"Mas berkelahi dengan siapa" tanya Nita sambil mengobati luka di pipiku dengan betadin.
"Sudahlah Nit kamu gak perlu tau" jawabku ketus.
"Terserah" ucapnya sambil memalingkan wajahnya.
"Yaudah maaf" ucapku sambil meraih tangannya, namun dengan cepat ia menepis tanganku.
"Tadi mas di pukul oleh preman yang malak di jalan" ucapku berbohong karena aku tak bisa jika harus mengatakan ini semua karena Sarah.
Nita mengobatiku lagi, perih rasanya.
"Aden itu di depan ada polisi yang mencari aden" ucap bi Iyem raut wajahnya sedikit ketakutan.
"Ada apa mas kok ada polisi" tanya Nita sedikit terkejut.
"Mas gak tau Nit " ucapku berbohong.
Jantungku berdenyut begitu kencang,
'Apa laki laki itu mati saat aku bogem dia' batinku.
Dengan berjalan di ikuti Nita aku menemui polisi itu.
"Ada yang bisa saya bantu pak" ucapku sopan pada kedua lelaki berbaju polisi itu.
"Maaf pak ini ada surat perintah penangkapan atas nama Topan Arya Wijaya" ucap salah satu polisi itu.
Tanganku langsung di pasangakan borgol oleh polisi itu.
"Tunggu pak memang suami saya melakukan apa hingga di tangkap begini" Tanya Nita pada Polisi itu.
"Suami ibu mencoba melakukan pelecehan kepada seorang wanita dan memukul lelaki hingga pingsan" jelas polisi itu.
"apa tapi suami saya tidak akan melakukan hal itu pak" bantah Nita lagi.
"Maaf tapi banyak saksi yang melihat kejadiannya, untuk sekarang pak Topan saya bawa ke kantor, dan anda bisa menjelaskannya di kantor.
Aku di seret paksa oleh polisi itu,
" mass tolong jelaskan ini semua kenapa" ucap Nita.
Aku tak bisa menjawab apa apa lagi.
"Mass" teriak Nita.
Aku melihat raut wajah Nita Cemas sekali, Nita mengejarku yang sudah masuk ke dalam mobil polisi itu.
Tapi polisi ini seakan tak punya perasaan dia membiarkan Nita terus mengejar mobil yang sedang melaju.
Aku melihat ke belakang Nita terjatuh dan di bantu oleh bi Iyem.
"Pak tolong ijinkan saya bicara dengan istri saya" ucapku memohon pada polisi itu.
Tapi ucapanku hanya di anggap sebagai angin lalu saja mereka tak memperdulikan aku.
Saat mobil terparkir di kantor polisi, aku di serek keluar dengan paksa.
"Duduk" ucap salah satu polisi itu dengan kasar.
"Coba bapak ceritakan gimana kronologinya" ucap Polisi itu sambil mengutak atik laptopnya.
"Pokoknya saya gak melakukan itu pak" bantahku ada polisi itu.
Aku menyodorkan Nota hasil pembayaran saat di butik tadi.
"Ini bukti saya belanja ke butik itu" ucapku ketus.
"Lantas kenapa anda di tuduh ingin melecehkan wanita" tanya polisi itu.
"Saya juga gak tau pak wanita itu yang masuk ke mobil saya dan merobek bajunya sendiri" ucapku padanya.
"Baik" dia langsung mengutak atik laptopnya lagi.
"Apa bisa saya menelpon" tanyaku pada polisi yang sedang fokus dengan laptopnya.
"Waktu kamu cuman 5 menit" ucapnya.
Aku sedikit menjauh dari meja itu, aku mengutak atik ponselku mencari nomor seseorang.
"Hallo" ucapku padanya, saat panggilan sudah terhubung.
"Ada yang bisa saya bantu pak" tanya lelaki itu padaku.
"Lihat Cctv di butik rose dan minta pihak butik mengirimkannya" perintahku.
Aku langsung mematikan ponselku, menyimpannya di saku celanaku.
Aku kembali ke meja yang di duduki polisi itu.
"Sudah" tanyanya seakan mencurigaiku.
"Maaf pak ada keluarga bapak ini mau ketemu" ucap seorang polisi.
"Bawa dia" ucap polisi yang masih fokus pada layar laptopnya.
Aku berjalan ke ruangan yang biasa para Narapidana bertemu dengan keluarganya.
"Mas" ucap Nita saat aku sudah sampai.
"Kamu kenapa pan kok bisa seperti ini" tanya mamah dengan raut wajah khawatir.
"Ini cuman salah paham saja mah Nit" ucapku meyakinkan kedua wanita yang sangat aku sayangi itu.
Nita menangis melihat kondisiku seperti ini.
"Sudah Nit jangan nangis ya" aku mengusap rambutnya dengan halus.
Mungkin karena khawatir kepadaku Nita sampai lupa memakai jilbabnya, dan rambutnya pun sedikit berantakan.
