Kenyataan yang sebenarnya

Malam pun tiba, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 09 malam. Ziana akhirnya sampai ke rumah Rendi dan mengetuk pintu. Tak lama bibi pun datang membukakan pintu dengan senyuman hangat.

"Maaf bi, aku baru pulang! Bibi pasti sedang beristirahat." Ucapnya.

"Tidak apa-apa non, ayo masuk!" Ajaknya.

Ziana pun masuk dan mata bibi nampak melihat kebelakang. Ia terlihat menunggu seseorang. Ziana yang melihatnya langsung menghampiri.

"Bibi mencari siapa?" Tanyanya.

"Den Rendi, bukannya tadi pagi pergi sama Nona!"

Ziana mengerutkan keningnya. "Rendi belum pulang!"

"Iya, apakah Non tahu dia pergi ke mana?" Tanyanya.

Ziana nampak menundukkan kepalanya, Ia jadi kepikiran sama Rendi.

"Rendi, kamu kemana? Apa kamu tersinggung karena ucapan ku!" Batinnya yang menggerutu.

Bibi nampak menatap wajah Ziana, Ia tahu dari ekspresi nya mereka sedang bertengkar.

"Non, apakah kalian bertengkar?"

"Iya bi, tapi aku pikir dia sudah pulang. Oh iya bi, biasanya Rendi kalau marah pergi ke mana?" Tanya Ziana yang penasaran.

Bibi nampak menundukkan kepalanya. "Den Rendi biasanya pergi dari rumah dan tak kembali, itulah yang bibi takutkan." Tuturnya sedih.

Ziana nampak terkejut dan Ia pun mulai gelisah. Ziana meraih handphonenya dan mencoba menelpon Rendi tapi sayang handphonenya tidak aktif.

Ziana nampak merasa bersalah, Ia pun pergi ke kamar dengan wajah murung. Di kamar, Ia menatap sekeliling foto Rendi. Tak ada foto yang memperlihatkan senyuman.

"Ren, sebenarnya apa yang kamu sembunyikan? Kenapa hanya aku bertemu Gara, kau bisa semarah itu." Tuturnya.

Ziana teringat kembali akan ucapan Rendi sewaktu di rumah sakit. Ia merasa ada yang janggal, semua ucapannya seakan mengarah jika Gara bukanlah orang yang baik.

"Ren, aku ingin kamu jujur! Bukan memberikan aku teka-teki seperti ini. Aku merasa jika kamu bukanlah orangnya, tapi mendengar ucapanmu itu seakan Gara adalah orang telah menghancurkan hidupku." Tuturnya kembali.

Ziana membuka laci meja yang terlihat usang, di dalamnya ternyata ada buku diary dengan sampul berwarna coklat dan terbuat dari kulit.

"Buku diary siapa ini?" Tanyanya sambil mengambil.

Ziana penasaran dengan isinya tapi Ia ragu. "Mungkin ini punya Rendi, aku penasaran tapi jika aku membukanya pasti akan tidak sopan." Batinnya.

Ziana terus berdebat dengan hatinya, akhirnya Ia memberanikan diri untuk membuka buku diary tersebut untuk mencari tahu tentang Rendi sebenarnya.

Dear diary

Hari ini aku bertengkar dengan Ziana, meskipun dia terlihat marah tapi aku senang untuk pertama kalinya dia menggenggam tanganku.

Ziana mengerutkan keningnya karena merasa heran.

"Ziana yang di maksud ini aku atau bukan!"

Ziana membaca kembali lembaran berikutnya.

Dear diary...

Hari ini adalah hari perpisahan di sekolah kami. Aku sebenarnya sedih, karena aku tidak tahu apakah bisa melihatnya lagi atau tidak. Tapi aku bahagia, wanita yang kucintai lulus dengan prestasi terbaik. Meskipun aku selalu mengajaknya bertengkar, tapi semua itu kulakukan hanya untuk bisa menyapanya.

Sebenarnya, aku tidak mau terus bertengkar dengannya. Tapi kalau tidak bertengkar, dia selalu dingin dan cuek. Itu membuatku sedih dan aku berharap suatu saat nanti kita bersama karena cinta.

"Ziana musuh cintaku!"

Ziana menutup buka diary tersebut, Ia tak berani membaca lagi. Ia penasaran Ziana yang dimaksud dirinya atau orang lain.

"Sebenarnya, Ziana yang mana sih! Dasar Rendi, kenapa tidak mencantumkan tanggal. Tapi mungkinkah itu aku, tapi semua cerita ini seperti mengarah pada diriku." Ucapnya yang semakin penasaran.

Ziana menyimpan kembali buku diary tersebut ke tempat semula. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan pikiran yang penuh dengan semua pertanyaan.

"Ren, jika itu aku! Apa yang harus kulakukan?" Ucapnya sambil menutup mata.

...

Keesokan harinya...

Matahari sudah bersinar terang dan Ziana terlihat masih tidur nyenyak. Ada kebisingan di kamarnya yang membuat dirinya terbangun.

"Suara apa sih, berisik sekali!" Ucapnya sambil mengucek mata.

Ziana memusatkan pandanganya kepada seseorang yang sedang mengemasi pakaian. Ia nampak heran dan matanya mulai jelas. Ternyata itu Rendi, Ziana segera bangkit dari ranjang dan menghampirinya.

"Ren, kok kamu memasukkan pakaian ke koper! Memangnya kamu mau kemana?" Tanyanya heran.

"Aku mau pergi, ada tugas di luar kota!" Jawabnya ketus.

"Berapa hari?"

"Tidak tahu."

Ziana mengerutkan keningnya, Ia menatap Rendi yang terlihat dingin yang tak seperti biasanya.

"Ren, aku minta maaf atas kejadian kemarin!" Tutur Ziana merasa bersalah.

Rendi tak ingin mendengarnya, Ia segera pergi sambil membawa kopernya. Ziana merasa ada yang aneh, Ia segera mengejar.

"Ren, apa kamu marah? Dan kamu pergi pasti karena aku!" Ucapnya.

"Sudahlah, aku tak ingin membahas hal bodoh itu lagi." Tuturnya yang acuh.

Ziana terus mengejar sambil menggenggam tangan Rendi.

"Ren, aku mohon jangan tinggalkan aku!" Ucap Ziana yang tak rela melihat Rendi pergi.

Bibi dan Pak Anggara menghentikan langkah Rendi.

"Den, jangan pergi lagi!" Tutur bibi sambil menangis.

"Rendi, sebenarnya ada apa ini! Kenapa kamu mau pergi?" Tanyanya.

Ziana mengerutkan keningnya karena Pak Anggara tak tahu ada tugas di luar kota.

"Pa, Rendi bilang dia ada tugas di luar kota!" Tuturnya.

Pak Anggara mengerutkan keningnya. "Tidak ada tugas di luar kota! Ren, jika ada masalah tolong selesaikan. Jangan pernah kamu lari dari kenyataan, selesaikan lah kamu ini laki-laki." Bentak Pak Anggara.

Rendi tak menjawab dan Ziana mengerutkan keningnya.

"Ren, kita harus bicara!" Ucapnya sambil menarik tangan Rendi, Ziana mengajaknya ke ke kamar dan melemparkan kopernya.

Ziana terlihat marah, Ia sampai mengeluarkan air mata karena kesal.

"Ren, apakah kamu sebenci ini padaku! Aku tahu aku salah, tapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu sembunyikan. Sekarang kau mau pergi, meninggalkan aku disini." Teriaknya.

Rendi hanya diam dan bahkan dia pun tidak ingin melihat wajah Ziana. Ziana yang melihatnya pun nampak geram, Ia segera mencengkeram wajah Rendi dan mereka pun saling menatap.

"Kamu lihat aku, aku ini istrimu!" Ucapnya dengan mata yang merah.

Rendi menyunggingkan senyumnya. "Apa gunanya status kita, jika nyatanya kau lebih memilih sahabatmu? Aku tahu, aku memang tidak sebanding dengan Gara tapi seharusnya kamu berterima kasih kepadaku karena aku mau menikahi mu." Jawabnya dingin.

"Bukannya, itu memang kewajiban mu. Kau yang berbuat dan kau juga yang harus bertanggung jawab." Jawab Ziana.

Rendi tersenyum kembali. "Bagaimana jika aku bukan orang itu? Bagaimana jika aku adalah penggemar berat yang hanya bisa menangisi kesedihan karena bersama dengan wanita yang telah di renggut kesuciannya oleh orang lain?" Tanyanya dengan senyum ketir.

Ziana pun terdiam, Ia duduk di samping Rendi. "Jadi kamu bukanlah orang yang memperkosaku!" Tanyanya sambil menoleh.

Rendi menganggukkan kepalanya. "Iya, aku bukan orang itu. Semua ini kulakukan karena aku kasian sama kamu. Ingatkah kamu akan peringatan ku saat di bar?" Tanyanya.

Ziana menoleh. "Jadi kamu sudah tahu akan terjadi hal seperti ini?" Tanyanya dengan raut wajah terkejut.

"Tidak! Aku hanya memperingatkan mu untuk berhati-hati. Aku tidak tahu, malam itu akan terjadi hal yang tak diinginkan." Jawabnya.

"Kalau begitu, apa maksud dari penggemar berat!" Tanyanya Ziana mengalihkan pembicaraan.

Rendi menoleh dengan mata berkaca-kaca. "Kau masih ingat, setiap kali kita bertemu pasti berantem."

Ziana menganggukkan kepalanya dan Rendi pun tersenyum.

"Aku sengaja melakukannya!" Tutur Rendi.

"Iya aku tahu, kau sengaja karena sangat membenciku." Jawab Ziana.

"Bukan...!

"Lalu kenapa?" Tanya Ziana yang penasaran.

"Semua itu kulakukan karena aku mencintaimu!" Jawabnya.

Ziana nampak terkejut, Ia menoleh sambil membulatkan matanya.

"Kau jangan bercanda Ren, semua ini tidak lucu!" Jawabnya.

Rendi menatap Ziana dengan wajah penuh harapan.

"Aku serius, aku mencintaimu semenjak SMP. Kau tahu, semua itu kulakukan hanya untuk membuat mu tertarik padaku. Kalau ku pikir- pikir, semua itu lucu karena aku seorang pecundang yang tak berani mengungkapkan perasaannya."

Ziana terdiam, Ia mengingat kembali semua isi diary yang dibacanya.

"Jadi semua isi diary itu untukku dan Rendi bukanlah orang yang memperkosaku. Tapi dia rela menikahi ku dan di benci oleh ku karena Ia mencintaiku." Batinnya dengan mata berkaca-kaca.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Akhirnya terungkap sudah..Ziana kmu harus berterimakasih sm Rendy

2022-04-16

2

lihat semua
Episodes
1 Ajakan
2 Bersiap untuk pergi
3 Malam terkutuk
4 Kenyataan pahit
5 Di keluarkan dari sekolah
6 Terancam keguguran
7 Ziana hamil
8 Pernikahan yang tak di harapkan
9 Anggara
10 Dua sahabat tak tahu diri
11 Ziana mulai mencari tahu
12 Kesetiaan dokter Farel
13 Awal yang baik
14 Pertengkaran ibu dan anak
15 Pertemuan
16 Kenyataan yang sebenarnya
17 Pembalasan Gara
18 Permasalahan keluarga
19 Perbincangan Ziana
20 Pulang
21 Respon yang baik
22 Kerinduan Ziana
23 Lisa yang mabuk
24 Pertemuan Lisa dan Ziana
25 Ziana bahagia
26 Malam pertama yang gagal
27 Kelembutan Rendi
28 Amelia sadarkan diri
29 Mama Anita yang egois
30 Lisa ketahuan
31 Menunggu kedatangan Rendi
32 Cemburu buta
33 Kebodohan Ziana
34 Bingkisan dari Rendi
35 Nongkrong
36 Ziana mengetahui segalanya
37 Di balik musibah ada kebahagiaan
38 Ziana mencoba menghindar
39 Perkataan Rachel
40 Lisa histeris
41 Gurauan suami istri
42 Amelia meluapkan amarahnya
43 Lelaki misterius
44 Dimas
45 Flashback
46 Kapan kamu menikah?
47 Klien di Bandung
48 Hadiah untuk Ziana
49 Makan malam romantis
50 pernikahan Ziana dan Rendi
51 Kedatangan Zara
52 Malam istimewa
53 Tanda di leher
54 Pergi ke Bandung
55 Apartemen
56 Masalah keluarga
57 Akting Ziana
58 Ziana trauma
59 Ziana ingin pulang
60 Proyek
61 Fitnah Zara
62 Salah paham
63 Ingatan masa lalu
64 Tawaran Gara
65 Amelia bisa berjalan
66 Obrolan dokter farel
67 Rachel sakit
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Ajakan
2
Bersiap untuk pergi
3
Malam terkutuk
4
Kenyataan pahit
5
Di keluarkan dari sekolah
6
Terancam keguguran
7
Ziana hamil
8
Pernikahan yang tak di harapkan
9
Anggara
10
Dua sahabat tak tahu diri
11
Ziana mulai mencari tahu
12
Kesetiaan dokter Farel
13
Awal yang baik
14
Pertengkaran ibu dan anak
15
Pertemuan
16
Kenyataan yang sebenarnya
17
Pembalasan Gara
18
Permasalahan keluarga
19
Perbincangan Ziana
20
Pulang
21
Respon yang baik
22
Kerinduan Ziana
23
Lisa yang mabuk
24
Pertemuan Lisa dan Ziana
25
Ziana bahagia
26
Malam pertama yang gagal
27
Kelembutan Rendi
28
Amelia sadarkan diri
29
Mama Anita yang egois
30
Lisa ketahuan
31
Menunggu kedatangan Rendi
32
Cemburu buta
33
Kebodohan Ziana
34
Bingkisan dari Rendi
35
Nongkrong
36
Ziana mengetahui segalanya
37
Di balik musibah ada kebahagiaan
38
Ziana mencoba menghindar
39
Perkataan Rachel
40
Lisa histeris
41
Gurauan suami istri
42
Amelia meluapkan amarahnya
43
Lelaki misterius
44
Dimas
45
Flashback
46
Kapan kamu menikah?
47
Klien di Bandung
48
Hadiah untuk Ziana
49
Makan malam romantis
50
pernikahan Ziana dan Rendi
51
Kedatangan Zara
52
Malam istimewa
53
Tanda di leher
54
Pergi ke Bandung
55
Apartemen
56
Masalah keluarga
57
Akting Ziana
58
Ziana trauma
59
Ziana ingin pulang
60
Proyek
61
Fitnah Zara
62
Salah paham
63
Ingatan masa lalu
64
Tawaran Gara
65
Amelia bisa berjalan
66
Obrolan dokter farel
67
Rachel sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!