangat rupawan. Alis tebal, hidung mancung, sorot mata teduh, lesung di kedua pipi, ditambah kulit yang putih bersih.
Ternyata, wajah Alif tidak kalah tampan bila dibandingkan dengan wajah Damar. Dulu, bagi Chayra ... ketampanan Damar sudah sangat maksimal. Namun ternyata, ada yang lebih maksimal, yaitu ketampanan Muhammad Alif Firdaus.
Duhh Chayra, kenapa baru nyadar sih?
“Ra, kenakan mukena ini!” titahnya sambil menyodorkan mukena berwarna putih yang terhias bordiran bunga mawar.
“I-iya Mas.” Chayra gelapan. Ia lantas mengulurkan tangan untuk menerima mukena dari tangan Alif.
Dua sajadah terbentang. Alif dan Chayra mulai menjalankan ibadah sholat subuh dengan khusyu' ditemani kidung merdu sang bayu ....
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mumpung hari Senin, tampol Chayra pake vote ya Kakak-kakak ter love. Supaya othor Istri Comel semakin bersemangat UP 😉😍
Trimakasih dan banyak cinta 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Karena matamu masih ditutup sama kakak ku yang usil Chayra. 😆🤐
2022-07-25
1
Ria Diana Santi
Shubuh yang indah... 😢
2022-07-25
1
Ria Diana Santi
Hadehhh bahasanya centil kayak yang buat nih novel. 😆🤐
2022-07-25
2