Akhirnya setelah perjalanan yang cukup lama, Lisa memarkirkan mobilnya dan mereka keluar dari mobil. Ziana nampak menatap tempat yang akan mereka datangi.
"Lis, apa kau tak salah tempat, Ini kan bar?" Tanyanya Ziana yang terlihat panik.
"Ini tempatnya kok, kau tenang saja Ziana. Bar ini sudah di sewa untuk malam ini oleh pihak sekolah dan minuman pun hanya tersedia jus." Jawab Lisa.
"Ziana kau tenang saja, disini ada kami berdua." Ucap Zara.
Lisa dan Zara menarik tangan Ziana. Ia terlihat ragu, tapi Ia mencoba percaya. Mereka masuk ke dalam dan terlihat semua orang tengah menikmati pestanya.
Lisa dan Zara langsung ikut berjoget tapi tidak dengan Ziana. Ia tidak terbiasa dan memilih untuk duduk di sofa. Rendi yang melihat kehadiran Ziana langsung menghampiri, Ia menatap takjub kecantikannya.
"Kamu cantik sekali malam ini!" Ucapnya sambil tersenyum.
Ziana menoleh dan raut wajahnya mulai berubah. "Kau baru sadar, aku menang sudah cantik dari dulu." Jawabnya ketus.
Rendi duduk di samping Ziana dan memberikan segelas jus jeruk.
"Mau minum!"
"Tidak, aku tidak haus. Lagi pula, aku yakin kau telah menaruh sesuatu di dalamnya." Jawab Ziana.
Rendi tersenyum. "Kenapa kau selalu curiga kepadaku? Sampai kapan kau akan membenciku?" Tanyanya.
"Selamanya!" Jawabnya dengan nada di tekan.
Rendi menganggukkan kepalanya sambil meminum jus yang ada di tangannya.
"Baiklah, tapi kau harus ingat benci adalah awal dari datangnya cinta."
"Amit-amit jabang bayi, aku harus jatuh cinta sama kamu." Ucapnya sambil mengetuk-ngetuk meja.
Rendi terlihat tersenyum bahagia melihat kekocakan Ziana. Sedangkan Ziana nampak heran, biang rusuh menjadi teman yang baik.
"Pasti ada udang di balik batu!" Batinnya.
Malam ini, Rendi tidak mengajak Ziana bertengkar ataupun meledeknya. Meskipun Ziana bersikap angkuh tapi Ia tak membalasnya.
Rendi yang melihat Ziana tak nyaman, akhirnya memutuskan untuk pergi.
"Aku pergi dulu, ingatlah jangan percaya sama lelaki manapun di tempat seperti ini." Tuturnya.
"Iya termasuk dirimu!" Jawab Ziana.
"Kalau aku, itu kecuali." Ucapnya sambil mengedipkan mata.
Rendi pun pergi, Ziana menatap kepergiannya. Sikap Rendi yang sok baik, malah membuat Ziana tak nyaman.
Akhirnya setelah sekian lama Ia duduk, Gara datang menghampiri sambil membawa jus jambu kesukaan Ziana.
Ia duduk di sampingnya dan memberikan jus tersebut.
"Minumlah, aku tahu kau haus!" Tutur Gara.
Ziana langsung meminum jus yang di bawa Gara. Memang Ia akui, tenggorokannya terasa kering. Mereka pun mengobrol dan terlihat dekat. Setelah cukup lama, Gara pergi dan bermaksud untuk berjoget bersama temannya.
Setelah kepergian Gara, tiba-tiba kepala Ziana terasa pusing. Ia mencoba bangkit dan bermaksud untuk pulang. Ziana nampak berjalan sempoyongan, tubuhnya terasa panas dan seorang lelaki dengan setelan serba hitam datang menghampiri dan membopongnya ke kamar.
Lelaki itu melemparkan tubuh Ziana ke atas ranjang. Ziana nampak sudah tak berdaya, penglihatannya terlihat kabur dan akhirnya Ziana tak sadarkan diri.
Lelaki itu nampak tersenyum, Ia langsung melucuti semua pakaian yang menempel di tubuh Ziana. Terlihat senyuman puas terpancar di wajahnya.
"Malam ini kau milikku!" Tuturnya.
Ziana nampak mengerang, merasakan setiap sentuhan dari lelaki itu. Bibir tipis yang merah terus di lumatnya hingga terlihat bengkak. Banyak tanda merah yang di tinggalkan di leher mulus Ziana.
Lelaki itu segera melakukan aksinya, Ia memasukkan barang kebanggaannya menuju gua Ziana yang masih sempit. Meskipun Ziana tak sadarkan diri, tapi Ia bisa merasakan rasa perihnya.
Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit akhirnya keperawanan Ziana terenggut. Terlihat cairan merah keluar dari gua miliknya. Lelaki itu tak peduli, Ia segera memainkan pinggulnya dengan berirama.
Entah sudah berapa banyak cairan lelaki itu masuk ke dalam gua milik Ziana. Dengan buasnya Ia menikmati tubuh Ziana yang putih mulus dengan gundukan gunung kembar yang berukuran besar. Sesekali lelaki itu meremas sampai menghisap puncaknya.
Setelah Ia benar-benar lelah, lelaki itu bangkit dan mengecup kening Ziana sambil menyelimuti tubuhnya.
"Maafkan aku, semua ini salah dirimu!"
...
Hari pun sudah menjelang pagi, Ziana mulai membuka matanya dan kepalanya terasa masih pusing.
"Ah, kenapa dengan tubuhku? Kenapa semuanya terasa sakit." Ucapnya sambil membuka mata.
Setelah rasa pusingnya berkurang, Ziana melihat sekeliling dan Ia nampak tak mengenalinya. Detak jantung Ziana berdetak kencang, Ia menatap tubuhnya yang terbalut dengan selimut putih.
Air mata Ziana mulai mengalir, saat dirinya melihat tubuhnya sudah telanjang bulat. Perasaan hancur dan gelisah sudah tak bisa di bayangkan.
Ziana menangis histeris sambil menjerit. "Tidak...!"
"Siapa yang melakukan semua ini? Kenapa dia melakukannya kepada diriku!" Ucapnya sambil menangis histeris.
Ziana terus menangis, Ia tak bisa berpikir apa-apa lagi. Matahari pun sudah tinggi, Ziana bangkit dari ranjang dan Ia nampak berjalan kesakitan.
Di balik selangkangannya terasa ads yang mengganjal dan perih. Ia pergi ke kame mandi dan menatap wajahnya sendiri di pantulan cermin.
Ia menangis kembali, melihat tanda merah yang penuh di bagian lehernya dan di bagian gundukan gunung kembar.
"Bagaimana ini, bagaimana aku bisa menjelaskan semua ini kepada orang rumah?" Tanyanya bingung.
Ziana berdiri di bawah shower yang mengalir, Ia terus menggosok kulitnya karena ingin menghilangkan bekas lelaki tak bertanggung jawab.
"Maafkan Ziana Ma, pa, nek! hiks...hiks...hiks..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
mamak"e wonk
anak2 memang gitu...
kalw d bilang jgn pergi malah ngeyel...kan bahaya...
2022-05-06
1
LISA
Ziana sih udh diblgi g boleh pergi mlh ga nurut..
2022-04-03
5
Nani Khu
apakah perbuatan Rendi atau gara
2022-04-03
5