Foto siapa itu?
"Maaf apa boleh saya bertanya tentang Foto itu" tanyaku pada mereka.
Mereka saling tatap, mungkin mereka tak percaya padaku.
"Apa itu ayah Silvi" ucapku sedikit canggung, namuqqan aku begitu penasaran.
Jika di lihat lebih jelas Foto itu seperti Radit yang telah menghianatiku.
"Itu anak ibu, suaminya Ajeng" jelas ibu itu.
"Apa sekarang dia sedang bekerja" tanyaku masih penasaran apa itu Radit atau bukan.
"Sekarang dia bekerja di perusahaan besar dan lupa sama kami" ucap ibu itu suaranya serak seperti menahan tangis.
"Maaf bu jika pertanyaan saya menyinggung perasaan ibu dan mbak Ajeng" ucapku tak enak.
"Gak papa, memang dia yang salah memilih jalan" ucapnya.
"Kalau boleh tau Memangnya kenapa ya" tanyaku semakin penasaran.
Tak ada jawaban dari ibu dan Ajeng.
Aku pun hanya hening tak berani bertanya lagi karena bagaimana pun aku akan membuka luka lama mereka.
"Namanya Aditya, dulu dia hanya seorang karyawan di perusahaan Wijaya Group yang sangat besar itu, dulu kami hidup bahagia walau pun pas pasan, Namun saat adanya pak Rama di kehidupan Adit, dia di angkat sebagai anak buahnya hingga sampai sekarang dia lupa pada kami bahkan dia lupa menafkahi Silvi" jelas ibu itu.
Aku hanya mengangguk.
Ternyata dugaanku benar dia adalah Raditya yang aku maksud. Jadi ini keluarganya.
Entah kenapa Tuhan menunjukanku jalan dengan bersamaan seperti ini.
'Terima kasih ya alloh' batinku.
Malam ini aku kembali ke hotel dengan membawa makanan dari luar.
Dulu aku tak terlalu suka dengan masakan luar, Namun sekarang aku terpaksa melakukannya karen aku tak bisa masak.
Besok aku akan kembali menemui Radit meminta penjelasan lagi darinya.
Karna jujur perusahaanku bisa bangkrut kalau harus menanggung kerugian sebesar itu.
Keesokan harinya.
Aku sudah bersiap untuk menemui Radit.
Aku memesan taksi online dan menunggu di loby hotel.
Sekitar 10 menit menunggu akhirnya taksi pun datang.
Gegas aku masuk ke taksi dan supir itu melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
"Sudah sampai pak" tanya supir itu.
"Iya sudah saya transfer ya" ucapku padanya.
Aku turun dari mobil, berjalan menuju kantor Raditya.
"Maaf pak Raditnya ada" tanyaku pada seorang wanita.
"Ada di ruangannya pak" ucap wanita itu.
Aku langsung menuju ruangan Radit.
Ternyata Radit sedang duduk dan mengutak atik laptopnya.
"Permisi" ucapku langsung masuk ke ruangannya.
"Mau apa anda kesini lagi" tanya Radit dengan nada tinggi.
"Meminta penjelasan pada anda" ucapku tenang.
"Bodoh, apa anda tak mengerti tentang bisnis, jika perusahaan membatalkan kontrak ya sudah batal" ucapnya sambil mengumpat.
Aku menatap dia dengan tatapan penuh kemarahan tapi aku harus tetap sabar menghadapi orang seperti dia.
"Oke Namun jika kerugian itu menimpa perusahaan ini apa yang akan anda perbuat" ucapku sedikit memancing emosinya.
"Diammm silahkan anda pergi dari sini" teriaknya.
Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Apa aku harus memaksamu keluar agar kau tak kemari lagi" ucapnya sambil emosi.
"Sudahlah Pak Adit kau tak perlu memaksaku untuk keluar, aku juga bisa keluar sendiri" ucapku sambil terkekeh.
Dia bangkit dari duduknya, mendekatiku dan..
Bughhh..
Dia membogem pipi kananku dengan tangannya.
Aku hanya tersenyum menanggapi perlakuannya.
"Anda boleh saja memukul saya, tapi apa anda tau putri anda menanggis di jalan karena ibunya sedang sakit" ucapku padanya.
Wajah Radit menjadi berubah dari emosi kini wajahnya seperti murung.
"Anda tau dari mana" tanyanya.
"Putri anda menangis karena tak mampu membeli obat untuk ibunya" jawabku sedikit sedih.
"Anda terlalu banyak mengoreksi kehidupan saya" ucap Radit sambil membelakangiku.
"Saya tidak mengoreksi kehidupan anda, tapi saya cuman kasihan dengan keluarga anda mereka terlantar" ucapku.
Radit hanya terdiam merenungi ucapanku.
"Saya permisi" aku pergi dari kantor Radit.
Radit hanya menunduk lemah.
'Sebaiknya aku kembali ke hotel dulu' batinku saat sudah naik ke taksi.
Drtttt drttttt..
Panggilan dari Rio.
\[Ada kabar baik\] tanyaku saat panggilan sudah tersambung.
\[Saya sudah menemukan pak Ardi, ternyata dia sudah pensiun pak\] jawab Rio di sebrang sana.
\[Apa kamu bisa membawa pak Ardi ke semarang\] tanyaku lagi.
\[Akan saya usahakan pak\] ucapnya.
Aku langsung memutuskan sambungan telpon.
Aku baru ingat dengan Nita.
'Sedang apa dia' gumamku.
Aku mencari nama Nita.
Mengetik pesan untuknya.
\[Lagi apa sayang\] pesanku pada Nita.
Tak menunggu waktu lama Nita langsung membalas pesanku.
\[Lagi nunggu kamu pulang\] balasan pesan Nita.
\[Maaf ya sayang mas lama disini, soalnya mas lagi banyak masalah\] pesanku lagi.
\[Iya mas, jaga diri baik baik ya, jangan lupa makan dan satu lagi jangan lupa sama bayi kita\] pesannya dengan emoticon ketawa.
\[Iya sayang\] balasan pesanku.
Aku sampai juga di Hotel, aku langsung masuk ke kamarku.
Tookk tokkk...
"Permisi tuan" ucap seseorang di luar pintu.
aku langsung membuka pintu.
"Ada apa" ucapku.
"Ada pembayaran yang belum tuan selesaikan" ucap pelayan itu.
Aku mengambil dompet dan langsung turun.
"Berapa uang yang harus saya bayar" tanyaku ketus kepada Wanita yang menjaga administrasi.
"Atas nama Bapak Topan sebesar 12juta 8 ratus ribu" ucapnya.
"Cuma segitu, tapi kalian memintaku untuk membayar sekarang, bahkan saya belum mau pergi dari sini" ucapku ketus.
Aku mengambil kartu atmku dan menyerahkannya kepada wanita itu.
"Kalian takut saya tak membayar hotel ini" ucapku ketus.
"Maaf pak tapi ini sudah prosedurnya" ucap wanita itu.
"Baik kalau begitu saya akan pergi dari sini sekarang juga" ucapku.
Aku mengambil kembali kartuku dan masuk lagi ke kamar, aku akan mempacking bajuku sekarang juga dan pergi dari hotel ini.
Tanpa memperdulikan pelayan hotel yang memanggilku, aku langsung menghentikan taksi dan masuk.
Aku masih melihat kalau wanita tadi mengejarku.
'Mau apa dia mengejarku, aku sudah membayar lunas semua biayanya, jadi untuk apa lagi dia mengejarku' batinku.
Drttt drttt..
Nomor Hotel tadi menelponku.
Aku langsung mengangkat panggilannya.
"Ada apa lagi, saya sudah membayar lunaskan" ucapku sedikit membentak.
"Maaf tuan atas perlakuan pegawai saya" ucap pemilik hotel itu.
"Iya " jawabku ketus dan langsung memutuskan panggilannya.
Aku mampir ke sebuah hotel yang lumayan kecil.
Untuk malam ini saya harus mencari lagi penginapan, gak papa lah walau pun kecil tapi masih ada yang kosong.
"Saya mau booking hotel bisa" ucapku pada lakilaki yang menjaga hotel.
"Bisa pak, untuk berapa hari" tanyanya Ramah.
"Kalau untuk satu bulan bisa" tanyaku.
"Bisa pak" ucapnya.
Aku memesan satu kamar dan syukurlah aku bisa tinggal lama disini.
Sebelum semua selesai aku tak akan pulang dulu, aku akan menyelesaikan semuanya.
Enak saja aku membiarkan paman hidup damai tapi perusahaanku sedang di ambang kebangkrutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments