Malam pun tiba tetapi kantukku belum juga datang, aku melihat ke atas langit langit kamar ini rasanya kurang nyaman, mungkin aku sudah terbiasa dengan kamar sempit dan kamar ini begitu luas.
Aku melihat mas Topan masuk ke kamar entah dari mana dia, pokoknya aku gak peduli.
"Belum tidur Nit" tanyanya karena melihatku belum tidur
"Belum mas" jawabku.
Mas Topan melepas sepatunya dan kameja biru tua yang ia kenakan hingga tersisa kaus putih polos.
Aku membalikan badanku dan memunggunginya.
Mas topan naik ke atas kasur menarik selimut sehingga menutupi setengah badanku.
Mas Topan membelai rambutku sontak saja aku kaget dan menoleh ke arahnya.
"Mas mau ngapain" tanyaku kaget dan sedikit takut.
"Mau meminta hak saya" ucapnya sambil tersenyum.
"Tapi aku belum siap mas" ucapku
Tanpa aku sadari mas Topan langsung menindihku dan terjadilah sesuatu yang tak pantas di ceritakan di publik....
Aku terduduk di atas ranjang dan menangis sejadi jadinya.
"Sudahlah Nit jangan nangis" ucap mas Topan.
Aku tak menggubris ucapannya.
Dia mendekat ke arahku memegang tanganku dan menghapus air mata di pipiku.
"Sudah ya" bujuknya agar aku berhenti nangis.
Aku membuang muka dan menepis tangannya.
"Maaf " ucapnya lirih.
Ia langsung memelukku dan mengusap usap rambutku, entahlah aku merasa nyaman berada di pelukan pak Topan.
"Maafkan saya Nit" ucapnya lagi sambil menenangkanku.
Pagi sekali aku sudah di bangunkan dengan suara alarm jam, mungkin mas Topan yang memasangnya.
Aku melihat mas Topan tak ada di sebelahku, kemana dia?
Aku melihat sekeliling ternyata mas Topan sedang melaksanakan sholat.
"Sudah bangun Nit" ucapnya yang mengagetkanku.
"Iya" jawabku singkat.
"Bangun dan bersiaplah, biar saya yang mencuci sprai itu" ucapnya.
Aku melihat ke bawah dan menyibakkan selimut ternyata....
"Darah" ucapku kaget.
"Kamu cepat mandi lihat darahnya ada dicelanamu" ucap mas Topan lagi.
Aku sesegera mungkin turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi untung saja di kamar ini mempunyai kamar mandi di dalam, jika saja kamar mandinya di luar seperti di rumahku mungkin aku sudah malu di ketawain orang rumah.
Aku sudah bersiap dan memakai baju dinasku, ya baju office girl aku melihat pantulanku di cermin
'Malang sekali nasibmu Nita' batinku
"Kamu mau kemana Nit" tanya mas Topan yang sudah berdiri di belakangku.
"Mau kerja mas" jawabku.
"Kenapa kamu harus kerja, kamu itu sekarang istri saya kamu tinggal duduk manis di rumah, biarlah aku yang kerja dan menafkahimu" ucapnya santai.
"Kamu sekarang tanggung jawab saya Nita" ucapnya lagi.
Mas Topan melangkah keluar kamar sambil menenteng tas kantornya.
Aku hanya diam mematung di kamar,
"Nak ayo makan" ucap mamah menggetkanku, untung saja aku sudah mengganti bajuku.
"Iya mah" ucapku
Aku langsung melangkah ke arah dapur dan aku melihat mas Topan sudah selesai makan dan bersiap mau berangkat.
Aku memasang wajah masam
"Mah aku berangkat" ucap mas Topan
"Sarapanmu belum habis pan" sahut mamah.
Mas Topan mencium punggung tangan mamahnya dengan takzim.
"Aku berangkat mah, Nit" ucapnya
"Iya mas" timpalku.
"Pakett" teriak seseorang di luar.
Aku yang sedang duduk di sofa langsung berdiri dan beranjak menemui tukang paket.
"Iya mas ada apa" tanyaku
"Ini mbak ada paket untuk ibu Lynda arya Wijaya" jawab tukang paket
'Ohhh! Jadi nama mamahnya mas Topan itu ibu Lynda toh, kenapa aku baru tau' gumamku.
"Oh terima kasih mas" ucapku pada tukang paket.
Aku mengetuk pintu kamar mamah,
"Mah ini ada paket" ucapku.
Pintu kamar pun terbuka,
"Paket siapa Nit" tanyanya
"Katanya buat mamah" jawabku dan langsung menyerahkan paket itu ke tangan mertuaku itu.
Aku seharian hanya diam di kamar, entahlah rasanya Bosan sekali.
Aku mendengar suara mobil masuk garasi rumah, diam diam aku mengintip di balik gordeng jendela kamar.
'Mas Topan pulang di jam istirahat' batinku.
Aku langsung keluar dari kamar, menemui mas Topan yang sedang duduk di Sofa.
"Mas kenapa" ucapku setengah kaget karena melihat wajah mas Topan pucat dan seperti lemas.
Aku langsung duduk dan menempelkan tanganku di dahi mas Topan.
"Panas" ucapku. "Mas sakit, badan mas panas" ucapku khawatir.
Aku menggandeng mas Topan masuk ke dalam kamar, aku langsung membaringkan tubuh lemas mas Topan di atas kasur.
Dengan sigap aku mengambil kompres dan air minum untuknya.
Aku menempelkan kompresan di dahi mas Topan,
"Mas kenapa bisa begini" tanyaku padanya.
Walau pun aku masih kecewa padanya tapi jika melihat dia sakit begini aku merasa kasihan, begitulah aku tak tega jika melihat orang lain terluka.
"Saya gak papa" ucap mas Topan dingin.
Aku berinisiatif membuatkan mas Topan bubur,
"Lagi apa Nit" tanya mamah mengagetkanku.
"Ehh ini mah mau bikin bubur buat mas Topan" jawabku gelagapan
"Emang Topan sudah pulang " tanyanya lagi
"Sudah mah mas Topan sakit jadi cepet pulang" jawabku.
Mamah langsung berjalan ke arah kamar mas Topan mungkin sebagai seorang ibu dia khawatir kepada anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments