16. Ini hari pertama ku

Berjalan beriringan di bawah sinar rembulan, mungkin akan terasa romantis bagi dua insan yang sedang jatuh cinta. Namun tidak dengan Tasya dan Banyu. Tasya tampak menjaga jarak dari Banyu, karena ia memergoki Banyu menatap tubuh nya dengan tatapan yang sangat sulit ia jabarkan. Tasya lebih memilih memperlambat langkah kakinya, agar ia berada di belakang Banyu yang sedang mencoba mencari warung makan untuk mereka berdua.

"Ini ada yang buka. Kamu mau?" Tiba-tiba saja Banyu menghentikan langkah nya. Tasya yang sedang termenung di belakang Banyu, nyaris saja menabrak tubuh lelaki tampan itu.

"Eh.. maaf!" Tasya mencoba menghentikan langkahnya dan menatap kedua mata Banyu dengan canggung. Jarak mereka begitu dekat, hingga Tasya dapat mencium aroma parfum Banyu yang begitu menggoda.

"Ah, tidak apa. Kenapa bengong?" Tanya Banyu seraya mencoba menjaga jarak dari Tasya. Melihat gestur Banyu yang mencoba menjaga jarak darinya, Tasya mulai mengerutkan kening.

"Apakah aku salah menilai lelaki ini?" Batin Tasya.

"Tasya, mau makan di sini?" Tanya Banyu dengan nada suara yang sangat lembut.

"Ah.. anu.. iya.. gak apa." Tasya semakin grogi saat ia melihat sisi lain dari Banyu. Ternyata lelaki itu sangat lembut saat berbicara dengan wanita.

"Ya sudah, ayo." Banyu mempersilahkan Tasya terlebih dahulu berjalan masuk kedalam kedai nasi 24 jam yang berada di sekitar hotel tempat mereka menginap.

"Makan disini atau di bawa ke hotel saja?" Tanya Banyu lagi.

Entah mengapa, Tasya mulai merasa heran. Baru kali ini Banyu terlihat lebih banyak berinisiatif untuk berbicara kepada dirinya. Padahal, awalnya Banyu begitu dingin dan tidak akan berbicara bila di tidak di tanya terlebih dahulu.

"Terserah," Sahut Tasya.

Banyu tertawa kecil dan menatap Tasya sekilas, lalu dia mulai berbicara kepada pedagang nasi tersebut.

"Makan disini saja pak,"

Pedagang itu mengangguk dan mulai meraih piring untuk mengambil pesanan Banyu.

"Kamu mau apa. Sini di lihat, jangan jauh-jauh. Memangnya kelihatan?" Banyu memberikan kode untuk Tasya mendekat. Dengan canggung, Tasya mendekat dan melihat menu apa saja yang berada di etalase rumah makan tersebut.

"Hmmm, aku mau ayam pop, sama kuah rendang dan sambal hijau."

"Hanya itu?" Tanya Banyu. Tasya hanya mengangguk menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Minum nya?"

"Teh hangat saja."

Banyu terdiam beberapa saat. Angan nya kembali ke belasan tahun yang lalu, saat ia pertama kali berkencan dengan Tika.

"Aku mau teh hangat saja." Ucap Tika kala itu.

Air mata menggenang di pelupuk mata Banyu, sambil ia terus terpana menatap Tasya yang tampak bingung dengan Banyu yang sedang menatap dirinya.

"Mas? Mas nya mau apa?" Tasya mengibaskan tangan nya di depan wajah Banyu.

"Ah..." Banyu pun tersadar dan memijat pelipisnya.

"Samakan saja pak." Ucap Banyu, seraya beranjak duduk di meja kosong yang berada di warung makan itu.

Tasya mengerutkan keningnya dan berjalan menghampiri Banyu. Lalu ia duduk di hadapan Banyu seraya terus menatap lelaki itu dengan tatapan yang bingung.

"Mas pusing?" Tanya Tasya.

Banyu mengangkat wajahnya dan menatap Tasya dengan seksama.

