Ziana hamil

2 bulan telah berlalu, Amelia akhirnya bisa mempertahankan janinnya, usia kandungannya sudah mencapai 24 Minggu. Dan Mama Anita pun sudah mulai bersikap baik lagi kepada Ziana meskipun semuanya karena terpaksa.

Ziana akhirnya bisa mendapatkan semangat hidup lagi, setelah sekian lamanya Ia terpuruk. Akhirnya Ia bisa menerima kenyataan dan mulai bisa mengobrol bersama keluarga.

Pagi ini, mereka sedang duduk bersama menikmati sarapan di meja makan. Amelia begitu bahagia, karena akhirnya Ziana bisa tersenyum kembali. Ia mengambilkan lauk pauk kesukaan sang anak.

"Sayang, kamu makan yang banyak yah!" Tuturnya.

Ziana menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Ziana menatap udang goreng tepung kesukaannya. Ia nampak mengerutkan kening karena merasa jijik dan mual. Ia segera berlari ke kamar mandi.

"Uwooo...Uwoooo.."

Terdengar suara muntahan di kamar mandi, Amelia segera menghampiri sang anak dengan raut wajah cemas.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanyanya sambil menepuk-nepuk punggung Ziana.

"Tidak tahu, ma! Rasanya aku mual banget saat melihat udang. Tak biasanya aku seperti ini." Ucap Ziana dengan polos.

Amelia yang mendengar semua itu nampak terdiam, tangannya tiba-tiba gemetar.

"Ya Allah, cobaan apalagi yang kau berikan kepada anakku! Semoga saja, dugaan ku salah." Batin Amelia yang menangis.

Ziana nampak merasa lega, Ia mengajak Amelia ke meja makan kembali.

"Ma, aku tidak ingin makan udang! Aku ingin mangga muda saja." Tuturnya sambil memakan mangga muda yang ada di meja.

Ziana terlihat menikmati, semua mata tertuju padanya. Ziana merasa heran dan Ia pun mengerutkan keningnya.

"Ada apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Tanyanya.

Mama Anita tak bisa menerima semua ini, Ia segera menelpon dokter pribadinya untuk datang kemari.

"Ziana, jika kau terbukti hamil! Kita harus cari pelakunya." Bentak Mama Anita.

Ziana nampak syok, Ia menjatuhkan mangga muda yang tengah di pegang nya. Air matanya pun tak tertahankan dan Ia segera berlari ke kamarnya sambil mengunci pintu.

"Tidak mungkin, tidak mungkin aku hamil!" Ucapnya tak percaya.

Ziana mengingat masa menstruasinya, Ia membenarkan jika 2 bulan ini belum datang bulan. Tubuhnya seketika lemas dan terduduk di lantai.

"Tidak, aku tidak mau hamil!" Teriaknya dengan tangisan histeris.

Amelia dan Marcell segera mengetuk pintu, keduanya terlihat cemas.

"Sayang, buka pintunya!" Pinta Amelia.

"Ziana, ayo buka pintunya kita bicara!" Bujuk Marcell.

"Aku tidak ingin bertemu siapapun, aku benar-benar malu pada diriku sendiri." Jawabnya sambil menangis.

Amelia terlihat panik dan Marcel segera membujuknya.

"Mel, kamu tidak boleh seperti ini! Ingatlah, kata dokter."

"Tapi mas...!"

"Ziana urusanku, aku tidak ingin kita kehilangan bayi ini." Jawab Marcell sambil mengelus perut sang istri.

Amelia memeluk Marcell, Ia mencoba untuk tidak memikirkan semuanya. Ia tak ingin, jika bayinya dalam bahaya.

Marcell membawa Amelia untuk duduk, Mama Anita nampak seakan tak bersalah. Ia hanya diam dan pura-pura tak tahu.

"Kenapa mama mengatakan semua itu kepada Ziana?" Tanya Amelia yang terlihat sedih.

"Lalu mama harus tanya apa! Memangnya kamu pikir, kita bisa menyembunyikan semua ini dari Ziana. Cepat atau lambat, dia akan tahu dan pasti akan seperti ini." Jawab Mama Anita.

Amelia hanya bisa diam, karena semua ucapan Mama Anita ada benarnya. Tak lama dokter pun tiba, Mama Anita menyambutnya dengan hangat.

Mama Anita mengetuk pintu kamar Ziana. "Sayang, buka pintunya! Dokternya sudah tiba." Ucapnya dengan lembut.

"Aku tidak mau, nek!"

"Sampai kapan kamu memungkiri segalanya, jika tahu lebih awal kita bisa melakukan tindakan. Ayolah jangan membuat nenek kesal karena kelakuanmu." Bentaknya.

Akhirnya Ziana membuka pintu dan dokter pun masuk. Ia berbaring di atas ranjang dan dokter mulai memeriksa keadaannya.

Mama Anita dan semuanya nampak cemas, Ia tak bisa membayangkan jika dugaannya benar. Dokter selesai memeriksa Ziana, wajahnya terlihat muram dan menggelengkan kepalanya.

"Nona Ziana hamil, kandungannya sudah mencapai 8 Minggu." Tutur Dokter.

Amelia dan Marcel terlihat sedih dan begitupun dengan Ziana. Sedangkan Mama Anita begitu emosi, Ia menarik tangan Ziana dan membawanya pergi.

"Nek, sakit!

"Masih mending sakit, nenek malu Ziana malu." Teriaknya sambil mendorong Ziana masuk ke mobil.

Ziana hanya bisa menangis, Ia pasrah jika sang nenek akan melakukan apapun. Mama Anita melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia melajukan mobilnya ke arah sekolahannya Ziana.

"Nek, kenapa kita kemari?" Tanyanya.

"Kita harus mencari pelakunya." Ucapnya sambil turun.

Mama Anita membukakan pintu dan Ziana pun keluar. Ia menarik tangan Ziana menuju sekolah. Semua murid menatap Ziana sambil tersenyum. Terdengar semua ucapan mereka yang membuat Ziana malu.

"Hey, kalian lihat! Dia gadis polos dan pintar itu, tapi sayang penampilannya tak sebaik dengan kelakuannya." Tutur mereka pedas.

Akhirnya mereka sampai di ruangan kepala sekolah, Mama Anita sudah tak bisa menahan emosinya.

Brakk...

"Aku ingin kalian bertanggung jawab, Carikan orang yang membuat cucuku hamil." Teriaknya.

"Apa urusannya dengan kami, anda tanya saja kepada cucu anda!" Jawab kepala sekolah dengan santai.

Mama Anita geram, dan menarik kerah baju kepala sekolah. "Aku bisa menuntut sekolah ini, karena kalian mengizinkan anak-anak untuk pesta perpisahan di bar. Aku jamin, sekolah kalian akan tutup selamanya." Tuturnya dengan mata yang merah.

"Ba.. baik! Aku akan memanggil semua murid kelas 9. Tenanglah dan duduk dulu!" Jawab kepala sekolah yang takut akan ancaman.

Kepala sekolah menyuruh guru lain untuk memanggil kelas 9. Tak lama, semua murid berdatangan dan menatap Ziana dengan jijik.

"Cepat katakan, siapa lelaki yang ada di Vidio tersebut!" Teriak kepala sekolah.

Semua murid nampak saling menatap, Lisa dan Zara nampak menundukkan kepalanya. Ziana segera menghampiri kedua sahabatnya.

"Lisa, Zara kenapa kalian mengganti nomer handphone. Aku butuh kalian, coba katakan siapa lelaki itu." Ucapnya dengan memohon.

Lisa nampak marah. "Kami begini karena kamu. Kamu telah membuat kami malu, kami tidak tahu kenapa kamu berhubungan **** seperti itu. Aku malu punya teman seperti dirimu." Jawab Lisa sambil mendorong tubuh Ziana hingga terjatuh.

Ziana pun menangis, Mama Anita langsung menampar Lisa dengan keras.

"Bukannya kau yang membujukku untuk mengizinkan Ziana pergi. Kau juga berjanji akan menjaga Ziana di sana. Tapi sekarang, kenapa kau marah apa jangan-jangan semua ini jebakan darimu." Bentaknya.

"Omah pikir aku orang seperti apa dan apa untungnya padaku jika melakukan semua ini. Ziana itu sahabatku, kami membagi suka dan duka." Jawab Lisa yang emosi.

Mama Anita menyunggingkan senyumnya. "Suka duka, kalian lucu sekali. Disaat suka kalian pasti memanfaatkan cucuku dan di saat duka kalian membuangnya. Aku salah telah percaya sama anak seperti dirimu." Teriaknya.

"Semua ini bukan salah kami, Ziana nya saja yang gatel. Baru di ajak ke tempat seperti itu, dia sudah berani jual diri."

Ziana yang mendengar semua itu nampak kecewa, Ia langsung menampar Lisa dengan keras.

"Aku tidak percaya kau mengatakan semua ini. Aku yakin, di antara kalian berdua pasti ada dalangnya. Zara jika kau mengetahui segalanya, beritahu aku. Aku mohon, anggap saja semua ini adalah permintaan terakhir ku." Tutur Ziana.

Zara tak berani menatap Ziana, Ia hanya menundukkan kepalanya. Ziana tahu betul jika Zara tahu sesuatu, tapi ada ketakutan pada dirinya.

"Aku berharap, kamu masih menganggap ku sahabat." Ucap Ziana sambil melenggang pergi.

Ziana berlari dengan kesedihan, Lisa sahabat dekatnya berani berkata seperti itu. Di tengah perjalanan, Ziana menambak seseorang dan Ia pun terjatuh.

"Maaf!" Ucap lelaki itu sambil membantu Diana untuk bangkit.

"Terima kas...!" Ucap Ziana berhenti saat menatap lelaki yang ada di hadapannya.

Lelaki itu ternyata Rendi, Ziana segera pergi meninggalkannya. Rendi nampak heran dengan kesedihan Ziana, Ia menuju ruangan kepala sekolah dan mendengarkan segalanya.

"Jika dalam waktu 1 Minggu belum ada jawaban dari pihak sekolah masalah kehamilan Ziana. Jangan salahkan aku untuk menutup sekolah ini atas dasar pemerkosaan dan bullying." Teriak Mama Anita.

Terpopuler

Comments

mamak"e wonk

mamak"e wonk

syukur klw nenek anita orang yg cerdas..👍👍👍

2022-05-06

3

lovely

lovely

ayo lanjutkan thour ceritanya penasaran siapa yg jebak ziana dan siapa yg merkosa hina keji smpai videonya di sebar lagi 😡

2022-04-08

5

lihat semua
Episodes
1 Ajakan
2 Bersiap untuk pergi
3 Malam terkutuk
4 Kenyataan pahit
5 Di keluarkan dari sekolah
6 Terancam keguguran
7 Ziana hamil
8 Pernikahan yang tak di harapkan
9 Anggara
10 Dua sahabat tak tahu diri
11 Ziana mulai mencari tahu
12 Kesetiaan dokter Farel
13 Awal yang baik
14 Pertengkaran ibu dan anak
15 Pertemuan
16 Kenyataan yang sebenarnya
17 Pembalasan Gara
18 Permasalahan keluarga
19 Perbincangan Ziana
20 Pulang
21 Respon yang baik
22 Kerinduan Ziana
23 Lisa yang mabuk
24 Pertemuan Lisa dan Ziana
25 Ziana bahagia
26 Malam pertama yang gagal
27 Kelembutan Rendi
28 Amelia sadarkan diri
29 Mama Anita yang egois
30 Lisa ketahuan
31 Menunggu kedatangan Rendi
32 Cemburu buta
33 Kebodohan Ziana
34 Bingkisan dari Rendi
35 Nongkrong
36 Ziana mengetahui segalanya
37 Di balik musibah ada kebahagiaan
38 Ziana mencoba menghindar
39 Perkataan Rachel
40 Lisa histeris
41 Gurauan suami istri
42 Amelia meluapkan amarahnya
43 Lelaki misterius
44 Dimas
45 Flashback
46 Kapan kamu menikah?
47 Klien di Bandung
48 Hadiah untuk Ziana
49 Makan malam romantis
50 pernikahan Ziana dan Rendi
51 Kedatangan Zara
52 Malam istimewa
53 Tanda di leher
54 Pergi ke Bandung
55 Apartemen
56 Masalah keluarga
57 Akting Ziana
58 Ziana trauma
59 Ziana ingin pulang
60 Proyek
61 Fitnah Zara
62 Salah paham
63 Ingatan masa lalu
64 Tawaran Gara
65 Amelia bisa berjalan
66 Obrolan dokter farel
67 Rachel sakit
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Ajakan
2
Bersiap untuk pergi
3
Malam terkutuk
4
Kenyataan pahit
5
Di keluarkan dari sekolah
6
Terancam keguguran
7
Ziana hamil
8
Pernikahan yang tak di harapkan
9
Anggara
10
Dua sahabat tak tahu diri
11
Ziana mulai mencari tahu
12
Kesetiaan dokter Farel
13
Awal yang baik
14
Pertengkaran ibu dan anak
15
Pertemuan
16
Kenyataan yang sebenarnya
17
Pembalasan Gara
18
Permasalahan keluarga
19
Perbincangan Ziana
20
Pulang
21
Respon yang baik
22
Kerinduan Ziana
23
Lisa yang mabuk
24
Pertemuan Lisa dan Ziana
25
Ziana bahagia
26
Malam pertama yang gagal
27
Kelembutan Rendi
28
Amelia sadarkan diri
29
Mama Anita yang egois
30
Lisa ketahuan
31
Menunggu kedatangan Rendi
32
Cemburu buta
33
Kebodohan Ziana
34
Bingkisan dari Rendi
35
Nongkrong
36
Ziana mengetahui segalanya
37
Di balik musibah ada kebahagiaan
38
Ziana mencoba menghindar
39
Perkataan Rachel
40
Lisa histeris
41
Gurauan suami istri
42
Amelia meluapkan amarahnya
43
Lelaki misterius
44
Dimas
45
Flashback
46
Kapan kamu menikah?
47
Klien di Bandung
48
Hadiah untuk Ziana
49
Makan malam romantis
50
pernikahan Ziana dan Rendi
51
Kedatangan Zara
52
Malam istimewa
53
Tanda di leher
54
Pergi ke Bandung
55
Apartemen
56
Masalah keluarga
57
Akting Ziana
58
Ziana trauma
59
Ziana ingin pulang
60
Proyek
61
Fitnah Zara
62
Salah paham
63
Ingatan masa lalu
64
Tawaran Gara
65
Amelia bisa berjalan
66
Obrolan dokter farel
67
Rachel sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!