Happy Reading.
“Ngga, abang gak ketus kok, abang punya uangnya simpan aja uang kamu.” Ucapnya dengan nada lembut. “bisa berabe kalau adiknya ngambek. Susah di rayunya.”
“Totalnya 205,500 mas. Uangnya 210.000 ya.”
“Kembalian ambil aja mba, buat sedekah.” Jawab Izak lalu menyusuli adiknya yang sudah berdiri tidak jauh darinya, “udah bang?”
“Dah nih bawa,”
“Ngga, isyah cuma mau ambil susu kotak doang, pegang yang bener bang entar berabe.”
“Elah nak gadis perawan ngomongnye betawi amat.”
“Ya situ yang ngajarin.”
Abang Izak tertawa lalu merangkul adiknya dengan santai, “dah kita ke bunda dan ayah. Semoga aja bang Fariz udah sadar.”
“Ayo.”
Sesampai didepan ruang UGD, mereka melihat bang fariz sudah sadar dan sedang didorong untuk dipindahkan ke ruang rawat. “Mau dipindah bun?”
“Iya, kalian dah makan?”
“Belum soal makan gampang bun.”
“Iya bun, tenang aja. Lagi pula Isyah udah beli susu kotak sama roti buat ganjel perut.”
“Ya sudah kalian makan aja di depan ruang rawat, gak boleh masuk kedalam kalau banyak orang.”
“Ya udah bunda dan ayah ganjel perut dulu biar Isyah sama bang Izak yang masuk dulu gimana? Bunda gak mau bang Fariz sedih karena bunda belum makan kan?”
Bunda mengangguk lalu memakan roti dan teh kotak bersama ayah, sedangkan Isyah sudah masuk kedalam ruang rawat dan tersenyum kearah abangnya, “abang cepat sembuh ya.”
“Iya, maafin abang udah bikin kalian khawatir.”
“It’s okay ada penenang di tengah jalan, walaupun sempet diomelin.” Ujar Izak menunjuk Aisyah, gadis itu menyengir, “hehe, kayak abang gak tau aja gimana Isyah.”
“Bunda dan ayah mana?”
“Lagi ganjel perut nanti kita gantian sekaligus kita mau nyari makanan berat buat kita-kita.”
10 menit mereka berada disamping abang mereka. “Bang kita keluar dulu ya, kali aja bunda sama ayah udah kelar makannya.” Bang Fariz mengangguk, “nyari makanan di luar hati-hati, ya?”
“Iya abang, tenang aja. Assalamualaikum!”
“Wa’alaikumsalam.”
Aisyah dan bang Izak keluar dari kamar rawat lalu melihat bunda dan ayah yang sudah selesai makan. “bang Fariz nyari bunda sama ayah.”
“Ya udah bunda masuk dulu.”
“Iya.”
“Mau pulang gak? Ganti baju gitu?”
“Ayo deh, gerah Aisyah pake piyama ke sini.”
“Oke ayo, chat bund akita pamit pulang bentaran.” Aisyah mengangguk lalu mendapat balasan dari sang bunda, “katanya kita gak usah balik bang, tidur aja dirumah besok pagi baru datang lagi sekalian bawa baju ganti abang katanya abang bakal pulang.” Ujarnya, “okelah kalau begitu.”
“Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang. Bersama-sama.” Nyanyi Izak dengan Aisyah banyak orang yang menatap mereka dengan tawa, mereka berpikir bahwa keduanya ini sedang menghilangkan stress dan mencoba untuk bahagia, padahal mereka hanya senang dengan kabar abang mereka akan segera pulang kerumah dan tidak dirawat dirumah sakit.
--
Tiga hari kemudian suara mengejutkan semua orang dalam rumah, mereka panik lalu berlarian kesana kemari sampai melewati tujuan yang sebenarnya. “HUAAAAAA BUNDAAA AYAHHHH ABANGGGG!!! AAAHHHHH!” pekik histeris Aisyah menggelegar membuat semuanya berlari menuju kamarnya dan kisruh seketika.
Bruk!
Bruk!
Aw!
Brak!
“Ada apa?”
“Apa ada sesuatu yang terjadi denganmu?”
“Aisyah kamu kenapa nak?”
Aisyah menghampiri mereka lalu memeluknya sembari melompat-lompat kecil, “Huaaa Bundaaa Ayahhhh Abangggg!! Aku keterima!!!”
“Keterima?” mereka berempat masih loading tak lama langsung memeluk Aisyah dengan bangga kemudian ke limanya saling berpelukkan dan lompat-lompat kecil mengikuti Aisyah lakukan tadi.
--
Next..
Vote, Comment, Like, and Favorite.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments