Semua acara berjalan dengan lancar, aku mengajak Nita makan di meja khusus para atasan.
"Nit kamu mau makan apa" tanyaku
"Terserah mas saja" jawabnya.
"Kalau ayam gimana, atau mau seafood aja" tanyaku sedikit mencairkan suasana.
"Terserah mas aku ikut mas aja" ucapnya sambil tersenyum manis sekali.
"Selamat pak Topan atas kemenangannya" sahut pak Rian dan langsung menjabat tanganku.
"Terima kasih pak " ucapku
"Oh ya pak kenalin Nita istri saya" ucapku lagi sambil melirik Nita.
"Istri bapak cantik juga" ujar pak Rian
"Iya pak terima kasih" ucapku.
Kami pulang malam sekali, aku melihat mata Nita merah sekali mungkin sudah sangat mengantuk.
"Nit kamu ngantuk ya" tanyaku sambil memandang matanya.
"Tidak mas " ucapnya sambil menguap berkali kali.
"Sudahlah Nita kamu jangan bohong itu buktinya kamu nguap berkali kali" ucapku sambil tertawa kecil.
"Ihh mas jangan tertawa aku malu" ucapnya sambil ikut tertawa.
Kami tertawa bersama, jadi beginilah rasanya jatuh cinta indah sekali...
Kenapa aku gak jatuh cinta dari dulu kalau rasanya seindah ini.
Aku melajukan mobilku di tengah kemacetan, dan sekarang Nita sudah tidur bersandar di kursi mobil.
'Maaf Nita karena saya, kamu jadi tidur di mobil' gumamku pelan.
Aku mendekat ke wajah Nita sehingga wajahku dan wajah Nita berjarak 5 centi saja.
Ada rasa dag dig dug di dada, rasanya aku ingin mencium pipi mulus Nita.
Tapi tidak aku menjauh lagi duduk di kursi yang sebelumnya aku duduki, aku tak mau merusaknya lagi sebelum dia sendiri yang menyerahkannya padaku.
Akhirnya aku sampai di rumah, aku melihat arlojiku ternyata sudah pukul 12 malam.
Aku tak tega jika harus membangunkan Nita, kasihan dia sudah terlelap dalam tidurnya. Biar aku mengendongnya ke kamar.
Aku membaringkan Nita dengan hati hati takut dia bangun, aku melepaskan sendal Nita dan menyelimuti tubuh ramping Nita dengan selimut.
Pagi ini aku sengaja tak masuk kerja, ingin rasanya aku menghabiskan waktu dengan Nita,
Aku sudah duduk di meja makan mengambil roti dan selai kacang.
"Dimana menantu pan" tanya mamah yang sedang mencuci tangan di westafle.
"Nita masih tidur mah, kasihan dia semalam pulangnya larut" ucapku sambil menyeruput kopi panas.
"Hoekkkks" suara Nita dari kamar.
Aku langsung berlari ke dalam kamar ternyata Nita sedang mual muntah di kamar mandi.
"Nit kamu gak papa" tanyaku khawatir.
Tapi Nita masih saja mual mual, aku mengambil air putih dan memberikannya kepada Nita.
"Habiskan Nita" ucapku begitu khawatir.
Setelah merasa baikan aku membawa Nita ke meja makan.
"Kenapa nak" tanya mamah tak kalah khawatir.
"Nita mual muntah mah mungkin masuk angin" jawabku.
"Apa mungkin kamu sedang hamil Nak" tanya mamah.
Aku langsung tersenyum semoga saja itu benar.
"Kamu ajak istrimu periksa ke dokter pan" ujar mamah.
"Iya mah nanti siang aku akan mengajak Nita ke dokter" ucapku dengan sumringah.
"Nit makan ya biar mas yang buatkan Roti" ucapku.
Nita hanya mengangguk patuh, aku membuatkan teh hangat untuknya. Entahlah rasanya senang sekali walaupun belum pasti Nita hamil atau Tidak.
Aku bergegas ke kamar mandi dan melakukan ritual mandi dengan sangat gembira.
Aku mengganti pakaianku dan duduk di tepi ranjang menunggu Nita selesai mandi.
"Nit kenapa belum siap" tanyaku kepada Nita karena Nita masih memakai baju yang tadi.
"Mas aku lemes, mau tidur aja" ucapnya terdengar sedikit manja. Aku suka sekali.
"Apa kan kita mau periksa ke dokter Nit" ucapku sedikit memohon.
"Mas beli saja tespeck, aku gak kuat kalau harus berdiri lama lama apa lagi ngantri di rumah sakit" ucapnya.
"Baiklah mas akan beli tespeck kamu mau nitip gak" tanyaku pada Nita.
"Gak mas" ucapnya.
Aku langsung pergi menuju apotik membeli tespeck dan susu untuk ibu hamil.
"Totalnya jadi 55 ribu pak" ucap wanita yang menunggu apotik itu.
Aku langsung menyodorkan uang 100 ribu dan wanita itu memberikan kembaliannya.
Tanpa menunggu lagi aku melajukan mobilku untuk pulang ke Rumah, tak sabar rasanya ingin melihat hasil Tespecknya.
Lama menunggu aku berjalan ke ranjang dan ke pintu kamar mandi.
'Kenapa Nita lama' gumamku.
Sudah hampir dua puluh menit tapi Nita belum keluar juga dari kamar mandi.
Karena terlanjur penasaran aku mengetuk pintu.
"Nit udah" tanyaku setengah teriak,
"Bentar mas" ucap Nita.
Akhirnya Nita keluar juga dari kamar mandi, aku langsung mendekati Nita.
"Gimana hasilnya" tanyaku.
Nita menyodorkan tespeck itu, aku langsung melihat dengan teliti dan ternyata..
"Garis dua" ucapku antusias senang sekali.
Aku langsung memeluk erat tubuh Nita dan mengelus lembut rambutnya.
"Terima kasih Nit" ucapku.
Nita hanya mengangguk, aku melihat matanya berkaca kaca, mungkin karena bahagia akan menjadi seorang ibu.
Aku melihat artikel tentang ibu hamil di google.
"Oh jadi ternyata ibu hamil gak boleh kecapean dan gak boleh mengangkat barang yang berat berat" gumamku.
Aku jadi sedikit mengerti tentang ibu hamil.
"Mas boleh minjem hp gak" tanya Nita.
"Boleh, emang buat apa" tanyaku.
"Mau nelpon ibu sama bapak mas, mau ngabarin kalau aku sedang hamil" jawabnya sambil tersenyum.
"Emang kamu gak punya hp Nit" tanyaku karena aku tak pernah melihat dia memegang hp atau menelpon keluarganya.
"Tidak punya mas, kalau aku punya kenapa harus pinjam yang mas" candanya. Namun aku sedikit tersinggung, karena aku tak pernah membelikan dia handphone atau menanyakan saja aku tak pernah.
'Bodoh sekali, kenapa aku tak pernah berinisiatif untuk membelikannya hp' batinku.
[Hallo pak, gimana kabarnya] ucap Nita.
[Disini semuanya baik nduk, kamu sendiri gimana kabarnya nduk] tanya pak Robi mertuaku.
[Disini baik pak, bapak tau gak sekarang aku sedang mengandung dan sebentar lagi bapak akan jadi kakek] ucap Nita sambil tersenyum bahagia.
Aku yang sedang duduk di kursi kerjaku hanya ikut tersenyum kecil mendengar Nita menelpon bapaknya, terdengar seperti anak kecil yang bahagia karena mendapatkan boneka baru, seperti itulah Nita sekarang.
"Mas bapak mau bicara" ucapnya sambil menyodorkan hp kearahku.
[Hallo pak] ucapku sopan.
[Hallo nak ] ucap pak Robi di sebrang sana.
[Gimana kabar bapak sama ibu sehat] tanyaku.
[Alhamdulilah sehat nak, selamat ya kamu sudah mau menjadi seorang ayah, tolong jaga Nita ya apalagi di kehamilannya yang pertama pasti dia sangat kelelahan] ucap pak Robi.
[Iya pak saya akan jaga Nita sebisa saya] jawabku.
Lalu pak Robi memutuskan panggilannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments