Happy Reading.
“Ayah jangan seperti ini dong, bunda ngerti perasaan ayah tapia pa ayah tidak ingin melihat putri kita bahagia dengan memerankan peran figuran didalam drama, siapa tau saja dari sinilah cerita – cerita buatan putri kita terkenal dan dirinya dikenal sebagai penulis bukan sebagai pemain figuran.” Jelas bunda membuat ayah membuka selimutnya sampai perut. “Benar juga, cerita dan cita citanya menjadi penulis akan terkabul. Bunda hebat, kalua begitu ayah setuju dia main tapi masih berat.”
“Apa ayah datang saja ke lokasi syuting lalu menghalangi scene pelukkannya?”
Bunda menghela nafas, “ayah tidak perlu datang ke lokasi putrimu, biarkan kedua abangnya yang mengurusnya, bukan hanya ayah yang berat mereka pun sama seperti ayah.” Jelas bunda, ayah pun mengerti, dirumah ini bukan dirinya saja yang pria masih ada dua putranya yang akan melindungi dan menjaga putrinya.
“Oke ayah akan membiarkan putri kita bahagia dengan pilihannya.”
Malam harinya satu keluarga berkumpul di mushola tak lupa dengan membaca surah Al-mulk seperti biasa untuk melancarkan bacaannya begitupun dengan yang lain mengikuti kemauan putri kesayangan keluarga Abdullah.
Selesai membaca, ayah memberikan al-qur’annya kepada Izak begitupun dengan yang lain, ayah masih duduk diam membuat semuanya diam, “ayah akan membiarkanmu ikut dengan syarat,” Aisyah sudah menahan kesenangannya lalu diam menunggu kelanjutan ucapan sang ayah. “Ditemani oleh kedua abangmu.”
“AHHH AKHIRNYA!!” pekik gembira Aisyah dan memeluk sang ayah dengan erat sampai ayah hampir terjungkal jika tidak ditahan oleh bunda dan bang Izak. “Hati hati isyah! Ayah hampir luka.”
“Hehe, maafkan isyah ayah. Aisyah terlalu bahagia dengan jawaban ayah. Tapi ayah tenang saja, Isyah akan membicarakan scene pelukan itu kepada sutradara.”
“Ayah tenang saja, kami akan menjaga adik dengan segenap jiwa kami.”
“Bagus, ayah serahkan tugas kepada kalian.” Bangga ayah dengan menepuk bahu kedua putranya membuat bunda dan Isyah tersenyum senang lalu berpelukkan.
Esok harinya, Aisyah sudah disibukkan dengan pertemuan pertama untuk membaca Naskah bersama dengan para pemain lainnya di lokasi yang cukup dekat dari rumahnya mungkin sekitar 30 menit akan sampai ke tujuan.
“Ayo kita berangkat,” ajak abang Izak seorang diri, “bang Fariz gak ikut?”
“Dia nyusul, kita disuruh duluan katanya biar kamu gak terlambat.” Jelasnya yang langsung diangguki Aisyah dan menyalimi punggung tangan ayah dan bundanya dengan lembut, “doakan Aisyah ya bun, yah.”
“Pasti nak, doa yang banyak agar hati tenang.” Aisyah mengangguk, “iya ayah. Assalamu’alaikum bunda ayah.”
“Wa’alaikumsalam, hati-hati nak.”
Aisyah masuk kedalam mobil lalu bang Izak langsung mengendarai menuju tujuan yang dituju oleh sang adik, “tenang kamu pasti bisa.”
“Bismillah aku pasti bisa.”
“Ayo nyanyi.”
“Aku bisa aku pasti bisa! Ku harus terus berusaha, bila ku gagal itu tak mengapa setidaknya ku tlah mencoba! Hore! Hahaha.”
“Gak nyambung dasar.” Tawa bang Izak dengan mengacak pucuk kepala adiknya sampai hijab adiknya berantakan, “abang berantakan ini. Rambutku nanti keluar.”
“Emangnya gak pake daleman?”
“Pake cuma aku salah ambil malah bahannya yang licin.” Ujarnya dengan cemberut. “Bebek, bibirnya jangan digituin.”
“Iya, iya.” Mobil yang dikendarai Izak telah sampai dilokasi, banyak sekali mobil mobil orang kaya yang memenuhi diarea parkiran. “Wow, mobil di parkiran ini semuanya Audi bang.”
“Nanti kamu juga bisa kok beli mobil impian kamu seperti yang lain.”
--
Next...
Vote, Comment, Like, and Favorite.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Siti Fatimah
Tetap semangat ya 💪💪💪
2022-07-01
0