Happy Reading.
"Untung saja Aisyah belum buka jilbab." gumamnya yang membuat bundanya tersenyum walaupun beliau merasakan kakinya lemas bunda langsung duduk disamping putra sulungnya yang ditaruh ditengah diikuti oleh suaminya, sedangkan Aisyah duduk disamping bang Izak. "Kita pelan-pelan saja, jangan ngebut nak. Rumah sakit tidak akan pergi kemana mana."
"Iya bun."
"Isyah bawa minyak kayu putih, coba ayah beri abang minyak siapa tau bangun saking gak suka sama wanginya."
"Jangan dong, abang juga gak suka sama wanginya,"
"Yah pada lemah nih abang abangnya Isyah."
"Isyah, kamu ini lagi dengan sikon seperti ini masih saja bercanda." omel ayah membuat putrinya cemberut, "ayah, isyah cuma pengen kalian gak tegang, jika kalian tegang dan panik akan membuat bahaya bagi kita semua apalagi bang izak lagi nyetir. Jadi sedikitlah tenangnya paniknya di tunda dulu."
"ada ada saja putrimu bun."
"Putri ayah juga."
"Ih masa isyah gak dianggap sih."
"Udah isyah adiknya bang Fariz dan bang Izak."
Sesampai di rumah sakit Izak langsung memanggil beberapa suster dan sebuah brankar yang didorong oleh para suster itu, ayah langsung memapah dan menidurkan tubuh Fariz dan ikut mendoronganya mengikuti langkah mereka yang akan membawa putranya ke UGD diikuti oleh Aisyah dan Bunda.
Sedangkan bang Izak mencari parkiran untuk mobil yang ia kendarai.
"Bunda, apa abang baik baik saja?"
"Semoga baik baik saja, doakan abangmu untuk segera sadar."
"Bunda duduk dulu, isyah mau ke kantin beli minuman bunda pasti lemes." ujarnya Aisyah, lalu berlalu menuju kantin. "jangan nyasar nak."
"Tenang bunda sama izak kok." saut putra keduanya dari belakangnya membuat bunda terkaget. Lalu mengelus dadanya dan menggeleng menatap punggung putranya yang sudah menyusul adiknya itu.
“Subhanallah punya tiga anak sifatnya saling menyayangi dan menghormati seperti itu.” Gumamnya.
“Bunda, dimana dua anak kita?” tanya ayah tiba tiba, “ini nih gen yang suka bikin orang kagetan nurun kan ke anak anak, mereka pergi kekantin, gimana Fariz? Udah ada kabar dari dokter?”
“Ya ampun bun, ayah kan gak tau kalau ngagetin bunda, Fariz masih diperiksa kata suster sih Fariz kelelahan kekurangan air. Dia terlalu sering di kamar natap laptop dan duduk terus menerus tanpa cairan yang masuk jadi seperti itu. Mereka beli minuman?”
“Syukur deh gak ada penyakit yang mengkhawatirkan, iya mereka lagi jajan.”
Aisyah dengan Langkah santai menuju ke kantin tanpa sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian bagi semua orang bagaimana tidak? Gadis itu berjalan dengan sendal rumah berbulu lalu baju piyama set bergambar Minions dan hijap langsung berwarna hitam, tidak lupa dengan awajah cantik naturalnya.
“cantik sekali gadis itu?”
“Pakai baju apapun tetap cantik.”
“Solehah pula.”
“Pasti dia sedang panik sampai tidak sadar menggunakan sendal berbulu itu dan tidak menutup wajahnya dengan masker.”
Izak yang mendengarnya langsung berlari menghampiri adiknya yang sudah berdiri dibarisan kasir. Izak mengambil beberapa kue dan susu kemudian dimasukkan kedalam keranjang. “Abang! Ngagetin ih.”
“Sorry, sini abang yang gantiin kamu.”
“Oke.”
“Sekalian bayar ya pake duit abang.” Cengirnya lalu ia tersadar, “masya allah isyah lupa pake masker. Gak terpaparkan?”
“Iye, ngga sampai terpapar cantik. Udah diam.” Ketusnya.
“Ketusnya. Abang kenapa sih? Kok gak suka banget uangnya di pake? kalau gitu isyah aja yang bayar nih.” Ujarnya dengan mengeluarkan uang dari dompetnya.
--
Next..
Vote, Comment, Like, and Favorite.
Thank you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments