Aku duduk termenung di kafe, hanya hening yang kami rasakan. Aku melirik pak Ardi dia mencari cari berkas yang di bawanya.
Dan Rio hanya mengutak atik ponselnya.
"Apa ada cara lain untuk menangkap paman" tanyaku pada mereka berdua.
Pak Ardi menggeleng tak tau harus apa.
"Apa bisa saya usul" ucap Rio sambil memasukan ponselnya ke saku kemeja.
"Silahkan" jawabku.
"Bagaimana kalau kita laporkan dia atas tuduhan memalsukan sertifikat perusahaan, karenakan yang asli memang berada di tangan kita, jadi kita lebih mudah untuk memasukan kasus ini ke jalur hukum" ucap Rio dengan serius.
Menurutku saran Rio tak buruk juga malahan sangat bagus.
"Besok kita akan pergi ke kantor polisi" ucapku pada mereka.
Mereka mengangguk setuju.
Karena sudah larut malam, aku menyewakan hotel untuk pak Ardi dan Rio, mau bagaimana pun mereka yang akan membantu atas masalah ini, jadi aku harus menang tiasa membuat mereka nyaman dengan sikap dan tempat yang aku berikan.
Malam ini aku berbaring di atas ranjang, menatap langit langit Hotel.
Sungguh untuk kali ini aku sangat merindukan Nita, waktu 2 bulan cukup membuatku terjerumus di jurang kerinduan.
Pagi ini aku bangun dengan semangat yang tinggi, semoga saja rencana ini berjalan dengan lancar tanpa kendala apa pun.
Aku sudah siap berangkat ke kantor polisi.
Tanpa menunggu lama aku mengetuk pintu kamar hotel pak Ardi dan Rio.
Untung saja mereka sudah bangun dan bersiap siap, jadi aku tak harus menunggu waktu lama untuk menunggu mereka bersiap.
Aku memesan taksi online, begitulah kalau tak punya mobil, mau kemana pun susah karena harus mengandalkan orang lain.
Kami masuk ke dalam mobil yang bertuliskan Gocar itu.
Akhirnya kami sampai di kantor polisi.
Lama kami menunggu akhirnya tiba juga giliran kami mengajukan kasus ini.
"Ada yang bisa saya bantu pak" ucap seorang polisi yang duduk berhadapan dengan kami.
"Kami mau mengajukan kasus pemalsuan surat kepemilikan perusahaan" ucap Rio.
"Bisa saya lihat surat suratnya" tanya polisi itu.
Pak Ardi meyerahkan map yang berisi berkas berkas untuk membuat laporan.
"Oke kalau begitu saya akan proses kasus ini dan meminta penjelasan dari pak Rama dan pihak perusahaan Rama Wijaya" ucap polisi itu.
"Baik terima kasih" ucapku pada polisi.
Kami bertiga pergi mampir ke sebuah restoran yang cukup terkenal, bahkan pengunjungnya pun tak henti hentinya berdatangan kesana.
Kami duduk di salah satu meja yang dekat dengan jendela yang lebar.
Kami memesan makanan dan minuman untuk mengganjal perut yang dari tadi keroncongan. Aku melihat kearah luar banyak sekali orang orang yang berjalan dibawah sinar matahari yang sedikit terik itu.
Mereka sungguh tak merasa risih dengan panasnya sinar matahari.
Iseng aku membuka laptopku, ternyata ada masalah serius di kantor.
Tanpa menunggu lama aku langsung menelpon Rudi.
\[Ada apa Rud, apa ada masalah di kantor\] cecarku saat panggilan telpon sudah terhubung.
\[Iya pak soal barang yang tak memenuhi keinginan konsumen\] sahutnya dari sebrang sana.
Aku menghela nafas gusar, belum juga satu masalah terpecahkan sudah ada masalah baru lagi.
\[Telpon stap gudang untuk memenuhi keinginan konsumen\] ucapku pada Rudi saat masih di telpon.
Dengan cepat aku mematikan telpon.
Aku menyantap makananku dengan tak tenang, walau pun masalah sepele tapi tetap jika klien membatalkan kontrak, perusahaanku pasti mengalami kerugian yang besar.
Siang ini aku pulang ke hotel, mencari berkas yang aku butuhkan.
'Ketemu juga' gumamku.
Aku membuka buka lembaran yang berisikan penjualan bulan kemarin.
Aku masih membaca dengan teliti, karena terlewat sedikit pun aku pasti tak akan menemukan letak kesalahannya.
Akhirnya aku menemukan juga letak kesalahannya, ternyata saat aku pergi ke semarang ada barang yang hilang dan totalnya lumayan banyak.
'apa di kantorku ada yang korufsi' batinku.
Karena takut aku yang keliru aku meminta Zahra mengirimkan lagi data data lewat email.
Aku membukanya dan melihatnya dengan teliti tapi hasilnya tetap sama, barangnya hilang hampir satu pick up.
Rasanya masalah ini membuat kepalaku mau pecah.
"Argghhhh" teriakku prustasi memikirkan ini semua.
Aku menelpon pihak gudang menanyakan kemana saja barang dikirim.
[Hallo pak ada yang bisa saya bantu] ucap Dika stap gudang di kantorku.
[Kirimkan data saat tiga bulan yang lalu] perintahku padanya.
Aku melihat data yang di kirimkan oleh Dika, aku menyamakan dengan data yang di kirim oleh Zahra.
Lama aku mencari dimana kekeliruannya hingga aku harus membacanya berkali kali.
Hingga aku menemukan ada barang yang dikirim namun tak ada alamat tujuannya.
Ada pengiriman dua mobil pick up yang tak ada alamat tujuannya.
'Apa karna ini stok barang di kantorku habis' gumamku.
Aku mengambil lagi ponsel dan menghubungi Dika lagi.
[Dik tolong jelaskan ini kemana dua pick up yang dikirim namun tanpa alamat tujuannya] cecarku langsung saat Dika mengangkat telponnya.
[Maaf pak kalau itu saya kurang tau, semua pengiriman di atur oleh Zahra dan Rudi] jawabnya.
Aku sudah duga itu sejak awal aku sudah curiga dengan Zahra. Namun jika Rudi aku kurang yakin kalau dia yang melakukannya.
Tapi aku tidak boleh gegabah mengambil langkah ini, bisa saja orang lain yang melakukannya.
Untuk saat ini aku sudahi saja pekerjaan yang merugikan ini, aku harus kembali Fokus memikirkan paman dan perusahaan itu.
Aku menemui pak Ardi dan Rio di kamarnya.
"Apa polisi sudah menerima kasus kita dan bagaimana kelanjutannya" tanyaku pada mereka.
"Belum ada kabar pak, mungkin masih di proses" sahut Rio.
Aku masih melamun memikirkan ini semua, masalah kantorku dan masalah perusahaan paman.
Drttttt... Drttttt....
Pesan masuk ke ponsel Rio.
"Pak polisi itu meminta kita ke kantornya sekarang" sahut Rio dengan eksfresi dingin.
Gegas aku, Rio dan pak Ardi berangkat ke kantor polisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments