Dua hari di penjara aku sudah seperti orang yang tak terurus.
Rambutku yang berantakan menandakan bahwa aku tak pernah menyisir rambut.
Dua hari ini Nita tak pernah luput untuk menjengukku, dia selalu membawakan aku makanan yang bergizi dan sehat. Tak seperti makanan di penjara.
Hari ini adalah sidang disinilah kasusku akan di tentukan oleh hakim pengadilan.
"Pak sekarang kita akan ke pengadilan" ucap polisi itu sambil membukakan kunci pada gembok sel.
Aku berdiri dan berjalan mengikuti polisi itu.
Sesampainya di pengadilan aku di sambut oleh Nita dan mamah.
Aku duduk di kursi yang sudah di sediakan.
Jujur baru kali ini aku masuk ruang pengadilan.
~``~~~~
Sudah hampir satu jam kami semua melakukan persidangan, walau pun keadaan sempat cek cok dan tak kondusif. Tapi semua berjalan lancar.
Hakim memutuskan bahwa aku hanya di beri sanksi untuk membayar kerugian lelaki yang aku tonjok itu.
Kalau soal Sarah bukti cctv pun membuktikan bahwa aku tak salah.
Akhirnya aku bisa bebas juga walau sempat masuk penjara selama tiga hari, tapi aku tak akan pernah masuk lagi kesana.
Aku pulang dengan mobil yang di bawa oleh supir mamah.
Aku tak henti hentinya melihat wajah Nita dan mamah yang penuh dengan senyuman.
"Mas akhirnya kamu bisa bebas juga" ucap Nita.
"Iya Nit, mas memang gak bersalah" ucapku membelai kepala Nita yang ditutup oleh jilbab warna maroon itu.
Ponselku tak henti hentinya berdering.
Aku melihat ternyata pesan dari Zahra.
Aku membuka pesan dari Zahra.
[Maaf pak klien di luar pulau membatalkan kerja samanya, karena kasus bapak sudah tersebar luas] isi pesan dari Zahra.
Saat sudah di rumah aku langsung bersiap pergi ke kantor dengan rasa lelah aku terpaksa harus pergi sekarang karena kerja sama ini sangat penting.
"Maaf Nit, mas buru buru harus ke kantor, makannya nanti aja ya" ucapku pada Nita sambil membereskan berkas berkas untuk di bawa.
"Tapi mas kamu kan baru keluar, istirahat dulu lah" ucap Nita sambil memohon agar aku tak pergi.
"Maaf " ucapku karena harus segera pergi.
Aku segera mengambil kunci mobil, melajukan mobil dengan kecepatan penuh karena harus segera sampai ke kantor.
Aku menekan nomor Rudi.
[Rud kita meeting sekarang] ucapku saat sambungan telpon sudah terhubung.
[Baik pak] ucap Rudi.
Sesampainya di kantor aku langsung berjalan keruang meeting.
Disana aku di sambut oleh semua karyawan.
"Selamat siang" ucapku pada semua karyawan.
Semua orang hanya menunduk, mungkin mereka takut aku marah besar.
"Jadi gimana dengan kerja sama kita" tanyaku pada semua karyawan.
Namun tak ada satu karyawan pun yang menjawab semuanya hanya menunduk.
"Bodoh" gerutuku.
Aku mengambil laptop dan membuka File, kerugian perusahaan hampir mencapai angka 3 milyar.
"Kalian tau kerugian perusahaan ini" tanyaku masih dengan nada yang sabar.
Masih tak ada jawaban dari sepuluh karyawanku yang masih menunduk.
"Semuanya mencapai 3 milyar, ada yang mau tanggung jawab" ucapku.
"Baik kalau begitu besok saya akan pergi ke luar kota untuk bertemu klien yang membatalkan kontrak ini dengan sepihak" ucapku.
Aku menarik nafas panjang,
"Saat saya kembali nanti persiapkan mental kalian, mungkin perusahaan ini akan mengurangi karyawan" ucapku langsung pergi meninggalkan karyawan yang tak bisa di andalkan.
Aku kembali ke ruanganku mengemasi semua berkas dan laptop yang nanti pasti akan di butuhkan.
Saat semuanya sudah aku masukan pada tasku. Aku memastikan sekali lagi kalau tak ada berkas yang tertinggal.
Aku bergegas pulang ke rumah.
"Nit bantu mas packing barang" ucapku pada Nita yang sedang duduk di Sofa.
"Mas mau kemana" tanyanya.
"Mas harus ke luar kota menanyakan kerja sama dengan perusahaan pak Radit " jelasku.
Tanpa di pinta lagi aku dan Nita berjalan ke kamar.
Aku membuka koper yang sedikit berdebu karena tak pernah aku pakai.
Nita melipat semua bajuku dan memasukannya ke koper.
Sedangkan aku mengutak atik ponsel mencari tiket pesawat ke luar pulau.
Aku memesannya dan pemberangkatannya besok siang.
"Nit selama mas pergi kamu jaga diri baik baik ya" ucapku pada Nita yang masih mengemas pakainku.
"Mas akan berapa bulan kamu di sana" tanya Nita.
"Mungkin tiga sampai empat bulan, jaga bayi kita ya Nit" ucapku sambil mengusap perut Nita yang sekarang memasuki usia ke 11 minggu.
"Iya mas, jaga diri mas, ingat jangan telat makan" ucap Nita.
Aku berjalan ke kamar mamah, begitu lah mamah dia bekerja di dalam kamar mengurus keuangan restoran dan beberapa butik di beberapa kota.
"Mahh" ucapku sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk " teriak mamah.
Aku membuka pintu, melihat mamah sedang mengutak atik laptop.
"Mah tolong titip Nita ya, Topan harus pergi dan tolong mamah pantau karyawanku di kantor" ucapku dengan penuh permohonan.
"Memangnya kamu mau ke mana" tanya mamah, matanya fokus menatap layar laptop.
"Pokoknya Topan harus ke luar kota mah, Topan mau menanyakan kenapa perusahaan pak Radit memutuskan kontrak secara sepihak" jelasku pada mamah semoga saja mamah mengerti.
"Tapi pan kamu kan udah dapat masalah pasti akan susah mengambil lagi hati klien kamu itu" ucap mamah ada benarnya juga.
Aku memikirkan tentang ucapan mamah, menurutku mamah ada benarnya juga.
'Ayolah Topan apa kamu akan menyerah begitu saja' batinku.
Dengan tekad yang bulat aku akan coba menemui pak Radit menanyakan alasan pembatalan kontrak ini.
Aku berangkat ke bandara tentu saja dengan supir karena aku tak bisa membawa mobil karena jarak yang jauh.
"Pak nanti mampir ke restoran" pintaku.
Pak supir hanya mengangguk paham.
Aku mampir di restoran memesan makanan untuk aku makan nanti saat di bandara.
~~~~`~
Lama aku menunggu di bandara ternyata penerbanganku pukul 13:00 wib.
Terpaksa aku harus menunggu lama.
Akhirnya aku berangkat juga ke luar pulau.
Aku memboking kamar hotel selama aku tinggal di sini aku tak mau menyusahkan orang lain.
Sesampainya di hotel aku bersiap mandi dan makan.
Aku ingin segera ke kantor pak Radit menanyakan kenapa ia membatalkan kontrak.
Aku langsung pergi ke kantor pak Radit naik taksi yang lalu lalang di depan hotel.
Saat sampai di kantor pak Radit.
"Raditya group" gumamku.
Tanpa menghiraukan yang lain aku langsung masuk ke dalam dan langsung ke ruangan yang aku tuju.
"Permisi" aku mengetuk pintu ruangan pak Radit.
"Masuk" teriaknya dari dalam.
Aku langsung membuka pintu dan masuk.
"Selamat siang pak" ucapku berusaha setenang mungkin, padahal di dalam hatiku aku ingin sekali membentaknya dan membogem wajah yang terlihat polos itu.
"Saya kira anda tidak akan menyusul saya kesini" ucapnya sambil tersenyum menyeringai.
"Maaf pak saya hanya ingin membahas kontrak kita" ucapku masih tenang dan sopan.
"Oh saya kira anda sudah mengerti tentang pembatalan sepihak ini" ucapnya.
"Anda memberi alasan yang tidak masuk akal" tanyaku padanya.
"Alasan saya karena anda mantan narapidana, apa itu cukup" jawabnya sambil membentak.
"Jika hanya di dalam sel selama 2 hari itu bisa di bilang Narapidana" ucapku lagi sambil tersenyum manis.
Dia bangkit dari duduknya, sepertinya ia terlihat kesal padaku.
"Bodohh" erangnya.
"Silahkan anda pergi dari sini, anggap saja saya dan anda tak pernah ada hubungan kontrak" ucapnya sambil menunjuk ke arah pintu.
"Anda mengusir saya, apa anda tau berapa kerugian saya sampai saya jauh jauh datang kesini" tegasku.
"Saya tidak peduli" teriaknya.
Aku pergi dari sana, dari pada meladeni orang seperti itu.
'Sekarang anda boleh mengusir saya tapi tunggu pembalasan saya' gumamku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments