Beberapa hari kemudian...
Mama Anita masih kesal, Ia menunggu jawaban dari pihak sekolah tapi tetap tak ada. Marcell pun pergi ke tempat bar tapi sayang tidak ada petunjuk.
Sedangkan Amelia hanya bisa memeluk sang anak yang henti-hentinya menangis. Ia mencoba tegar di hadapan sang anak.
"Sayang, kamu yang sabar yah!"
Ziana hanya diam, Ia meremas perutnya. Ingin rasanya Ia membunuh bayi di dalam kandungannya tapi keluarganya tak setuju. Karena semua itu akan beresiko untuk dirinya sendiri.
tok...tok...tok...
Disaat kebingungan yang melanda mereka, terdengar suara ketukan di pintu. Semua orang nampak malas membuka pintu dan pembantu pun membukakan pintu.
"Mau bertemu siapa yah?" Tanyanya.
"Saya ingin bertemu dengan Ziana!" Jawab seorang lelaki.
Akhirnya pembantu menyuruhnya untuk masuk. Semua yang tengah duduk di ruang tamu nampak menatap lelaki yang datang. Tatapan Ziana begitu tajam, Ia berjalan menghampirinya.
"Rendi, mau apa kau kesini?" Tanyanya.
"Aku akan bertanggung jawab untuk bayimu!" Jawabnya dengan terus terang.
Ziana seketika terkejut mendengar jawaban dari Rendi. Ia langsung menamparnya dengan keras.
Plakkk ...
"Jadi kau yang melakukan semua ini? Kenapa...kenapa...." Teriak Ziana sambil menangis histeris.
Rendi memegangi pipinya yang terasa panas. "Aku bukan...." Ucapnya terhenti saat pukulan mendarat di wajahnya.
Marcell menghujani Rendi dengan pukulan, hingga Rendi pun terjatuh. Amelia dan Mama Anita segera menghampiri dan melerai mereka. Rendi terlihat sudah tak berdaya terkapar di lantai.
"Jadi kau orang bejat itu, kenapa kau melakukan ini kepada anakku!" Teriak Marcell yang begitu emosi.
Ziana memeluk Amelia sambil menangis. "Aku benci sama dia, Ma!" Tuturnya.
Amelia mengelus lembut rambut sang anak. "Iya, sayang!"
Mama Anita membantu Rendi untuk bangkit. "Jadi kamu mau menikahi Ziana?" Tanyanya.
Rendi menganggukkan kepalanya. "Iya, tapi saya buk...!" Ucap terhenti kembali.
"Sudahlah, aku tak menerima alasan apapun! Malam ini juga kalian berdua akan menikah." Ucap Mama Anita menyela ucapan Rendi.
Ziana yang mendengarnya nampak syok. "Tidak, aku tidak mau menikah dengannya!" Teriak Ziana.
"Kenapa tidak? Seharusnya kamu bersyukur, dia bersedia menikahi mu setelah melakukan itu. Nenek sudah tak mau mendengar apapun, setelah menikah bawa Ziana dari rumah ini. Sudah cukup kesialan di rumah ini." Ucap Mama Anita dengan kasar.
Ziana merasa sakit hati dengan ucapan Sang nenek. "Baiklah, aku setuju untuk menikah!" Jawabnya dengan tubuh yang gemetar.
...
Malam pun tiba, penghulu juga sudah datang. Ziana dan Rendi akhirnya menikah tanpa riasan di wajah ataupun gaun pengantin yang indah. Rendi memberikan mahar uang tunai sebesar 500 ribu untuk mas kawin.
Rendi akhirnya mengucapkan ijab kabul dengan lantang. Ziana tak bisa berkata apa-apa, Ia hanya bisa menangis. Setelah selesai, Ziana segera mengemas pakaiannya ke dalam tas segera dan berpamitan.
"Nek, apakah aku harus pergi?" Tanyanya yang sedih.
"Iya, kamu sudah terlalu banyak membuat keluarga ini malu. Dan nenek harap, kamu tidak perlu datang lagi kesini dalam keadaan apapun." Ucapnya.
Amelia yang mendengar semua itu terasa tersentak. "Mama, Kenapa bicara seperti itu?"
"Sudahlah, Mel! Tidak ada yang bisa di harapkan dari Ziana. Mama harap kamu bisa mengerti, biarkan dia menata hidupnya di luar sana. Semua ini juga terjadi karena dia tak mau nurut dan kekeh ingin pergi ke bar itu." Jawabnya.
"Bukannya, Mama yang mengizinkannya!" Teriak Amelia.
"Mama, tidak mengizinkan hanya saja... Sudahlah, cepat pergi Nenek sudah muak melihat wajahmu." Jawabnya ketus.
Amelia memeluk sang anak dan begitupun dengan Marcell. "Sayang, jangan dengarkan ucapan nenekmu. Kami akan selalu menjenguk mu." Tutur Marcell.
"Tidak usah pa, aku bisa hidup sendiri tanpa kehadirnya kalian." Jawab Ziana yang sudah terlanjur sakit hati.
Ziana pun pergi dan melangkah kakinya tanpa menoleh. Semua ucapan Mama Anita masih teriyang-iyang di telinga. Di luar Rendi tengah menunggunya dengan motor nmax berwarna merah.
Ziana malah berjalan menjauh dari Rendi, Ia tidak ingin hidup bersama dengan orang yang selama ini di bencinya. Rendi mengejar dan menggenggam tangannya.
"Ziana, kamu mau kemana? Ini sudah malam..."
Ziana mengempiskan tangannya. "Aku tidak mau ikut denganmu, aku benci sama kamu. Kenapa kamu melakukan semua ini, keisengan kamu sudah kelewatan." Teriak Ziana.
"Sudah ku bilang, aku bukanlah..."
"Cukup! Aku tidak mau mendengarnya lagi. Sampai kapanpun, aku selamanya akan membencimu." Tuturnya.
"Terserah, kamu mau membenciku atau tidak. Yang terpenting sekarang kau adalah istriku dan sebaiknya kau nurut dan kita pergi. Jangan mempersulit hidupmu dan coba berpikir untuk ibumu. Dia sudah menitipkanmu kepadaku." Jawab Rendi.
Akhirnya Ziana nurut setelah mendengar nama sang Mama. Ia naik ke motor dengan pikiran kosong. Air matanya tak berhenti mengalir dan seiring berjalannya waktu hujan pun turun serasa ikut meratapi nasib Ziana.
"Kita berteduh dulu, hujannya deras." Tutur Rendi.
"Tidak usah, biarkan air hujan ini membersihkan tubuhku yang kotor." Jawabnya dengan dingin.
Rendi melajukan motornya kembali, Ia benar-benar merasa kasian kepada Ziana.
"Aku tau, kau selamanya akan membenciku. Tapi lebih baik seperti ini, dari pada aku melihat dirimu menangis karena tekanan dari keluarga." Batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
lovely
ko bisa Rendy thour jam s Rendi ma ziana seperti Tom and Jerry 🤔
2022-04-09
2
LISA
Jadi Rendi yg berkorban nih utk Ziana pdhl bkn dia yg melakukan
2022-04-08
2
komang Budiasa
😢😢😢😢😢
2022-04-08
2