10. Cepatlah menikah

"Juara satu adalahhhhh.... Rafissssssss...!" Seru pemandu acara di dalam perlombaan mewarnai di restoran cepat saji itu.

"Wuhuuuuu! Apa ku bilang! Rafia menang!" Putra beranjak dari duduk nya dan mengepalkan kedua tangan nya dengan ekspresi wajah yang begitu penuh kemenangan.

"Ayo papa antar kan ke panggung!" Putra menggandeng tangan Rafis dengan begitu bersemangat. Sedangkan Tasya hanya terperangah melihat reaksi Putra yang menurut nya begitu berlebihan.

"Ayo pa!" Rafis pun berjalan ke arah panggung berdua dengan Putra.

"Wah Rafis di antar papa nya. Papa nya Rafis ganteng ya ibu-ibu..." Goda sang pembawa acara.

Terlihat senyum bangga mengembang di wajah Putra dan Rafis.

"Papa nya ganteng, anak nya ganteng banget. Pasti mama nya cantik nih. Mana mama nya? bisa ikut ke panggung?" Panggil sang pembawa acara.

"Mama!" Panggil Rafis.

Tasya terlihat begitu canggung, kala semua mata memandang dirinya.

"Ayo mama, bergabung dengan suami dan putra tercintanya, untuk menerima piala."

Tasya merinding mendengar ucapan sang pembawa acara, hingga lututnya terasa lemas.

"Ayo mama.." Panggil pembawa acara itu lagi.

"Ah.. iya." Tasya beranjak dari duduk nya dan berjalan ke arah panggung.

"Mana tepuk tangan nya..?" Tanya pembawa acara, di sambut dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin.

"Waduh... benar-benar keluarga yang perfect ya. Mama nya cantik, papa nya ganteng, anak nya jelas lebih ganteng lagi ya bu ibu..."

.

"Mama.."

Suara Rafis yang memanggil dirinya, membuat lamunan Tasya tentang kejadian tadi siang, buyar begitu saja. Matanya menatap Rafis yang sedang terbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

"Ya sayang? Kok bangun?" Tanya Tasya yang memang sedang berada di kamar Rafis. Tadi saat Rafis tertidur, Tasya terus memikirkan tentang kebahagiaan Rafis kala anak semata wayangnya itu sedang bersama dengan Putra. Maka ia pun memutuskan untuk mampir ke kamar Rafis dan menatap putranya yang sedang tertidur dengan senyuman yang mengembang di wajah polosnya. Tak disangka, Rafis terbangun saat Tasya sedang melamun dan mengingat kejadian tadi siang.

"Mama kok disini? Mama kok belum tidur?"

Tasya menatap Rafis, kemudian tersenyum dan membenahi letak selimut di tubuh Rafis.

"Tidak apa-apa. Mama hanya ingin melihat, apakah ada nyamuk yang berani menggigit anak ganteng mama. Eh, ternyata tidak ada," Tasya mencoba berbohong kepada putranya tersebut.

"Oh.. Terima kasih mama."

"Sama-sama sayang, sekarang kamu tidur lagi ya.." Tasya mengecup kening Rafis dan mulai beranjak dari kamar Rafis.

"Ma.." Panggil Rafis.

"Ya?" Langkah Tasya tertahan, lalu ia menoleh dan menatap Rafis yang sedang menatap dirinya dengan penuh arti.

"Ada apa sayang?" Tasya kembali menghampiri Rafis dan duduk di tepi ranjang mungil tersebut.

"Mama, Rafis mau papa."

"Papa?" Tasya mengerutkan keningnya.

Rafis mengangguk dengan cepat.

"Hmmmm, sayang.. papa Antoni masih sakit..."

"Bukan papa Antoni."

Tasya terdiam mendengar ucapan Rafis.

"Maksudnya?" Tanya Tasya dengan nafas yang terasa sesak di dadanya.

"Rafis mau papa Putra."

Deg!

Tasya terpaku mendengar ucapan Rafis.

"Mama, apakah papa putra nanti akan tinggal dengan kita?"

Brakkkkk! Hati Tasya seakan di hantam oleh bongkahan batu yang begitu besar.

"Mama kok diam saja?" Tanya Rafis, setelah beberapa menit bocah laki-laki itu menunggu jawaban yang tak kunjung terjawab dari bibir Tasya.

"Ng... hmmm.. Rafis... mama.." Kata Tasya terhenti begitu saja.

"Kenapa ma?"

"Ah.. tidak apa-apa sayang. Sekarang kamu tidur ya.." Tasya kembali beranjak dari tepi ranjang mungil itu.

"Ma.." Rafis menahan tangan Tasya dengan kedua tangan mungilnya.

Tasya menatap Rafis dengan seksama. Lalu ia kembali duduk di tepi ranjang itu.

"Ada apa?"

"Kenapa gak di jawab ma? Rafis mau papa ma.."

Hati Tasya menangis pilu, namun ia sekuat tenaga mencoba untuk menyembunyikan kesedihan itu dari Rafis.

"Sayang, sekarang tidur ya. Kita bicara besok. Besok kan hari minggu.....

"Oh iya, papa berjanji akan datang." Sergah Rafis.

"Hah?"

"Iya.. papa bilang, dia mau datang membawa peralatan mewarnai untuk Rafis. Katanya, biar Rafis semakin semangat belajar mewarnai." Terang Rafis.

Tasya menelan Saliva nya, lalu menghela nafas dengan berat.

"Oh begitu."

"Iya ma.."

"Ya sudah, sekarang tidur. Biar besok tidak kesiangan."

"Iya ma.."

"Good night sayang.." Tasya kembali mengecup kening Rafis dan beranjak meninggalkan kamar anak semata wayangnya itu.

.

Terima kasih untuk hari ini Mas, maaf bila Rafis sudah merepotkan dirimu.

Putra tersenyum lebar saat ia baru saja mendapatkan pesan dari Tasya. Ada kebanggaan tersendiri bagi Putra bila Tasya menghubungi dirinya terlebih dahulu. Walaupun itu hanya mengucapkan Terima kasih kepada dirinya.

Anytime, saya senang menemani kamu dan Rafis. Balas Putra.

Kata Rafis, mas mau datang ke rumah besok siang.. Apakah benar? Maaf mas, jujur aku merasa tidak enak bila Rafis sudah merepotkan. Tetapi, aku rasa besok mas tidak perlu datang. Soalnya aku akan pergi bersama dengan Rafis keacara keluarga.

Putra yang begitu bersemangat menerima pesan dari Tasya, perlahan memasang wajah kecewa saat membaca pesan dari Tasya.

"Mengapa kesan nya dia menolak kehadiran ku ya?" Batin Putra.

Pulang jam berapa? Aku akan menunggu. Balas Putra dengan wajah yang tampak serius.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," Sahut Putra seraya melirik Banyu yang baru saja pulang.

Banyu mengendurkan dasinya dan beranjak duduk di samping Putra yang terlihat begitu serius membaca pesan yang baru saja ia terima.

Mungkin kami akan pulang malam. Tidak usah di tunggu mas. Aku mohon maaf sebelumnya.

Putra menghela nafas panjang dan lalu mengigit sudut bibirnya.

"Kenapa gelisah sekali?" Tanya Banyu, seraya melepaskan sepatunya.

"Tidak ada apa-apa A'," Sahut Putra.

"Seumur hidup, baru dua kali aku melihat kamu risau begini. Pertama saat mencoba menarik perhatian Queen dan sekarang ini."

"Apaan sih A'," Putra tersipu malu seraya menatap Banyu yang tersenyum geli.

"Siapa? Tasya?" Tanya Banyu.

"Iya A'," Sahut Putra.

"Jadi, kamu bersedia menerima masa lalu dia?"

"Masih pendekatan A', tadi siang juga aku habis jalan dengan dia dan putranya."

Banyu terperangah dan menatap Putra dengan tatapan tak percaya.

"Serius? Lalu?"

"Serius A', dia punya anak yang begitu menyenangkan. Entah mengapa, aku mulai memikirkan bocah itu. Terutama aku merasa bangga saat dia menjadi pemenang di sebuah lomba mewarnai."

Banyu mengerutkan keningnya saat mendengar curahan hati Putra.

"Kamu serius?"

"Iya A', anak nya menggemaskan, apa lagi ibu nya. Eh...." Putra tertawa geli.

Banyu menggelengkan kepalanya dan beranjak dari duduknya untuk menaruh sepatunya ke lemari sepatu yang terdapat di bawah tangga, tak jauh dari ruang keluarga tersebut.

"Aa' dari mana? Kan kantor libur." Putra yang baru menyadari bila Banyu terlihat begitu rapi pun menatap Banyu dengan seksama.

"Ada lah.."

"Cewek baru?"

"Sembarangan.." Sahut Banyu yang kini beranjak ke arah dapur untuk membuat segelas kopi.

"Terus?"

"Apa?" Sahut Banyu dengan ekspresi wajah yang datar.

"Aa' dari mana?" Desak Putra.

"Kamu istriku?"

Putra tertawa mendengar pertanyaan Banyu.

"Aku adik mu A'.. ngawur saja!"

"Bawel mu seperti seorang istri." Ucap Banyu seraya mengaduk kopi yang baru saja ia buat.

"Aku penasaran saja. Bila memang Aa' sudah dekat dengan seorang wanita, aku akan sangat senang sekali. Berarti Aa' tidak akan bersedih lagi."

Banyu tertegun saat mendengar ucapan Putra. Lalu ia menatap Putra dengan seksama.

"Tidak ada yang dapat menggantikan Tika." Tegas Banyu.

Putra menghela nafas panjang dan menundukkan pandangan nya.

"A', tidak akan ada orang yang sama di dunia ini. Jelas Teh Tika tidak akan pernah tergantikan. Tetapi, aku hanta ingin bertanaya. Bila suatu saat ada wanita yang mampu membuat Aa' jatuh cinta, apakah Aa' akan menikah kembali?"

Banyu membalas tatapan Putra dan terlihat berpikir dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Putra.

"Aku juga ingin lihat Aa' bahagia." Sambung Putra lagi.

Kali ini Banyu mengusap dagunya dan menghela nafas panjang.

"Cepatlah menikah adik ku. Biar kamu tidak lagi mengurusi aku." Ucap Banyu seraya beranjak ke beranda rumah nya. Dimana dirinya selalu menghabiskan waktu disana, memandangi Anggrek-anggerek yang selalu mengingatkan dirinya kepada bidadari yang pernah singgah di dalam hidupnya, yaitu Tika.

Putra terdiam, ia terus menatap punggung Banyu hingga sosok itu menghilang di balik pintu rumah tersebut.

Terpopuler

Comments

Muh. Yahya Adiputra

Muh. Yahya Adiputra

entah akan seperti apa kisah mereka kedepannya..
hhuuffy.. semoga saja tdk ada perpecahan karena adanya cinta segitiga 🤣🤣🤣

2022-04-13

3

EsterEka.

EsterEka.

rafis merasa nyaman dekat dgn putra, pdkt yg jitu dekati anak nya dulu br mama nya

2022-04-12

2

💗 ChaNaZi💗

💗 ChaNaZi💗

Duh...sabar banget ya Mas Banyu ini...

2022-04-11

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 01. Kisah
3 02. Pertemuan
4 03. Nasihat untuk Putra
5 04. Pertemuan kembali
6 05. Sang pemilik senyuman manis
7 06. Ingin tahu
8 07. Aku akan menunggu
9 08. Perkenalan
10 09. Indah, namun pilu
11 10. Cepatlah menikah
12 11. Sangat berbeda
13 12. Suami istri?
14 13. Ancaman
15 14. Perasaan apa ini?
16 15. Bayang-bayang ilusi
17 16. Ini hari pertama ku
18 17. Canggung
19 18. Mau kemana kita?
20 19. Tahu Gimbal
21 20. Rasa yang aneh
22 21. Ancaman mengintai
23 22. POV Alia
24 23. Debaran yang sama
25 24. Undangan
26 25. Lantas?
27 26. Apakah mungkin?
28 27. Memenuhi undangan
29 28. Kabar buruk
30 29. Kamu kenapa?
31 30. Pesan Banyu
32 31. Rasa iri
33 32. Pengakuan Anton
34 33. Pilih yang mana?
35 34. Untuk sementara
36 35. Apa yang aku lakukan?
37 36. Risau
38 37. Panggilan dari Solo
39 38. Permintaan Rafis
40 39. Apakah ini pertanda?
41 40. Calon istri
42 41. Jadi?
43 42. Berita baik
44 43. Jati diri Banyu
45 44. Andaikan..
46 45. Mencari Tahu
47 46. Come to mama
48 47. Terpesona
49 48. Kembali Risau
50 49. Ini Gawattt..!
51 50. Mengapa?
52 51. Pupus
53 52. Bunga-bunga yang membuat berbunga-bunga
54 53. Dilema
55 54. Video
56 55. Ekspektasi
57 56. Undangan keruangan meeting
58 57. Teror mental
59 58. Ultimatum dari Putra
60 59. Menyewa mata-mata
61 60. Pengakuan Bohong
62 61. Malam ini
63 62. Curhat Anton
64 63. Malam tersakit
65 64. Buah pikir dari banyak hati
66 65. Meninggalkan rumah Alia
67 66. Keraguan yang mulai muncul
68 67. Salah paham
69 68. Daun?
70 69. Angan-angan atau Takdir?
71 70. POV keluarga Banyu
72 71. Hentikan!
73 72. Kehadiran Banyu
74 73. Sidang Keluarga
75 74. Penyesalan
76 75. Saya Bersedia
77 76. Harapan yang pupus
78 77. Sah!
79 78. Bodohnya aku!
80 79. Roller coaster
81 80. Kebahagiaan
82 81. Kekecewaan Ambu
83 82. Lembaran baru
84 83. Selamat tinggal masa lalu
85 84. Maafkan ibu
86 85. Memaafkan masa lalu
87 86. Berakhirnya persahabatan
88 87. Kami sudah menikah..
89 88. Tasya!
90 89. Restu
91 90. Buah dari kesabaran
92 91. Malam yang indah
93 92. Sampai berjumpa lagi
94 93. Doa yang terkabul
95 94. Dua opsi
96 95. Wanita adalah Ratu
97 96. Aroma kebebasan
98 97. Nadira Samudera Banyu Biru
99 98. Rasa Syukur
100 99. Eijaz anakku
101 100. Dimana kamu sekarang?
102 101. Dua puluh sembilan Jam perjalanan
103 102. Apakah anda ayah dari Eijaz?
104 103. Saatnya meratukan istriku!
105 104. Aku berjanji..
106 105. Pertemuan
107 106. Bencilah aku, sampai rasa benci itu hilang
108 107. Kita adalah seorang ibu
109 108. Undangan makan malam
110 109. Saling memaafkan
111 111. Ungkapan Hati
112 113. Pamit
113 112. Berita buruk
114 113. Ruang operasi
115 114. Dia adalah bapak dari anakku!
116 115. Kedatangan Banyu
117 116. Kesepakatan dan perdamaian
118 117. Doa Eijaz
119 118. Keluhan Banyu
120 119. Haru membiru
121 120.Pertemuan keluarga
122 121. Pernikahan (End)
123 Epilog
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Prolog
2
01. Kisah
3
02. Pertemuan
4
03. Nasihat untuk Putra
5
04. Pertemuan kembali
6
05. Sang pemilik senyuman manis
7
06. Ingin tahu
8
07. Aku akan menunggu
9
08. Perkenalan
10
09. Indah, namun pilu
11
10. Cepatlah menikah
12
11. Sangat berbeda
13
12. Suami istri?
14
13. Ancaman
15
14. Perasaan apa ini?
16
15. Bayang-bayang ilusi
17
16. Ini hari pertama ku
18
17. Canggung
19
18. Mau kemana kita?
20
19. Tahu Gimbal
21
20. Rasa yang aneh
22
21. Ancaman mengintai
23
22. POV Alia
24
23. Debaran yang sama
25
24. Undangan
26
25. Lantas?
27
26. Apakah mungkin?
28
27. Memenuhi undangan
29
28. Kabar buruk
30
29. Kamu kenapa?
31
30. Pesan Banyu
32
31. Rasa iri
33
32. Pengakuan Anton
34
33. Pilih yang mana?
35
34. Untuk sementara
36
35. Apa yang aku lakukan?
37
36. Risau
38
37. Panggilan dari Solo
39
38. Permintaan Rafis
40
39. Apakah ini pertanda?
41
40. Calon istri
42
41. Jadi?
43
42. Berita baik
44
43. Jati diri Banyu
45
44. Andaikan..
46
45. Mencari Tahu
47
46. Come to mama
48
47. Terpesona
49
48. Kembali Risau
50
49. Ini Gawattt..!
51
50. Mengapa?
52
51. Pupus
53
52. Bunga-bunga yang membuat berbunga-bunga
54
53. Dilema
55
54. Video
56
55. Ekspektasi
57
56. Undangan keruangan meeting
58
57. Teror mental
59
58. Ultimatum dari Putra
60
59. Menyewa mata-mata
61
60. Pengakuan Bohong
62
61. Malam ini
63
62. Curhat Anton
64
63. Malam tersakit
65
64. Buah pikir dari banyak hati
66
65. Meninggalkan rumah Alia
67
66. Keraguan yang mulai muncul
68
67. Salah paham
69
68. Daun?
70
69. Angan-angan atau Takdir?
71
70. POV keluarga Banyu
72
71. Hentikan!
73
72. Kehadiran Banyu
74
73. Sidang Keluarga
75
74. Penyesalan
76
75. Saya Bersedia
77
76. Harapan yang pupus
78
77. Sah!
79
78. Bodohnya aku!
80
79. Roller coaster
81
80. Kebahagiaan
82
81. Kekecewaan Ambu
83
82. Lembaran baru
84
83. Selamat tinggal masa lalu
85
84. Maafkan ibu
86
85. Memaafkan masa lalu
87
86. Berakhirnya persahabatan
88
87. Kami sudah menikah..
89
88. Tasya!
90
89. Restu
91
90. Buah dari kesabaran
92
91. Malam yang indah
93
92. Sampai berjumpa lagi
94
93. Doa yang terkabul
95
94. Dua opsi
96
95. Wanita adalah Ratu
97
96. Aroma kebebasan
98
97. Nadira Samudera Banyu Biru
99
98. Rasa Syukur
100
99. Eijaz anakku
101
100. Dimana kamu sekarang?
102
101. Dua puluh sembilan Jam perjalanan
103
102. Apakah anda ayah dari Eijaz?
104
103. Saatnya meratukan istriku!
105
104. Aku berjanji..
106
105. Pertemuan
107
106. Bencilah aku, sampai rasa benci itu hilang
108
107. Kita adalah seorang ibu
109
108. Undangan makan malam
110
109. Saling memaafkan
111
111. Ungkapan Hati
112
113. Pamit
113
112. Berita buruk
114
113. Ruang operasi
115
114. Dia adalah bapak dari anakku!
116
115. Kedatangan Banyu
117
116. Kesepakatan dan perdamaian
118
117. Doa Eijaz
119
118. Keluhan Banyu
120
119. Haru membiru
121
120.Pertemuan keluarga
122
121. Pernikahan (End)
123
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!