Dan itu adalah Foto mamah dengan Papah saat mereka menikah dulu, tapi kenapa ada disini dan kenapa Foto papah mukanya di coret.
Aku melihat kembali lembaran kertas di bawahnya, ada sebuah tulisan merah yang seperti berkesan seperti mengancam.
(KALIAN SEMUA AKAN MATI) kira kira begitulah tulisannya.
" ini maksudnya apa" teriakku yang langsung melempar berkas itu.
"Ada apa pak" ucap Rudi yang langsung mendekatiku.
"Coba kamu lihat Rud, itu apa" perintahku pada Rudi dengan gegas Rudi mengambil berkas itu melihat teliti tulisan dan Foto itu.
"Pak ini seperti ancaman untuk keluarga bapak" ucap Rudi aku melihat tangan nya gemetar ketakutan.
" simpan berkas itu siapa tau nanti akan berguna" ucapku.
"Cari lagi yang lain Rud" perintahku yang langsung di sambut anggukan kepala Rudi.
Aku masih mencari berkas lagi siapa tau ada yang seperti tadi,
"Pak lihat ada kotak" ucap Rudi.
Aku langsung berjalan mendekati Rudi.
"Tapi di kunci gembok pak" ucap Rudi lagi.
"Sini saya lihat" aku langsung mengambil kotak itu dari tanggan Rudi.
Gembok ini memakai kode untuk membukanya.
"Rud ada kodenya" ucapku.
"Coba angka kelahiran tuan besar pak" ucap Rudi.
Aku langsung menyamakan kode itu dengan angka kelahiran papah.
"Bukan Rud" ucapku sedikit kecewa.
"Coba tanggal lahir bapak" ucap Rudi.
Aku menggantinya dengan angka kelahiranku, namun tetap hasilnya sama tak bisa di buka.
Tanpa berpikir panjang lagi aku melempar kotak itu..
Brughh....
Dan tetap saja kotak itu tak bisa dibuka.
"Rud tolong ambilkan kapak" perintahku pada Rudi.
"Baik pak" ucap Rudi yang langsung mencari alat perkakas itu.
'Ini isinya apa susah sekali untuk dibuka' gumamku.
"Ini pak" ucap Rudi sambil menyerahkan kapak kecil padaku.
Aku menampol kotak yang seperti peti itu dengan kapak, dengan susah payah akhirnya gempok peti itu jebol juga aku membuka peti itu dan didalamnya hanya ada Flashdis dan foto bayi.
"Coba lihat Foto ini Rud" perintahku sambil menyodorkan Foto itu.
"apa bapak yakin ini bukan bapak" tanya Rudi.
"Bukan kalau itu Foto saya, untuk apa saya bertanya padamu" ucapku ketus.
Rudi masih membulak balik Foto itu.
Semua ini bagaikan teka teki yang susah di tebak.
"Maaf pak ada klien mau bertemu bapak" ucap Zahra yang mengagetkan kami.
"Ra kalau masuk ketuk dulu pintu napa" sewot Rudi yang kaget plus ketakutan karena masalah ini.
"Suruh nunggu di ruangan saya, nanti saya nyusul" perintahku pada Zahra.
Zahra langsung pergi dari gudang.
"Rud tolong Rahasiakan ini semua jangan sampai ada yang tau" ucapku pada Rudi.
"Baik pak" ucap Rudi.
Kami berdua berjalan keluar, tak lupa pintu gudang aku kunci lagi karena takut ada orang yang masuk.
Aku sudah berada di depan pintu ruanganku, aku membuka pintu dan aku sontak saja kaget saat mendapati seorang wanita sedang berdiri menatapku dan memakai pakaian yang lumayan seksi.
Aku tak jadi masuk, aku malah berjalan ke ruangan Zahra.
"Zahraaa" teriakku.
Zahra berlari terbirit birit menemuiku.
"Ada apa pak" ucap Zahra dengan nafas ngos ngosan.
"Siapa wanita yang ada di ruanganku Zahra" bentakku padanya.
"I-itu kk- lien pak" ucapnya terbata bata.
"Sekarang kamu temui dia dan tanya apa alasan dia datang kemari" ucapku masih dengan suara tinggi.
Semua karyawanku hanya menunduk melihat aku membentak Zahra, apa mereka juga takut.
"Kalian semua kembali kerja" ucapku.
Semua karyawan mengangguk dan melakukan kegiatan seperti semula.
Aku duduk di kantin memesan es teh yang mungkin bisa mendinginkan otakku ini.
"Pak" ucap Zahra.
"Ada apa" jawabku dengan nada ketus.
"Ibu tadi mau mendiskusikan tentang proyek baru kita" ucap Zahra dengan menunduk.
"Jika nanti ada orang yang mau bertemu saya pastikan dia memakai pakaian yang sopan tidak seperti tadi" ucapku pada Zahra.
"Soal proyek baru nanti saya bicarakan langsung dengan pak Rehan" ucapku lagi.
Aku bergegas pergi dari kantin meninggalkan Zahra yang masih mematung.
'Apa pak Rehan tidak bisa mempekerjakan wanita yang baik baik ya' gumamku.
Aku masuk mobil dan melajukan mobilku dengan kecepatan sedang.
Aku memarkirkan mobilku di sebuah butik, rencananya aku akan membeli baju hamil buat Nita karena kan perutnya sebentar lagi akan membesar aku putuskan untuk memilih baju ukuran xl saja.
Saat sedang memilih baju aku berpapasan dengan Sarah.
"Hay mas" sapanya padaku.
'Kenapa harus ada dia' batiku.
"Mas lagi ngapain di sini, oh beli baju hamil ya" ucap Sarah tak tau malu.
Aku tak menanggapi pertanyaannya.
"Oh iya mas gimana tentang hubungan kita apa kamu tak mau menikahiku lagi mas" ucapnya sambil memegang tanganku dan dia bergelayut manja di tanganku. Aku bahkan jijik harus melihat manjanya dia lagi.
Aku menepis tanganya kasar.
"Mass" teriaknya sedikit manja.
Aku mengambil asal tiga buah baju dan langsung menuju ke kasir, ku memberikan baju itu pada penjaga kasir.
"Totalnya jadi 240 ribu pak" ucap penjaga kasir itu.
Aku menyodorkan kartu Atmku.
Setelah selesai aku bergegas pulang, aku tak mau jika harus ketemu lagi dengan Sarah.
Aku langsung masuk mobil, tapi di dalam mobil aku menyadari bahwa ada Sarah di mobilku.
"Ngapain anda di mobil saya" tanyaku padanya.
"Tenang dong mas, aku kan mau lihat mobil baru kamu" ucapnya.
"Keluar" teriakku padanya.
Bukannya turun Sarah malah merobek bajunya dan mengacak Rambutnya.
"Hey kamu mau ngapain" tanyaku dengan nada tinggi.
Kemudian dia keluar mobil sambil menangis dan teriak teriak minta tolong.
"Tolong pak buk, lelaki ini mau melecehkan saya" teriaknya pada semua orang yang lalu lalang di jalan.
Semua orang mengerumuni Sarah menanyai keadaannya.
Lalu seorang lelaki membuka pintu mobilku dengan paksa menyeretku keluar dan memukulku tepat di bagian hidung.
Aku merasakan ada cairan hangat yang keluar dari lubang hidungku.
"Dasar lakilaki bejad"
"Berengsek"
"Dasar orang kaya bisa seenaknya melakukan bejad ke semua wanita" makian orang orang yang mengerumuniku.
"Maaf tapi ini salah paham, saya tidak melakukan apa apa" ucapku ada semua orang.
Namun tak ada yang mendengarkanku mereka malah makin memakiku dengan kata kata yang tak pantas.
Seorang laki laki memukulku lagi tepat di pipi kiriku.
Tanpa segan lagi aku membalas bogeman lelaki itu hingga ia tersungkur dan berbaring di tanah.
Semua orang melihatku dengan tatapan entah. Aku masuk ke dalam mobilku melajukannya tanpa menghiraukan lagi laki laki yang pingsan tadi.
Aku mengusap darah yang keluar dari hidungku.
Aku melihat ke arah spion wajahku lebam bekas pukulan tadi berubah menjadi biru.
Dan darah di hidungku tak henti hentinya mengalir.
Aku melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota yang tak begitu ramai.
"Aku harus segera pulang kalau tak langsung di obati lukanya bisa infeksi" gumamku.
Akhirnya aku sampai di rumah, aku masuk lewat pintu belakang ke arah dapur ingin menemui bi Iyem dan meminta untuk mengobatiku.
'Semoga saja mamah dan Nita tidak melihat' batiku.
Jujur aku malu dengan Nita dan takut juga, nanti dia kira aku berkelahi seperti anak kecil.
Aku masih mengendap endap ke arah pintu belakang, saat aku buka pintu terlihat Nita sedang berdiri tepat di hadapanku.
Aku langsung membelakanginya.
"Mau kemana mas" tanyanya.
"Ehh engga mau jalan jalan aja" jawabku gugup masih sambil membelakanginya.
"Mas aku di sini coba nengok sebentar mas" pintanya padaku.
Dengan semua keberanian aku langsung berbalik menghadap Nita.
"Itu kenapa mas" ucap Nita begitu khawatir dengan keadaanku.
"Ini cuman jatuh aja Nit" ucapku terbata bata.
"Bohong, mas pasti berkelahikan" tebakan Nita benar.
Nita langsung menarik tanganku untuk masuk ke dalam mendudukanku di kursi meja makan, dengan gegas Nita mengambil kotak P3K.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments