Kau Aku Dia
"Oh ya Mas, kenalkan ini tunangan saya," Ucap Queen kepada Banyu, lelaki berusia 37 tahun. Dengan postur tubuh yang tinggi dan atletis. Pembawaan nya sangat tenang dan tidak banyak bicara sejak kepergian Tika. Kepergian orang yang sangat ia cintai merubah segalanya. Hatinya beku dan hidupnya terasa akan berakhir. Terlebih saat ia tahu, Tika meninggalkan dunia ini dengan membawa calon buah hati mereka, yang ia sebut dengan nama "Lil Angel".
"Halo,"
"Halo," Ucap Raka, tunangan Queen.
"Dan ini Tasya," Queen meraih tangan Tasya yang berdiri dibelakang nya untuk mendekat kepadanya dan berkenalan dengan Banyu.
"Hai, saya Banyu," Ucap Banyu, dengan ekspresi wajah yang datar.
"Tasya," Tasya tersenyum ramah dan mengulurkan tangan nya kepada Banyu. Dengan ragu, Banyu menyambut tangan Tasya dan menatap wanita cantik itu beberapa detik.
"Saya Putra," Sela Putra, yang merupakan adik kandung dari Banyu. Putra sempat memiliki hati kepada Queen. Namun, Queen lebih memilih Raka untuk menjadi pendamping hidupnya.
"Tasya," Sahut Tasya, seraya melepaskan tangan nya dari Banyu dan menyambut uluran tangan Putra.
Queen memutar bola matanya, saat Putra memperkenalkan dirinya kepada Tasya.
"Tidak menyangka kita bertemu disini ya Mas," Ucap Queen berbasa basi.
"Hehehe, iya. Alhamdulillah bertemu." Sahut Banyu.
"Mas, aku kesini dalam rangka, ingin memberitahukan bila aku akan menikah dua bulan lagi kepada Tika. Kebetulan, kita bertemu disini. Aku mau mengundang Mas ke acara pernikahan aku dan Raka, calon suamiku. Untuk undangan fisik nya, aku boleh minta nomor telepon Mas? Soalnya, aku tidak tahu alamat Mas yang sekarang. Jadi, mana tahu saat menyebar undangan, aku bisa menghubungi Mas untuk bertanya alamatnya Mas Banyu." Terang Queen kepada Banyu.
"Ah, boleh-boleh. Catat ya.." Ucap Banyu, seraya menyebutkan nomor ponsel nya.
Queen pun bergegas meraih ponselnya dari dalam tas dan langsung mencatat nomor telepon Banyu.
"Terima kasih Mas," Ucap Queen setelah mendapatkan nomor ponsel Banyu.
"Sama-sama," Ucap Banyu, seraya tersenyum manis kepada Queen.
"Ah, silahkan. Saking asik berbicara, jadi aku lupa maksud kedatangan kalian. Maaf ya, " Ucap Banyu saat menyadari maksud kedatangan Queen ke makam tersebut. Lalu, ia beranjak ke pinggir, agar Queen, Tasya dan Raka dapat mendekati makam Tika.
"Terima kasih Mas," Ucap Queen. Lalu Queen beranjak ke makam sahabat nya itu.
"Tik, maaf ya, gue jarang melihat makam elu. Akhir-akhir ini, gue cukup stress dengan pekerjaan dan juga persiapan pernikahan gue yang tinggal dua bulan lagi." Queen mengusap lembut nisan itu.
"Tik, gue mau menikah dengan Raka. Kalau bukan karena elu, mungkin gue tidak akan bisa sebahagia ini dengan Raka saat ini. Terima kasih ya Tik." Mata Queen memerah, lalu ia memeluk nisan Tika.
"Tau gak sih lu.... gue rindu banget sama elu Tikaaaaa..." Sambung Queen lagi, air mata nya pun terjatuh tanpa mampu ia tahan lagi.
Terlihat Raka mengusap punggung Queen untuk menabahkan hati tunangan nya itu.
"Tik, ini Tasya. Dia sangat ingin kenal sama elu. Gue yakin, saat ini elu melihat Tasya kan? Dan gue yakin, hadirnya Tasya, karena permohonan elu sama Allah, untuk menghadirkan seorang sahabat lagi untuk menemani rasa sepi gue. Makasih ya Tik..."
Tasya tersenyum dan turut mengusap nisan Tika.
"Hai, Tik, aku Tasya. Semoga kamu tenang disisi Allah ya Tik. Walaupun kita tidak pernah bertemu, Aku tahu, kamu adalah orang yang baik hati. Itu semua terlihat dari betapa banyak orang-orang yang mencintai kamu Tik," Ucap Tasya.
"Aamiin," Sahut Raka, Queen, Bantu dan Putra.
Mereka semua pun berdoa di malam itu untuk Tika yang sudah mendahului mereka semua.
.
Setelah berdoa, Queen, Raka dan Tasya beranjak berdiri dan menatap Banyu dan Putra. Terlihat sorot mata yang canggung dari Putra saat bertatapan dengan Queen. Memang, saat ini ia masih menyukai Queen. Tetapi, saat tadi ia mendengar bila Queen sudah memutuskan akan menikahi Raka. Maka, ia pun berusaha untuk tidak lagi mengejar Queen. Sejak awal pun, Putra sudah kalah berkompetisi dengan Raka. Karena Queen tidak sama sekali menanggapi Putra yang tergila-gila kepadanya.
Tetapi, sorot mata Putra berkali-kali jatuh kepada Tasya. Wanita cantik dengan kulit yang eksotis, memiliki tinggi 163 sentimeter. Rambut panjang hitam yang tergerai serta senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya.
"Cantik banget.." Gumam Putra.
"Mas, kami pamit dulu ya.. nanti aku kabarin masalah undangan nya ya Mas," Ucap Queen.
Banyu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Ayo Mas Banyu, Putra..." Ucap Queen lagi sambil menyalami mereka satu persatu.
"Iya Queen, hati-hati dijalan," Ucap Banyu, saat melepas Queen, Raka dan Tasya yang hendak meninggalkan komplek pemakaman itu.
Setelah Queen, Raka dan Tasya sudah beranjak menjauh, Banyu kembali berjongkok di samping nisan Tika. Matanya terus tertuju ke tulisan yang berada di nisan tersebut.
Tika Maharani binti Sutrisna
Nama dari pemilik nisan itu. Wanita yang baru saja beberapa bulan dinikahi oleh Banyu. Wanita yang telah mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan, canda dan tawa. Kini sudah pergi mendahului dirinya. Kematian Tika bukan karena sakit, melainkan Tika kecelakaan saat mengendarai mobil yang ia pinjam dari Queen. Kecelakaan itu pun bukan karena keteledoran dari Tika sendiri. Ada seseorang yang dengan sengaja membuyarkan konsentrasi Tika dalam berkendara. Yaitu orang suruhan Lala, wanita yang memiliki dendam kepada Queen yang telah berhasil menyita perhatian dan perasaan Raka dari dirinya.
Kasus kecelakaan yang disengaja dan salah sasaran ini, sudah di tangani oleh kepolisian. Tersangka, atau otak dari kecelakaan itu, yaitu Lala, sudah di tangkap juga oleh pihak yang berwajib. Kini, Lala sudah mendekam di dalam dingin nya hotel prodeo.
Meskipun begitu, Banyu tidak sekalipun menyalahkan siapa-siapa. Termasuk Raka dan Queen yang merupakan inti dari permasalahan yang membuat istrinya harus kehilangan nyawa. Dan yang lebih pahit lagi, Banyu baru tahu setelah kepergian Tika, bila Tika sedang mengandung buah hati mereka berdua. Banyu berusaha ikhlas, walaupun hatinya sangat hancur berkeping-keping. Dunia nya pun mendadak suram, wajah nya muram dan hidupnya kini terasa kosong.
"Sayang... sedang apa kamu di surga? Hidup ku kacau balau tidak ada kamu. Bangun tidur aku tidak bersemangat, karena tidak lagi melihat senyuman manis mu. Aku tidak selera makan, karena aku merindukan masakan mu."
"Sayang, maafkan aku.. Harusnya saat itu aku tidak keluar Kota. Harusnya aku yang membawamu ke Bandung. Andaikan kecelakaan terjadi pun, aku ingin mati bersama kamu. Maafkan aku sayang.. maafkan aku.." Banyu menangis, hingga barunya terguncang hebat. Putra berusaha menenangkan kakak kandung nya itu. Ia berusaha memberikan empatinya dengan mengusap punggung Banyu dengan lembut.
"Aa, kita pulang yuk... Kapan-kapan kita kesini lagi. Aa, jangan sedih terus. Kasihan juga Teh Tika di sana kalau melihat Aa terus-terusan bersedih."
Banyu mengusap air matanya saat mendengar ucapan dari Putra. Lalu, ia menoleh dan menatap Putra dengan seksama.
"Iya, ayo kita pulang," Ucap Banyu.
Putra tersenyum dan berusaha membantu Banyu untuk berdiri.
"Sebentar," Banyu menahan tangan Putra yang sedang berusaha membantu dirinya.
Putra menghentikan aksinya dan menatap Banyu sekali lagi.
"Sayang, aku pulang dulu. Aku janji akan rajin-rajin mengunjungi kamu kesini," Ucap Banyu, seraya mengecup batu nisan Tika. Lalu ia kembali beranjak dan bergegas meninggalkan komplek pemakaman itu bersama dengan Putra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Anik
diawal cerita aja ush sedih 😥😥😥
2022-11-04
2
Sugiyanto Samsung
nyimak
2022-10-15
2
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
semoga putra bisa move on
2022-08-02
2