"Tidak," Sahutnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Lalu?"

"Tidak apa-apa."

Tasya berhenti bertanya. Ia hanya diam seraya membuang tatapan nya ke sudut warung makan itu.

Dan hening, hingga mereka sama-sama menghabiskan makanan yang di sajikan oleh pemilik warung makan itu.

"Sebentar ya. Aku mau merokok," Ucap Banyu, seraya beranjak dari duduknya. Itulah bahasa pertama yang Banyu keluarkan setelah mereka saling diam sebelumnya.

Tasya hanya mengangguk dan memperhatikan Banyu yang berjalan keluar dari warung tersebut. Banyu berdiri di depan warung seraya menikmati setiap hembusan rokok yang baru saja ia isap. Matanya terus menatap lalu lalang kendaraan yang melintas di depan warung tersebut. Sedangkan Tasya tampak enggan menatap ke lain arah. Ia terus menatap Banyu yang tampak sangat aneh di mata nya. Bagi Tasya, Banyu sangat berbeda dengan Putra. Walaupun mereka adik dan kakak kandung. Hanya saja, Tasya mulai mengingat ucapan Queen yang mengatakan bila Banyu berubah sejak lelaki itu kehilangan Tika, istrinya.

"Apa iya dia menjadi aneh seperti ini, sejak kehilangan Tika? Begitu besarnya kah cintanya dengan Tika?" Gumam Tasya yang terus menatap punggung Banyu.

"Hmmm.. kalau aku dengan Putra jadi, berarti dia.. jadi kakak ipar ku?" Gumam Tasya lagi, seketika ia tersenyum sendiri. Mengingat betapa manisnya perlakuan Putra kepada Rafis, anak nya. Entah mengapa, sikap Rafis kepada Putra juga yang membuat Tasya mulai luluh dan mau menerima Putra dekat dengan dirinya dan Rafis.

"Ah.. tapi apa iya, Putra suka dengan ku? Aku tidak boleh geer dulu." Batin nya mencoba membantah bila kedekatan Putra, memiliki maksud untuk serius dengan dirinya.

Terlihat Banyu kembali memasuki warung makan itu dan menghampiri pemilik warung tersebut.

"Berapa semuanya pak?" Tanya Banyu seraya mengeluarkan dompetnya dari saku celananya.

"Mas, aku bayar sendiri!" Tasya beranjak dari duduknya dan mencegah Banyu untuk membayar apa yang telah ia pesan.

"Enam puluh ribu mas."

"Ok." Banyu mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan memberikan nya kepada pemilik warung itu.

"Mas.."

"Sudah.." Banyu tersenyum kepada Tasya, kala ia mencegah Tasya yang mencoba menggantikan uang nya.

Tasya terpana menatap senyuman manis lelaki yang berdiri di depan nya itu. Di tambah bulu-buku halus yang terlihat samar di sekitar dagu dan bibir atas Banyu, membuat Tasya tampak seperti sedang terhipnotis karenanya.

"Ayo kembali ke hotel."

"I-iya." Tasya mencoba membalas senyuman Banyu. Lalu ia berjalan di samping Banyu.

"Terima kasih ya mas." Ucap Tasya yang merasa tidak enak, kala makan malam nya di bayar oleh Banyu.

"No problem." Sahut Banyu.

Tasya melirik Banyu yang terlihat jauh lebih tinggi dari dirinya.

Dreeettt...! Dreeett..!

Tiba-tiba saja Tasya terkejut saat ponselnya yang berada di saku celananya bergetar. Dengan tergesa-gesa, Tasya mengeluarkan ponselnya dan menatap layar ponsel tersebut.

Sang pemilik senyuman manis

Nama itu ia sematkan pada nomor Putra yang ia simpan di dalam kontak telepon nya.

"Sebentar ya mas," Tasya meminta izin Banyu untuk menerima panggilan telepon dari Putra.

Banyu hanya mengangguk dan terus berjalan di samping Tasya yang mulai menerima panggilan dari Putra.

"Halo.." Sapa Tasya.

"Hai, aku sudah sampai rumah. Tadi Rafis senang sekali dengan kehadiran aku." Ucap Putra tanpa berbasa basi sebelumnya.

"Ah.. iya mas, terima kasih ya."

"No problem. Kamu sedang berada di mana?"

"Aku sedang di luar hotel. Baru saja selesai makan malam," Ucap Tasya.

"Kenapa malam sekali? Kamu sama siapa?" Tanya Putra.

Tasya terdiam, ia melirik Banyu yang sedang berjalan di samping nya dengan mata yang menatap ke depan.

"Hmmm, sama teman kerja." Ucap Tasya dengan ragu. Saat itu juga Banyu melirik Tasya dan tersenyum kecil, sambil menggelengkan kepala nya. Ia merasa Tasya begitu lucu saat mencoba berbohong dengan lawan bicaranya.

"Oh begitu, ya sudah... Hati-hati ya. Kabarin aku bila sudah sampai di hotel."

"Iya mas."

"Ok, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." Tutup Tasya.

"Siapa? Putra?" Tanya Banyu saat Tasya menyimpan ponsel nya kembali ke dalam saku celananya.

"Iya mas," Sahut Tasya.

"Kenapa tidak jujur saja bila kamu sedang bersama dengan ku?"

Tasya tercengang dan menatap Banyu dengan tak percaya.

"Jujur?"

"Ya.. dia juga tahu aku sedang di Semarang kok."

"Oh begitu. Tetapi, tidak lah mas, aku tidak enak."

"Tidak enak kenapa?" Banyu menoleh dan menatap Tasya dengan seksama, yang membuat tasya tertunduk malu karenanya.

"Aku takut mas Putra berpikir yang tidak-tidak. Kan soalnya mas Banyu kakak nya mas Putra."

"Oh..." Banyu hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

"Kok senyum-senyum gitu sih mas. Bikin curiga saja!"

"Curiga apa?" Banyu mulai tertawa lebar dan kembali menatap Tasya.

"Ya.. tidak.. mas Banyu agak aneh gitu orang nya."

"Aneh?" Banyu menghentikan langkah kakinya.

"Eh.. maaf mas. aku tidak bermaksud...

"Aneh kenapa?" Sergah Banyu.

"Ti-tidak." Tasya tampak menyesal dengan ucapannya.

"Kamu pacaran sama Putra?" Tanya Banyu.

Tasya mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Banyu.

"Be-belum." Sahut nya dengan grogi.

"Oh, ku kira sudah pacaran. Terus, aku anehnya dimana?"

"Tidak mas.. Tidak usah di bahas." Tasya kembali menundukkan wajahnya.

"Aku bukan aneh. Aku hanya grogi jalan sama wanita cantik, secantik kamu. Setelah aku kehilangan Tika, aku tidak pernah jalan dengan siapa pun. Ini hari pertama ku jalan dengan seorang wanita."

Tasya terhenyak dan kembali menatap Banyu.

"Jadi..?"

"Ya.. maaf bila aku agak aneh." Banyu tersenyum dan kembali melangkahkan kakinya.

"Hmmm.. mas.. aku minta maaf."

"No problem." Banyu kembali tersenyum dan memberanikan diri untuk menyentuh pundak Tasya.

Dan mereka pun saling diam, hingga mereka berpisah saat memasuki pintu kamar hotel mereka masing-masing.

Terpopuler

Comments

Muh. Yahya Adiputra

Muh. Yahya Adiputra

pasti tasya jadi ragu nih antara banyu dan putra😂😂😂🤣🤣🤣

2022-05-12

3

EsterEka.

EsterEka.

cie cie tasya

2022-04-28

2

Aris

Aris

lanjut thor...

2022-04-22

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 01. Kisah
3 02. Pertemuan
4 03. Nasihat untuk Putra
5 04. Pertemuan kembali
6 05. Sang pemilik senyuman manis
7 06. Ingin tahu
8 07. Aku akan menunggu
9 08. Perkenalan
10 09. Indah, namun pilu
11 10. Cepatlah menikah
12 11. Sangat berbeda
13 12. Suami istri?
14 13. Ancaman
15 14. Perasaan apa ini?
16 15. Bayang-bayang ilusi
17 16. Ini hari pertama ku
18 17. Canggung
19 18. Mau kemana kita?
20 19. Tahu Gimbal
21 20. Rasa yang aneh
22 21. Ancaman mengintai
23 22. POV Alia
24 23. Debaran yang sama
25 24. Undangan
26 25. Lantas?
27 26. Apakah mungkin?
28 27. Memenuhi undangan
29 28. Kabar buruk
30 29. Kamu kenapa?
31 30. Pesan Banyu
32 31. Rasa iri
33 32. Pengakuan Anton
34 33. Pilih yang mana?
35 34. Untuk sementara
36 35. Apa yang aku lakukan?
37 36. Risau
38 37. Panggilan dari Solo
39 38. Permintaan Rafis
40 39. Apakah ini pertanda?
41 40. Calon istri
42 41. Jadi?
43 42. Berita baik
44 43. Jati diri Banyu
45 44. Andaikan..
46 45. Mencari Tahu
47 46. Come to mama
48 47. Terpesona
49 48. Kembali Risau
50 49. Ini Gawattt..!
51 50. Mengapa?
52 51. Pupus
53 52. Bunga-bunga yang membuat berbunga-bunga
54 53. Dilema
55 54. Video
56 55. Ekspektasi
57 56. Undangan keruangan meeting
58 57. Teror mental
59 58. Ultimatum dari Putra
60 59. Menyewa mata-mata
61 60. Pengakuan Bohong
62 61. Malam ini
63 62. Curhat Anton
64 63. Malam tersakit
65 64. Buah pikir dari banyak hati
66 65. Meninggalkan rumah Alia
67 66. Keraguan yang mulai muncul
68 67. Salah paham
69 68. Daun?
70 69. Angan-angan atau Takdir?
71 70. POV keluarga Banyu
72 71. Hentikan!
73 72. Kehadiran Banyu
74 73. Sidang Keluarga
75 74. Penyesalan
76 75. Saya Bersedia
77 76. Harapan yang pupus
78 77. Sah!
79 78. Bodohnya aku!
80 79. Roller coaster
81 80. Kebahagiaan
82 81. Kekecewaan Ambu
83 82. Lembaran baru
84 83. Selamat tinggal masa lalu
85 84. Maafkan ibu
86 85. Memaafkan masa lalu
87 86. Berakhirnya persahabatan
88 87. Kami sudah menikah..
89 88. Tasya!
90 89. Restu
91 90. Buah dari kesabaran
92 91. Malam yang indah
93 92. Sampai berjumpa lagi
94 93. Doa yang terkabul
95 94. Dua opsi
96 95. Wanita adalah Ratu
97 96. Aroma kebebasan
98 97. Nadira Samudera Banyu Biru
99 98. Rasa Syukur
100 99. Eijaz anakku
101 100. Dimana kamu sekarang?
102 101. Dua puluh sembilan Jam perjalanan
103 102. Apakah anda ayah dari Eijaz?
104 103. Saatnya meratukan istriku!
105 104. Aku berjanji..
106 105. Pertemuan
107 106. Bencilah aku, sampai rasa benci itu hilang
108 107. Kita adalah seorang ibu
109 108. Undangan makan malam
110 109. Saling memaafkan
111 111. Ungkapan Hati
112 113. Pamit
113 112. Berita buruk
114 113. Ruang operasi
115 114. Dia adalah bapak dari anakku!
116 115. Kedatangan Banyu
117 116. Kesepakatan dan perdamaian
118 117. Doa Eijaz
119 118. Keluhan Banyu
120 119. Haru membiru
121 120.Pertemuan keluarga
122 121. Pernikahan (End)
123 Epilog
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Prolog
2
01. Kisah
3
02. Pertemuan
4
03. Nasihat untuk Putra
5
04. Pertemuan kembali
6
05. Sang pemilik senyuman manis
7
06. Ingin tahu
8
07. Aku akan menunggu
9
08. Perkenalan
10
09. Indah, namun pilu
11
10. Cepatlah menikah
12
11. Sangat berbeda
13
12. Suami istri?
14
13. Ancaman
15
14. Perasaan apa ini?
16
15. Bayang-bayang ilusi
17
16. Ini hari pertama ku
18
17. Canggung
19
18. Mau kemana kita?
20
19. Tahu Gimbal
21
20. Rasa yang aneh
22
21. Ancaman mengintai
23
22. POV Alia
24
23. Debaran yang sama
25
24. Undangan
26
25. Lantas?
27
26. Apakah mungkin?
28
27. Memenuhi undangan
29
28. Kabar buruk
30
29. Kamu kenapa?
31
30. Pesan Banyu
32
31. Rasa iri
33
32. Pengakuan Anton
34
33. Pilih yang mana?
35
34. Untuk sementara
36
35. Apa yang aku lakukan?
37
36. Risau
38
37. Panggilan dari Solo
39
38. Permintaan Rafis
40
39. Apakah ini pertanda?
41
40. Calon istri
42
41. Jadi?
43
42. Berita baik
44
43. Jati diri Banyu
45
44. Andaikan..
46
45. Mencari Tahu
47
46. Come to mama
48
47. Terpesona
49
48. Kembali Risau
50
49. Ini Gawattt..!
51
50. Mengapa?
52
51. Pupus
53
52. Bunga-bunga yang membuat berbunga-bunga
54
53. Dilema
55
54. Video
56
55. Ekspektasi
57
56. Undangan keruangan meeting
58
57. Teror mental
59
58. Ultimatum dari Putra
60
59. Menyewa mata-mata
61
60. Pengakuan Bohong
62
61. Malam ini
63
62. Curhat Anton
64
63. Malam tersakit
65
64. Buah pikir dari banyak hati
66
65. Meninggalkan rumah Alia
67
66. Keraguan yang mulai muncul
68
67. Salah paham
69
68. Daun?
70
69. Angan-angan atau Takdir?
71
70. POV keluarga Banyu
72
71. Hentikan!
73
72. Kehadiran Banyu
74
73. Sidang Keluarga
75
74. Penyesalan
76
75. Saya Bersedia
77
76. Harapan yang pupus
78
77. Sah!
79
78. Bodohnya aku!
80
79. Roller coaster
81
80. Kebahagiaan
82
81. Kekecewaan Ambu
83
82. Lembaran baru
84
83. Selamat tinggal masa lalu
85
84. Maafkan ibu
86
85. Memaafkan masa lalu
87
86. Berakhirnya persahabatan
88
87. Kami sudah menikah..
89
88. Tasya!
90
89. Restu
91
90. Buah dari kesabaran
92
91. Malam yang indah
93
92. Sampai berjumpa lagi
94
93. Doa yang terkabul
95
94. Dua opsi
96
95. Wanita adalah Ratu
97
96. Aroma kebebasan
98
97. Nadira Samudera Banyu Biru
99
98. Rasa Syukur
100
99. Eijaz anakku
101
100. Dimana kamu sekarang?
102
101. Dua puluh sembilan Jam perjalanan
103
102. Apakah anda ayah dari Eijaz?
104
103. Saatnya meratukan istriku!
105
104. Aku berjanji..
106
105. Pertemuan
107
106. Bencilah aku, sampai rasa benci itu hilang
108
107. Kita adalah seorang ibu
109
108. Undangan makan malam
110
109. Saling memaafkan
111
111. Ungkapan Hati
112
113. Pamit
113
112. Berita buruk
114
113. Ruang operasi
115
114. Dia adalah bapak dari anakku!
116
115. Kedatangan Banyu
117
116. Kesepakatan dan perdamaian
118
117. Doa Eijaz
119
118. Keluhan Banyu
120
119. Haru membiru
121
120.Pertemuan keluarga
122
121. Pernikahan (End)
123
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!