Hari ini tepat sebulan aku tinggal di kota semarang kota kelahiran papah.
Walau pun tinggal di kota kelahiran papah tapi aku tak merasa punya banyak saudara di sini, entah bagaimana dulu papah bisa tinggal disini.
Bahkan aku tak tau makam kakek dan nenek.
Saat aku sedang duduk di ranjang, ada seorang pelayan yang datang.
"Maaf tuan, sarapan anda" ucapnya sambil membawa nampan.
"Terima kasih" ucapku.
Dia langsung pergi meninggalkan aku dan makanan yang sudah tersaji.
Drttt drttt...
[Saya dan pak Ardi sedang di jalan pak, maaf karena ada gangguan jadi pak Ardi baru bisa sekarang ke semarang pak] pesan dari Rio.
[Bagus, jika sudah sampai kabari saya] balasanku.
Aku melanjutkan makanku dengan lahap, lama lama jauh dari Nita aku sangat merindukannya.
Bahkan aku sampai lupa rasa makanannya Nita.
'Semoga kamu tak akan meninggalkan aku Nit' gumamku sambil melirik poto Nita yang terpajang di dinding hotel.
Sengaja aku memasangnya supaya rasa rinduku terobati walau pun hanya dengan potonya saja.
Setelah selesai makan aku buru buru membuka laptopku memantau karyawanku disana, karena aku tak masuk sudah hampir dua bulan. Makannya aku memantau mereka dari jauh, karena aku kurang percaya dengan karyawanku yang lain kecuali Rudi dan Zahra, merekalah karyawan yang paling lama bekerja denganku.
Aku melihat semua karyawanku yang sedang bekerja, bahkan ada yang bekerja sambil makan, tapi aku tak mempermasalahkan itu karena mereka juga butuh nutrisi.
Tapi mataku selalu tertuju pada karyawan yang baru masuk, dia selalu saja tertidur di depan komputer.
Begitulah jika karyawan kurang di siplin dan menyepelekan pekerjaan.
[Pastikan karyawan yang baru mengerjakan tugasnya dengan cepat] pesanku pada Zahra.
Aku menutup layar laptopku, aku berjalan ke arah jendela melihat mobil yang lalu lalang.
Aku melihat orang orang yang berjalan di jalan trotoar, semua orang seperti tak henti hentinya berlalu lalang.
Walaupun aku merasa kesepian, tapi aku harus tahan ini karena sebentar lagi aku akan mengungkap penghianatan paman.
Jika mendengar dari omongan orang sekarang perusahaan paman sedang naik daun dan menjadi perusahaan terkenal di kota semarang.
Beda dengan perusahaanku yang di bandung tak pernah ada peningkatan.
Jika nanti perusahaan itu sudah ada di tanganku, akan aku usahakan lebih dari apa yang paman dapat sekarang.
Bahkan paman sudah punya rumah dan kendaraan hasil dari perusahaan itu.
Tetapi aku pemiliknya tak pernah mendapatkan apa apa.
Aku berjalan keluar hotel, menelusuri kamar kamar yang berjajar di kiri kanan.
Tujuanku ingin melihat perusahaan paman walau pun dari jarak jauh.
"Maaf dengan pak Topan" ucap seseorang supir taksi yang sudah aku pesan.
Malam ini aku sedang berada di kafe, memesan makanan kesukaanku.
\[Kami sudah sampai di bandara\] pesan dari Rio.
Aku langsung mengirim lokasiku saat ini, semoga saja aku bisa segera bertemu dengan pak Ardi.
Lama aku menunggu mereka. Dan akhirnya pak Ardi dan Rio pun sampai di kafe yang sudah aku booking agar pembicaraan kami tak ada yang mendengarkan.
"Selamat malam pak" ucap Rio saat mereka sudah sampai di kursi yang aku duduki.
"Selamat malam pak Ardi, Rio" ucapku sambil berdiri dan mempersilahkan mereka duduk.
"Maaf pak saya menyuruh anda jauh jauh untuk datang kesini" ucapku memulai percakapan.
"Memangnya ada masalah apa nak Topan memanggil saya" tanyanya dengan sopan.
"Jadi begini pak soal wasiat papah, apa bapak masih ingat" ucapku.
Pak Ardi tak menjawab, dia hanya membuka tasnya, mencari cari sesuatu di antara map yang dia bawa.
"Ini saya masih menyimpannya" ucapnya sambil menyodorkan map berwarna hijau itu.
Dengan bergegas aku meraih map itu lalu membuka dan membaca semua dengan teliti.
Di dalam surat itu menyatakan bahwa:
Semua aset dan perusahaan yang saya miliki semua akan menjadi milik anak saya yang bernama Topan Arya Wijaya.
Kecuali butik dan empat restoran itu menjadi milik Lynda Arya Wijaya.
"apa ada surat yang lain" tanyaku pada pak Ardi.
"Tidak nak, cuman itu yang saya punya. Dan yang lainnya sudah di tangan pamanmu" ucapnya.
Aku sedikit kaget dengan ucapan pak Ardi barusan.
"apa anda memberikan surat itu ke paman" tanyaku sedikit marah karena kecerobohannya.
"Iya dulu Dia datang ke rumahku dan meminta surat perusahaan Wijaya Group padaku, yang lebih parahnya lagi dia mengancamku dan keluargaku saat itu" ucapnya.
"Apa anda tau, sekarang dia yang berkuasa atas perusahaan itu lalu aku pemiliknya hanya gigit jari melihatnya" ucapku dengan nada tinggi.
"Maafkan aku nak" ucapnya.
Aku membuang nafas.
Sekarang harus bagaimana lagi aku mendapatkan perusahaan itu.
Aku hanya diam saja, tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Tapi aku masih menyimpan cuplikannya" ucapnya sambil meraih tas dan mengeluarkan map yang lain.
"Tunggu pak, anda membuat dua surat. Ini termasuk ilegal pak" ucap Rio dengan nada tak suka. Aku tau karena Rio adalah seorang Jaksa yang sudah di sumpah untuk tidak curang dan berbohong.
"Tapi ini ide dari pak Arya, saya hanya melakukan perintah saja" ucapnya membela diri.
Rio tak berani berkata lagi, mungkin dia merasa tak enak karena ada aku disini.
"Dulu pak Arya memintaku membuat dua surat ibarat asli dan fotocopy, tetapi surat aslinya ada bersamaku" ucap pak Ardi sambil menyodorkan map itu.
"Kalau begitu, pak Rama sudah menyimpan surat palsu begitu" tanya Rio dengan wajah datar.
"Iya pak Arya melakukan ini karena dia tau kalau adik tirinya itu tidak sebaik yang dia kira, namun atas kebesaran hati pak Arya dia masih saja memberikannya kepada Pak Rama" jelasnya.
"Jika papah tau tentang paman, lantas kenapa papah memberikan perusahaannya ke paman" ucapku sedikit kecewa pada papah.
" papahmu orang baik nak, dia ingin pamanmu merasakan juga hasil jeri payahnya selama dia masih hidup, Namun karena pamanmu terlalu serakah dia sampai rela membunuh papahmu hanya karna perusahaan itu" jelas pak Ardi.
Aku makin terkejut bukan kepalang.
Aku baru tau kalau papah dibunuh oleh paman tapi tak ada yang memberi tauku.
"apa papah di bunuh paman, bukannya papah kecelakaan pak" tanyaku pada pak Ardi.
"Dulu saat pak Arya tau kalau pak Rama mengambil surat perusahaan itu dariku,
Pak Arya benar benar marah. Dia menyusul pak Rama kesini bahkan mereka juga sempat memukul satu sama lain, aku tak bisa apa apa saat itu, hanya bisa melihat pertengkaran antara kedua saudara itu.
Saat pak Arya ingin memukul pak Rama,
Pak Arya di pukul dengan balok kayu dari arah belakang oleh anak buah pak Rama.
Dan naas pak Arya jatuh tersungkur ke lantai, kepalanya mengeluarkan darah.
Aku yang melihat kejadian itu hanya bersembunyi di jendela Rumah itu.
Aku menunggu waktu yang tepat untuk menolong pak Arya, saat semua orang sudah pergi dari ruangan itu. Aku menyelinap masuk kedalam dan membawa pak Arya pergi dari sana" ucap pak Ardi sambil meneteskan air mata penyesalan.
Dia mengusap air matanya dengan tisu, sebenarnya aku pun merasa ingin sekali menangis tapi sebisa mungkin aku tahan.
"Saat saya membawa pak Arya keluar, saya kira tak ada yang melihat, Namun dugaan saya salah, salah satu anak buah pak Rama melihat kami, dengan gegas aku memasukan pak Arya ke mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
Saat itu hujan deras bahkan petir pun menyambar pepohonan di pinggir jalan yang kami lalui.
Anak buah pak Rama menyalip mobil yang kami tumpangi, dengan terpaksa aku menghentikan mobil menghindari kecelakaan. Saat itu mobil di buka paksa oleh anak buah pak Rama, bahkan aku pun di lempar keluar. Dan dia mengendarai mobil dengan kencang hingga menabrak pepohonan di pinggir jalan.
Naasnya mobil langsung meledak karena ada kesalahan pada mesinnya.
Aku melihat pak Rama yang berdiri tak jauh dari tempat kejadian dia tersenyum puas, bahkan tak memperdulikan anak buahnya yang ikut tewas di dalam mobil." ucapnya lagi menyambung cerita.
"Jika paman penyebabnya kenapa tidak di laporkan ke polisi" tanyaku padanya.
"Dulu aku membawa kasus ini ke jalan hukum tapi dengan uang pak Rama kepolisian itu tak menanggapiku, malah aku dikira berimajinasi dan mengada ada" jawabnya.
Aku tak menyangka ternyata paman selicik itu, dia rela membunuh papah orang yang sangat berjasa kepadanya.
'Tunggu pembalasanku paman' batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments