Malam ini aku sangat mengantuk sekali, bahkan aku tertidur tanpa makan dahulu.
"Mas bangun" ucap Nita sambil menggoyangkan tanganku supaya aku bangun.
"Ada apa Nit" ucapku tapi mataku masih terpejam.
"Aku mau rujak mas" ucapnya
"Apa jam berapa ini Nit" ucapku sambil membuka mataku yang terasa sangat rapat.
"Jam 1 lewat dua puluh menit mas" ucapnya lagi.
"Besok aja ya mas beliinnya, sekarang mas ngantuk banget" ucapku sedikit memohon.
"Tapi mas ini kemauan bayi" ucapnya memelas.
"Iya mas jalan sekarang" jawabku langsung bangkit dari pembaringanku.
Demi bayiku aku rela berangkat malam begini untuk mencari rujak.
Walau pun terdengar mustahil jika ada tukang rujak malam begini.
Tapi aku akan tetap berusaha semoga saja ketemu sama tukang Rujak.
Aku melajukan sepeda motorku, aku mencari ke arah pasar mlam siapa tau ada disana, Saat sampai aku melihat kesana kemari tapi tak ada tukang Rujak.
"Pak maaf tukang Rujak dimana ya" tanyaku pada tukang parkir.
"Pak malam begini gak ada tukang Rujak ada juga tukang sop buah" jawab kang parkir itu.
"Tapi istri saya maunya Rujak pak" jawabku.
"Bikin aja pak beli buah buah terus sambalnya bikin di rumah, jam segini nyari rujak mah susah" ucapnya kekeh.
Aku pun membeli buah dari pada gak ada, pulang pun takut Nita marah.
Sesampainya di rumah ternyata Nita menunggu di sofa ruang tamu.
"Ada mas" tanyanya sumbringah.
Aku menyerahkan kantong kresek pada Nita.
"Kok buah aku maunya kan Rujak" ucapnya langsung becucuran air mata.
"Nit kok kamu nangis" tanyaku.
Tapi dia tidak menjawab hanya terisak dan menangis.
" maaf Nit tapi malam begini mana ada kang rujak" ucapku membujuk agar tak menangis lagi.
"Kamu kenapa nangis nak" tanya mamah yang bangun mungkin karena mendengar Nita nangis.
"Jadi begini mah, Nita mau Rujak malam begini mana ada Rujak" jelasku pada mamah.
"Topan kamu ini, istri kamu itu lagi ngidam jadi apa pun yang dia mau kamu harus turuti kalau tidak nanti anaknya ileran kamu mau" jawab mamah malah menakutiku.
"Sudah ya nak biar mamah bikin sambalnya" ucap mamah sambil mengusap pucuk rambut Nita.
Nita hanya mengangguk, dan berjalan ke dapur mengikuti mamah.
Jadi begini rasanya menjadi seorang ayah, Dikit dikit selalu aja di salahin, lama lama aku iri dengan Nita karena mamah lebih membela Nita dari pada aku anaknya.
Begitulah mamah mungkin dia ingin sekali punya cucu.
Aku berangkat ke kantor dengan mata seperti panda, karena semalam aku begadang nemenin Nita makan Rujak.
Aku duduk di kursiku mengutak atik laptopku membaca ulang bahan untuk meeting.
Tok tok tok...
"Masuk" ucapku.
"Pagi pak" sapa seseorang wanita yang suaranya mengingatkanku pada masa lalu.
"Sarah" ucapku sedikit terkejut.
"Ada apa kamu datang kemari " ucapku dingin.
"Aku ingin bertemu kamu mas" ucapnya sedikit manja dan langsung duduk di Sofa ruanganku.
"Maaf jika tidak penting silahkan pergi" ucapku lantang sambil menunjuk pintu keluar.
"Mas kok kamu kasar sih" tanyanya.
Aku tidak menanggapi ucapannya, aku masih mengutak atik laptopku.
Tiba tiba Tangan Sarah melingkar di leherku,
Aku sontak terkejut dan bangkit dari dudukku.
"Maaf Sarah mending kamu pergi dari sini" ucapku lantang padanya.
"Mas aku kan baru pulang dari luar negri, apa kamu tak Rindu padaku mas" ucapnya lagi dengan manja tapi untuk kali ini aku merasa jijik mendengar suaranya.
"Zahraaaa" teriaku.
"Iya pak ada apa" tanya Zahra yang berlari menuju ruanganku.
"Tolong usir wanita ini dari sini" ucapku sambil menahan Emosi.
"Baik pak" ucap Zahra.
"Mbak silahkan pergi dari sini" ucap Zahra sambil menyeret tangan Sarah dengan paksa.
"Mas tapi aku mau disini" ucap Sarah.
"Mas" teriak Sarah di luar ruanganku.
Aku buru buru mengunci pintu dengan cepat takut dia Nekat dan datang lagi.
Aku duduk lagi di kursi dengan amarah yang masih memuncah.
Entah kenapa dia datang setelah aku sudah mau bahagia dengan Nita.
Aku segera pulang karena hari ini Mood ini hancur karena kedatangan Sarah ke kantor.
Di perjalanan aku teringat kalau Nita tidak punya handphone aku berinisiatif untuk membelikannya, walau pun aku tak tau warna kesukaannya tapi aku akan beli hp yang sama sepertiku.
"Mbak ada hp yang seperti ini" aku bertanya kepada seorang Wanita yang menjaga toko itu, sambil menyodorkan contoh hp sepertiku.
"Ada bentar saya lihat dulu mas" ucapnya, berlalu mencari hp yang seperti ini.
'Semoga saja ada' gumamku.
"Ini pak sama persis" ucapnya sambil membawa hp dengan kotaknya.
"Saya beli ini tolong bungkus ya" ucapku,
Wanita itu mengangguk, dan langsung mengemas hp tadi.
"Totalnya jadi 2 juta 8 ratus mas" ucap wanita itu.
Aku memberikan kartu Atmku padanya.
Aku bergegas pulang, membelah jalanan ibu kota yang tak terlalu ramai.
'Semoga saja Nita suka dengan hp ini' gumamku.
Sesampainya aku di rumah aku melihat Nita sedang membereskan halaman Rumah, tunggu Nita mengangkat pot bunga yang lumayan berat.
Aku langsung turun dari mobil dan berlari menghampirinya.
"Nita kamu ini gak bisa di omongin ya" ucapku padanya sedikit agak berteriak.
"Kenapa mas" tanyanya yang sedikit ketakutan.
Apa aku semenyeramkan itu Nit.
"Kamu jangan angkat yang berat berat Nit nanti bayinya kenapa kenapa gimana" ucapku langsung menaruh kembali pot bunga itu.
"Mas inikan cuman pot doang, lagian aku bosan jika harus duduk terus" ucapnya sedikit memelas.
"Pokoknya jangan" ucapku tegas.
Aku menarik tangan Nita dan membawanya masuk ke dalam rumah. Aku mendudukan Nita di Sofa ruang tamu.
"Kan sudah saya bilang Nita kamu gak boleh kecapean apalagi ngangkat yang berat berat" ucapku memarahinya.
Nita hanya tersenyum dan terlihat menertawakanku,
"Sudahlah mas Kamu ini " ucap Nita Sambil mencubit hidungku.
'Ahh Nita aku sayang kamu' ucapku dalam hati.
"Iya mas aku minta maaf " ucapnya sambil terus tersenyum dan tertawa.
"Baik untuk sekarang saya maafkan kalau di ulang lagi awas ya" ucapku penuh penekanan.
Nita hanya tersenyum dan menertawakanku, apa aku selucu itu sampai Nita tak berhenti tersenyum.
"Lihat Nit, mas belikan ini untukmu" ucapku sambil memberikan paper bag kecil padanya.
"Apa ini mas" tanyanya, dia langsung membuka kotaknya dan dia terlihat sangat senang sekali.
"Makasih mas" ucapnya sambil memelukku.
Rasanya jantungku mau copot saat Nita memeluku dengan perasaan senangnya.
"Iya sama sama" ucapku.
"Jika kamu ingin menghubungi keluargamu, kamu tinggal panggil saja tak perlu meminjam dulu punya mas " ucapku sambil mengusap rambut Nita yang tergerai sebahu.
Nita terharu karena bahagia,
'Apa semudah ini membahagiakanmu Nita' batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments