Aku menoleh ke arah suara tersebut ternyata..
Pak Topan berdiri tak jauh dariku.
"Baik pak suratnya akan saya persiapkan dan segera atur administrasinya" ucap dokter itu sambil berlalu.
Aku mendekat ke arah pak Topan.
"Bapak sedang apa di sini" tanyaku
"Aku sedang cek up dan melihatmu sedang ngobrol dengan dokter itu" jawabnya
"Tapi maksud bapak apa mau membayar administrasi bapak saya " tanyaku lagi
"Iya saya yang akan membayar semua biaya rumah sakit bapak kamu" ucapnya lagi dengan sedikit angkuh.
"Tapi saya gak punya uang untuk membayarnya" ucapku merendah memang kenyataannya begitu, gajihku tak cukup untuk membayar utang kepadanya.
"Kamu tak perlu membayarnya, kamu hanya cukup menerima tawaran saya utang kamu lunas" ucap pak Topan.
Aku berpikir sejenak...
"Baik pak saya terima tawaran bapak " ucapku
Tak ada pilihan lain selain bapak harus selamat dan sehat seperti dulu lagi.
Walau pun aku harus mengorbankan diriku sendiri.
"Sudah jangan nangis lagi " ucap pak Topan sambil memegang pipiku dan mengusap air mataku.
Saat aku dan pak Topan saling tatap rasanya jantungku dag dig dug kencang.
"Apa kamu sakit Nit " tanyanya
"Tidak pak" jawabku
"Kenapa jantungmu berdetak sangat kencang" ucapnya sambil senyum menyeringai ke arahku.
Pak Topan berlalu ke arah resepsionis.
Aku terduduk dan memegang dadaku yang masih berdetak.
'Kenapa aku, apa aku jatuh cinta pada pak Topan ' gumamku
Saat aku melihat pak Topan berjalan ke arahku, aku sedikit merapihkan penampilanku aku takut jika dia melihatku seperti ini dia jadi ilpil dan membatalkan tawarannya.
"Apa aku bisa bertemu dengan ibumu" ungkap pak Topan.
"Silahkan pak" aku mempersilahkan dia masuk ke ruangan bapak.
"Siapa dia Nit" tanya ibu sedikit berbisik.
"Perkenalkan bu pak dia pak Topan bosnya Nita di kantor" ucapku memperkenalkan dia.
"Selamat sore bu pak" ucap pak Topan sambil menyalami tangan ibu dan bapak.
Aku melihat pak Topan berbeda sekarang, bahkan pak Topan yang dingin seperti es batu sekarang menjadi hangat.
Lama mengobrol akhirnya pak Topan pulang juga.
Kira kira pukul 20:30 wib, oprasi bapak akan segera di lakukan.
Lama aku ibu dan puput menunggu akhirnya oprasinya pun berjalan lancar. Tinggal nunggu bapak pulih dulu.
"Berterima kasihlah kepada bosmu Nit, karena sudah membayarkan biaya bapak" ucap bapa saat bapak sudah pulih.
"Iya pak" jawabku singkat.
Sekarang bapak sudah bisa pulang, aku mengambil cuti dua hari untuk menjaga bapak.
Saat sudah sampai di rumah aku melihat ada mobil terparkir di halaman rumahku.
'Pak Topan' batinku.
Aku pun langsung turun dan memapah bapak untuk masuk ke dalam rumah.
"Selamat pagi pak " sapa pak Topan pada bapak.
"Iya nak" jawab bapak sambil tersenyum.
Kami semua duduk di kursi, dan ibu membuatkan pak Topan minuman.
"Jadi begini pak tujuan saya kesini, saya mau melamar anak bapak Nita" ucap pak Topan langsung to the poin kepada bapak.
'Kenapa terburu buru begini' batinku
"Itu berita bagus nak" ucap bapak
"Jika bapak mengijinkan saya akan menikah dengan Nita minggu depan" ucapnya lagi
Aku yang hanya diam tak bisa berkata apa apa lagi..
Satu minggu pun berlalu terasa cepat waktu berputar, persiapan pun sudah selesai tinggal menunggu calon mempelai lelaki datang.
Aku yang sudah di rias layaknya Ratu sungguhan yang menanti pangerannya dengan menunggang kuda.
Aku melihat wajah ibu dan bapak terlihat begitu bahagia, padahal ini semua hanyalah kontrak.
"Pengantin prianya sudah datang " seru tetangga yang ikut rewang di rumahku.
"Ayo nak " sahut ibu sambil memegang tanganku.
Aku sudah duduk berdampingan dengan pak Topan yang sebentar lagi akan menjadi suami kontrakku.
Di depanku sudah ada pak penghulu yang akan menikahkan kami.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nita oktaviani putri bapak Robi sanjaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pak Topan lantang dan jelas.
"Bagaimana saksi sah" ucap penghulu itu
" saaaahhhhhhhh" ucap semua orang dengan serempak.
Malam pun tiba mataku terasa sangat lelah mungkin karena acara tadi.
Aku tidur sendirian karena dari tadi aku tak melihat pak Topan.
Mungkin karena lelah aku tak menyadari jika pak Topan tidur di sebelahku.
Pagi pun tiba, aku di kejutkan dengan tangan besar yang melingkar di tubuhku, badanku terasa pegal karena harus menopang tangan besar pak Topan.
Aku pun memaksa bangun hingga pak Topan pun melepaskan tangannya.
Aku dengan cepat ke kamar mandi setelah selesai aku akan bantu ibu masak.
"Sudah bangun Nduk" ucap Bapak yang mengagetkanku.
"Iya" jawabku singkat.
Setelah selesai membantu ibu memasak, aku menghidangkan semua makanan di atas karpet lusuh yang selalu menemani kami makan bertahun tahun lalu sampai saat ini.
"Bangunkan suamimu dulu nduk" titah bapak saat aku akan mengambil nasi dari panci.
Tanpa menunggu lagi aku segera bangkit dan langsung ke kamarku untuk membangunkan pak Topan.
"Pak.. Bangun sudah siang" suara ku sedikit pelan,
Ia pun langsung duduk dan menguap berkali kali,
"Nit sekarang kamu tinggal di rumah ibu saya supaya dia ada teman"ucap pak Topan
" tapi pak " keluhku
"Gak boleh membantah oke" ucapnya sambil berdiri dari ranjang " dan mulai sekarang jangan panggil saya pak lagi, panggil saya mas, mas Topan" ucapnya lagi.
"Iya " jawabku malas.
Setelah sarapan selesai, aku langsung mengemasi pakaianku. Aku hanya membawa beberapa lembar baju saja karena memang itu lah yang aku punya.
Aku kembali ke ruang tengah, di sana sudah ada bapak dan ibu juga mas Topan sedang berbincang.
"Oh ya pak, saya minta ijin mau membawa Nita ke rumah ibu saya, biar disana ibu ada temannya" ucap mas Topan santai.
"Kenapa harus minta ijin ke bapa, sekarang kan Nita sudah menjadi tanggung jawabmu" ucap bapak.
Aku sedikit terharu mendengar ucapan bapak, aku harus pergi dari rumah dan meninggalkan keluargaku.
"Saya pamit pulang bu pak" ucap mas Topan sopan.
Aku dan mas Topan menyalami punggung tangan ibu dan bapak.
Kami pun masuk ke dalam mobil, ada rasa sedih jika harus meninggalkan kedua orang tuaku. Tapi mau bagaimana lagi ini sudah menjadi jalan hidupku.
Hening.. Kami tak saling bicara di dalam mobil.
"Nit " tanya mas Topan.
"Iya mas " jawabku singkat.
Hanya itu percakapan kami di mobil.
Mobil pun terparkir di halaman luas dan pagar yang di jaga ketat oleh satpam.
'Oh jadi ini rumah mas Topan' batinku.
Kami turun dari mobil, mas Topan membawa tas Rangselku, aku dan mas Topan melangkah masuk arah pintu.
Saat mas Topan memencet bel pintu besar itu terbuka lebar.
Aku langsung tersenyum saat melihat Ibu mas Topan yang membukakan pintu.
Aku menyalami punggung tangan ibu mertuaku itu.
"Masuk nak " ucap ibu mas Topan ramah.
"Duduk nak kamu pasti capek" titah ibu mas Topan mempersilahkanku duduk di kursi yang empuk.
Aku melihat seluruh rumah mas Topan besar dan mewah.
"Nit mas tinggal ke kamar ya" ucap mas Topan.
"Iya mas" ucapku.
"Nak kamu mau minum apa" ucap mamah mas Topan
"Gak usah mah, gapapa" ucapku.
"Anggap saja rumah kamu sendiri ya, kalau kamu mau apa apa tinggal panggil saja pembantu ya" jelasnya
"Iya mah Terima kasih" ucapku lagi.
Aku menyusul Mas Topan ke kamar ternyata dia sedang menatap layar laptop.
"Mas dimana aku menyimpan pakaianku ini" tanyaku sedikit pelan karena takut.
"Buka saja lemarinya kalau ada yang kosong kamu bisa memakainya" jawabnya sedikit ketus.
Aku keluar dari kamar dan hendak mengambil air minum, bahkan aku gak tau dimana dapur dan di mana kamar mandi.
Aku hanya menebak nebak saja semoga aku segera tau letak dapur, aku berjalan ke arah ruangan yang tak berpintu.
Dan ternyata benar aku ke arah dapur.
Aku melihat mamah sedang memasak dan ada seseorang yang sedang memotong motong sayuran mungkin itu pembantunya.
"Eh nak kamu kesini" tanya mamah mas Topan.
"Iya mah Nita mau ngambil minum" jawabku
Setelah selesai minum aku membantu memotong sayuran.
"Nak makanan kesukaan kamu apa, biar mamah masakin buat kamu" tanya mamah mas Topan.
" gak usah mah" jawabku sedikit malu
Ternyata mamah mas Topan baik juga, bahkan dia tidak melihat keadaanku dan orang tuaku, dia seperti tulus menyayangiku dan menganggapku sebagai anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
ancaaaaaluv
ternyata kedengeran dong weh😳
2022-04-09
1