Tiba tiba seorang lelaki datang dengan seorang pengacara.
"Rio" panggilku, Rio dia lah yang aku suruh mencari cctv di butik itu sebagai bukti, selain jujur Rio juga gesit dan amanah.
"Pak kenalkan ini pak anwar pengacara handal" ucap Rio memperkenalkan pria yang berdiri di sampingnya.
"Saya Topan" ucapku sambil menjabat tangannya.
Kami semua duduk di kursi kayu.
Aku menceritakan awal mula kejadian itu pada semua yang ada di sini.
"Saya akan bantu bapak sebisa saya, jika di lihat dari kasus bapak sebenarnya bapak tak salah" jelas pengacara itu.
"Tolong pak keluarkan suami saya" ucap Nita sambil memohon pada pak Anwar.
"Akan saya usahakan bu" ucap pak Anwar.
Rio dan pak Anwar sudah pamit pergi, dan jam jenguk pun sudah habis, jadi untuk malam ini aku harus bermalam di sel dulu.
" mas besok aku kesini lagi, menemuimu" ucap Nita, matanya merah karena terus terusan menangis.
"Hati hati di jalan mah Nit" ucapku pada mereka.
"Waktu jenguk sudah habis pak" ucap polisi itu.
Aku di seret masuk ke dalam sel, terpaksa untuk malam ini aku harus seperti ini, semoga saja besok bisa bebas dari sini.
Aku memanggil polisi yang menjaga di dekat sel.
"Pak apa saya bisa wudhu, saya mau sholat" tanyaku,
Tanpa menjawab polisi itu membukakan sel dan menuntunku jalan ke kamar mandi.
Aku mandi dan mengambil wudhu, setelah selesai aku sholat di dalam sel karena polisi itu tak mengijinkanku sholat di mushola.
Aku melakukan kewajibanku dengan khusyu, aku berdoa supaya hukuman ini tak terlalu berat dan yang paling penting adalah aku berdoa tentang Nita dan calon anak kami.
Setelah melakukan sholat aku duduk dan bersandar ke dinding putih.
'Kenapa aku menjadi seperti ini aku sudah seperti orang jahat, jika saja orang orang di luaran mendengar kabar aku yang masuk penjara mungkin sudah jadi cibiran orang lain, dan mungkin klienku akan memutuskan hubungan bisnis denganku' batinku.
Aku mengacak rambut frustasi.
Aku tidur hanya beralaskan tikar dan sarung sebagai selimut, hawa dingin merasuk kekulitku, Nyamuk nyamuk sudah bersiap menyerangku kapan saja.
'Jadi begini kehidupan di sel, nelangsa' batinku.
Pagi hari aku bangun dengan badan yang pegal pegal dan kulit yang merah gatal karena gigitan Nyamuk.
"Bangun makan" ucap Polisi itu.
Aku bangun dan keluar hendak makan.
Aku mengambil piring ternyata di penjara ini kalau makan seperti prasmanan, ngambil sendiri dan bebas pilih makanan.
Namun tetap saja aku tak bernafsu untuk makan, rasanya lidahku seperti hambar jika tersentuh makanan.
"Pak Topan anda di panggil untuk klarifikasi" ucap seseorang polisi.
Aku berjalan mengikuti polisi itu.
Saat sampai di sana sudah ada pak Anwar pengacaraku dan satu polisi yang kemarin fokus pada laptop.
Aku duduk bersebelahan dengan pak Anwar.
"Maaf pak saya datang pagi sekali" ucap pak Anwar.
"Iya tidak apa apa" jawabku.
Kami sempat adu mulut dengan polisi itu.
Dan akhirnya hukumanku akan segera masuk sidang dengan bukti rekaman cctv.
"Baik 2 hari lagi akan di lakukan sidang tentang kasus ini" ucap Polisi itu.
"Apa jadi maksud anda, saya harus menginap lagi 2 hari di sel" protesku pada polisi itu.
"Sudah pak kita ikuti saja prosedurnya" ucap pak Anwar menenangkanku.
Saat pak Anwar pamit pulang, aku kembali ke dalam sel.
"Pak apa saya bisa menghubungi karyawan saya" tanyaku ada polisi penjaga.
"Silahkan, waktu anda hanya 5 menit" jawab pak polisi.
Aku menekan nomor Zahra sekertaris sekaligus asistenku.
"Zahra" ucapku saat sambungan telpon sudah terhubung.
"Iya ada apa pak" tanyanya.
"Tolong handle semua pekerjaan saya di kantor, dan beritahu Rudi untuk menemui klien yang dari luar pulau itu, jika tidak ada yang di mengerti tanyakan saja pada Rudi" jelasku panjang lebar.
"Baik pak" ucapnya.
'Semoga saja Zahra dan Rudi bisa menghandle urusan kantor.' batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments