11. Sangat berbeda

"Tasya.. bisa keruangan saya?"

Tasya yang sedang duduk di belakang meja kerjanya, segera beranjak dari duduknya.

"Siap pak," Sahut Tasya, seraya menaruh gagang telepon yang sedang ia genggam ke tempat nya. Lalu ia berjalan meninggalkan ruangan nya menuju keruangan kepala kantor tempat dirinya bekerja.

Tok! Tok! Tok!

Tasya mengetuk pintu ruangan dengan pintu kaca tersebut.

"Masuk,"

Perlahan, Tasya membuka pintu ruangan itu dan berjalan mendekati atasan nya yang sedang duduk menatap sebuah berkas yang terbentang di depan nya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya Tasya sembari menatap atasan nya tersebut.

"Tasya, saya minta kamu hari ini juga berangkat ke Semarang."

Tasya menatap atasannya dengan wajah yang tampak bingung.

"Semarang pak?"

"Iya, ke kantor baru kita. Saya minta kamu menggantikan pak Siswoyo yang sedang terkena virus. Jadi, dia sedang di rawat. Karena urgent dan tidak ada yang bisa menggantikan, saya minta kamu yang menemani rekanan yang juga akan ke sana meninjau kantor baru kita."

Tasya terdiam, bukan karena dirinya keberatan akan di tugaskan ke Semarang. Namun, dirinya memikirkan Rafis yang akan ia tinggalkan untuk bertugas

"Berapa hari pak?" Tasya memberanikan diri untuk bertanya.

Atasan nya pun menatap Tasya dengan tatapan yang tajam. Yang membuat Tasya sedikit gentar untuk bertanya lebih banyak lagi.

"Kamu mau atau tidak? Bisa diandalkan atau tidak!"

"Bi-bisa pak." Pertanyaan atasannya membuat Tasya gugup.

"Ya sudah, kamu berangkat pukul lima sore. Kamu saya izinkan pulang siang ini, dan langsung ke bandara. Di sana kamu akan bertemu dengan rekanan yang akan berangkat juga ke Semarang." Terang atasan Tasya.

"Maaf pak, untuk persiapan saja, Kira-kira berapa hari saya di Semarang. Soalnya saya butuh membawa baju ganti."

"Tiga hari." Sahut atasan Tasya dengan mimik wajah yang terlihat kesal.

"Ba-baik pak, saya akan bersiap-siap untuk pulang."

"Ya sudah sana. Tiket nya minta ke sekretaris saya. Sekalian kamu bawakan tiket untuk rekanan kita yang menunggu di bandara nanti sore."

"Maaf pak, nama rekanan nya siapa ya pak? Dengan bapak siapa?"

Brakkkkkk..!

Tasya terkejut saat atasan nya menggebrak meja di depan nya.

"Arghhhh! Saya benci sekali dengan virus ini! Hingga Siswoyo tidak bisa menangani tugas nya! Tidak ada yang bisa diandalkan! Kamu pun banyak tanya!"

Tasya terdiam, ia benar-benar tidak tahu rekanan mana yang akan ia antar kan ke Semarang.

"Cari bapak Banyu. Dia menunggu kamu di Coffee shop di terminal dua!"

Tasya mengerutkan keningnya. Nama Banyu terdengar tidak asing baginya. Seketika jantungnya pun berdegup kencang saat ia mengingat sosok tampan yang menopang tubuhnya saat ia hampir terjatuh di pernikahan sahabatnya, Queen.

"Paham kamu?"

"Pa-paham pak." Sahut Tasya.

"Ya sudah sana."

"Iya pak, saya ke ruangan mbak Riyanti dulu."

"Ya."

Tasya beranjak keluar dari ruangan atasan nya itu. Lalu ia menghela nafas panjang dan berjalan menuju ruangan sekretaris atasan nya.

"Siang mbak," Sapa Tasya saat ia diizinkan masuk oleh Riyanti, sekretaris atasan Tasya.

"Ya, Tas? Mau ambil tiket ya?"

"Iya mbak." Sahut Tasya seraya melangkah mendekati meja kerja Riyanti.

"Nih, di dalam situ ada dua tiket. Tiket mu dan tiket bapak Banyu. Kamu bisa temui dia di Coffee shop terminal dua, keberangkatan domestik ya. Kalau kamu bingung, ini nomor ponselnya," Ucap Riyanti seraya menyodorkan sebuah amplop putih berisi tiket dan tertulis nomor ponsel milik pria bernama Banyu di atasnya.

"Terima kasih ya mbak," Ucap Tasya seraya meraih amplop putih tersebut.

"Iya sama-sama."

"Oh iya, tiket pulang nya menyusul ya. Soalnya tadi saya tidak sempat membeli tiket pulang. Besok akan saya kabari." Sambung Riyanti lagi.

Dengan ragu, Tasya mengangguk paham.

"Ya sudah, sekarang kamu boleh pulang."

"Iya mbak." Sahut Tasya seraya melangkah meninggalkan ruangan Riyanti.

"Apa Banyu yang dimaksud adalah mas Banyu itu ya?" Gumam Tasya seraya mengingat dirinya pernah bertemu dengan Banyu di lobby kantor nya.

.

Pukul 3 sore, Tasya sudah sampai di Bandara. Di tangan kanan nya terlihat sebuah koper berwarna kuning dengan ukuran small. Sedangkan di tangan kirinya, ia membawa amplop berisi tiket pesawat yang diberikan Riyanti kepadanya. Tasya yang baru saja turun dari taksi, bergegas mencari coffe shop yang berada di sekitar terminal 2 keberangkatan domestik yang berada di Bandara tersebut. Matanya mencoba menyisir satu persatu lelaki yang sedang duduk di coffee shop, saat ia baru saja menjejakkan kaki nya di coffee shop tersebut.

Dengan nafas terengah, pandangan nya pun mendarat ke seorang lelaki yang sedang duduk membelakangi dirinya. Bentuk tubuh lelaki itu seperti tidak asing lagi bagi Tasya. Tanpa ragu, ia pun berjalan mendekati lelaki tersebut.

"Mas Banyu," Sapa nya.

Lelaki yang sedang asik menatap layar laptop nya itu pun mengangkat wajahnya dan menatap Tasya dengan tatapan yang datar.

"Eh, Tas, kebetulan sekali."

Tasya terlihat canggung dan menaruh kopernya di sisi kiri meja.

Melihat Tasya menaruh kopernya dan bersiap untuk duduk di depan nya, Banyu pun mengerutkan dahinya. Tanda ia bingung dengan Tasya yang akan duduk di depan nya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Banyu.

"Saya menggantikan pak Siswoyo mas,"

Banyu mengangkat kedua alisnya dan menatap Tasya dengan tak percaya.

"Jadi, yang ke Semarang kamu dan aku?" Tanya Banyu lagi.

Tasya tersenyum dan mengangguk, lalu tanpa meminta izin Banyu, ia pun duduk di depan lelaki itu.

"Ini tiket kita berdua. Ngomong-ngomong, penerbangan nya pukul lima sore. Apakah kita chek-in sekarang?"

Banyu menelan Saliva nya dan menundukkan pandangannya.

"Mas,"

"Ah?" Banyu terlihat gelagapan dan kembali menatap Tasya yang tersenyum kepada dirinya.

"Sebentar lagi. Aku tinggal mengetik satu paragraf email, setelah itu mari kita chek-in."

Tasya hanya mengangguk dan terus menatap Banyu yang terlihat canggung dengan pertemuan ini.

"Memang pak Siswoyo kenapa?" Tanya Banyu tanpa menoleh sedikitpun kepada Tasya. Jari jemarinya terus bermain di atas keyboard laptop miliknya.

"Pak Siswoyo positif terkena Virus, pagi ini. Jadi, mendadak saya yang menggantikan nya." Terang Tasya.

"Oh.." Banyu mengangkat sebelah alis nya dan mengangguk paham, masih tanpa melirik atau menatap Tasya sedikitpun.

"Kamu mau minum?" Tanya Banyu lagi.

"Tidak mas, aku bawa minuman sendiri."

Banyu melirik Tasya yang memamerkan tumbler milik nya.

"Apa? Kopi? Teh?" Banyu kembali mengalihkan matanya nya ke layar laptop nya.

"Air mineral."

Banyu menghentikan jarinya yang sedang mengetik email untuk laporan pekerjaan nya. Lalu, ia terdiam dan menatap Tasya yang sedang membuka tumbler milik nya dan lalu ia meneguk air mineral langsung dari bibir tumbler tersebut.

Jantung Banyu berdegup kencang. Bukan karena ia melihat indahnya leher Tasya yang jenjang, kala meneguk air minum dari tumbler itu. Melainkan kebiasaan itu adalah kebiasaan yang dimiliki oleh Tika. Kemana pun Tika pergi, ia selalu membawa air mineral di dalam tumbler favorit nya yang berwarna ungu.

Tasya yang baru saja selesai minum, kembali menutup tumbler tersebut dan menatap heran kepada Banyu yang terus menatap dirinya.

"Ada apa ya mas?" Pertanyaan Tasya membuat Banyu menjadi salah tingkah. Ia takut sekali Tasya berpikir yang tidak-tidak kepada dirinya, kala ia menatap Tasya dengan tatapan yang terpaku pada wanita cantik itu.

"Ah.. tidak... air putih bagus untuk kesehatan." Banyu mencoba mengalihkan tatapan nya kembali ke layar laptop.

"Iya mas, sangat baik untuk kesehatan." Tasya tersenyum dan menaruh tumbler itu di atas meja.

Banyu diam saja dan menekan tombol enter di keyboard laptop nya. Lalu beberapa saat ia terlihat serius di depan layar laptop nya, sebelum ia benar-benar menyimpan laptop itu kembali ke dalam tas.

"Sudah mas?" Tanya Tasya, setelah Banyu menyimpan laptop nya.

"Sudah."

"Kalau begitu kita chek-in sekarang?" Tanya Tasya.

"Boleh." Banyu beranjak dari duduknya dan bersiap untuk meninggalkan caffe shop itu.

Tasya yang masih duduk di sana pun menatap Banyu yang terlihat begitu acuh kepada dirinya.

"Dingin sekali dia, bahkan aku seperti tidak dianggap olehnya. Sangat berbeda dengan Putra, adik nya. Tetapi, entah mengapa aku merasa sangat penasaran dengan mas Banyu." Batin Tasya yang perlahan beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah kaki Banyu yang berjalan di depan nya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KAU PENASARAN DGN BANYU, TPI U TELAH TRMAKAN JERAT DN UMPAN DARI PUTRA DAJJAL HINGGA U BERI HARAPAN...

2022-09-04

2

EsterEka.

EsterEka.

duh mas banyu aku pada mu

2022-04-14

2

Muh. Yahya Adiputra

Muh. Yahya Adiputra

itu jodohmu banyu udah ada di depan mata.. jangan sampai kamu sia siakan😂😂😂

2022-04-13

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 01. Kisah
3 02. Pertemuan
4 03. Nasihat untuk Putra
5 04. Pertemuan kembali
6 05. Sang pemilik senyuman manis
7 06. Ingin tahu
8 07. Aku akan menunggu
9 08. Perkenalan
10 09. Indah, namun pilu
11 10. Cepatlah menikah
12 11. Sangat berbeda
13 12. Suami istri?
14 13. Ancaman
15 14. Perasaan apa ini?
16 15. Bayang-bayang ilusi
17 16. Ini hari pertama ku
18 17. Canggung
19 18. Mau kemana kita?
20 19. Tahu Gimbal
21 20. Rasa yang aneh
22 21. Ancaman mengintai
23 22. POV Alia
24 23. Debaran yang sama
25 24. Undangan
26 25. Lantas?
27 26. Apakah mungkin?
28 27. Memenuhi undangan
29 28. Kabar buruk
30 29. Kamu kenapa?
31 30. Pesan Banyu
32 31. Rasa iri
33 32. Pengakuan Anton
34 33. Pilih yang mana?
35 34. Untuk sementara
36 35. Apa yang aku lakukan?
37 36. Risau
38 37. Panggilan dari Solo
39 38. Permintaan Rafis
40 39. Apakah ini pertanda?
41 40. Calon istri
42 41. Jadi?
43 42. Berita baik
44 43. Jati diri Banyu
45 44. Andaikan..
46 45. Mencari Tahu
47 46. Come to mama
48 47. Terpesona
49 48. Kembali Risau
50 49. Ini Gawattt..!
51 50. Mengapa?
52 51. Pupus
53 52. Bunga-bunga yang membuat berbunga-bunga
54 53. Dilema
55 54. Video
56 55. Ekspektasi
57 56. Undangan keruangan meeting
58 57. Teror mental
59 58. Ultimatum dari Putra
60 59. Menyewa mata-mata
61 60. Pengakuan Bohong
62 61. Malam ini
63 62. Curhat Anton
64 63. Malam tersakit
65 64. Buah pikir dari banyak hati
66 65. Meninggalkan rumah Alia
67 66. Keraguan yang mulai muncul
68 67. Salah paham
69 68. Daun?
70 69. Angan-angan atau Takdir?
71 70. POV keluarga Banyu
72 71. Hentikan!
73 72. Kehadiran Banyu
74 73. Sidang Keluarga
75 74. Penyesalan
76 75. Saya Bersedia
77 76. Harapan yang pupus
78 77. Sah!
79 78. Bodohnya aku!
80 79. Roller coaster
81 80. Kebahagiaan
82 81. Kekecewaan Ambu
83 82. Lembaran baru
84 83. Selamat tinggal masa lalu
85 84. Maafkan ibu
86 85. Memaafkan masa lalu
87 86. Berakhirnya persahabatan
88 87. Kami sudah menikah..
89 88. Tasya!
90 89. Restu
91 90. Buah dari kesabaran
92 91. Malam yang indah
93 92. Sampai berjumpa lagi
94 93. Doa yang terkabul
95 94. Dua opsi
96 95. Wanita adalah Ratu
97 96. Aroma kebebasan
98 97. Nadira Samudera Banyu Biru
99 98. Rasa Syukur
100 99. Eijaz anakku
101 100. Dimana kamu sekarang?
102 101. Dua puluh sembilan Jam perjalanan
103 102. Apakah anda ayah dari Eijaz?
104 103. Saatnya meratukan istriku!
105 104. Aku berjanji..
106 105. Pertemuan
107 106. Bencilah aku, sampai rasa benci itu hilang
108 107. Kita adalah seorang ibu
109 108. Undangan makan malam
110 109. Saling memaafkan
111 111. Ungkapan Hati
112 113. Pamit
113 112. Berita buruk
114 113. Ruang operasi
115 114. Dia adalah bapak dari anakku!
116 115. Kedatangan Banyu
117 116. Kesepakatan dan perdamaian
118 117. Doa Eijaz
119 118. Keluhan Banyu
120 119. Haru membiru
121 120.Pertemuan keluarga
122 121. Pernikahan (End)
123 Epilog
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Prolog
2
01. Kisah
3
02. Pertemuan
4
03. Nasihat untuk Putra
5
04. Pertemuan kembali
6
05. Sang pemilik senyuman manis
7
06. Ingin tahu
8
07. Aku akan menunggu
9
08. Perkenalan
10
09. Indah, namun pilu
11
10. Cepatlah menikah
12
11. Sangat berbeda
13
12. Suami istri?
14
13. Ancaman
15
14. Perasaan apa ini?
16
15. Bayang-bayang ilusi
17
16. Ini hari pertama ku
18
17. Canggung
19
18. Mau kemana kita?
20
19. Tahu Gimbal
21
20. Rasa yang aneh
22
21. Ancaman mengintai
23
22. POV Alia
24
23. Debaran yang sama
25
24. Undangan
26
25. Lantas?
27
26. Apakah mungkin?
28
27. Memenuhi undangan
29
28. Kabar buruk
30
29. Kamu kenapa?
31
30. Pesan Banyu
32
31. Rasa iri
33
32. Pengakuan Anton
34
33. Pilih yang mana?
35
34. Untuk sementara
36
35. Apa yang aku lakukan?
37
36. Risau
38
37. Panggilan dari Solo
39
38. Permintaan Rafis
40
39. Apakah ini pertanda?
41
40. Calon istri
42
41. Jadi?
43
42. Berita baik
44
43. Jati diri Banyu
45
44. Andaikan..
46
45. Mencari Tahu
47
46. Come to mama
48
47. Terpesona
49
48. Kembali Risau
50
49. Ini Gawattt..!
51
50. Mengapa?
52
51. Pupus
53
52. Bunga-bunga yang membuat berbunga-bunga
54
53. Dilema
55
54. Video
56
55. Ekspektasi
57
56. Undangan keruangan meeting
58
57. Teror mental
59
58. Ultimatum dari Putra
60
59. Menyewa mata-mata
61
60. Pengakuan Bohong
62
61. Malam ini
63
62. Curhat Anton
64
63. Malam tersakit
65
64. Buah pikir dari banyak hati
66
65. Meninggalkan rumah Alia
67
66. Keraguan yang mulai muncul
68
67. Salah paham
69
68. Daun?
70
69. Angan-angan atau Takdir?
71
70. POV keluarga Banyu
72
71. Hentikan!
73
72. Kehadiran Banyu
74
73. Sidang Keluarga
75
74. Penyesalan
76
75. Saya Bersedia
77
76. Harapan yang pupus
78
77. Sah!
79
78. Bodohnya aku!
80
79. Roller coaster
81
80. Kebahagiaan
82
81. Kekecewaan Ambu
83
82. Lembaran baru
84
83. Selamat tinggal masa lalu
85
84. Maafkan ibu
86
85. Memaafkan masa lalu
87
86. Berakhirnya persahabatan
88
87. Kami sudah menikah..
89
88. Tasya!
90
89. Restu
91
90. Buah dari kesabaran
92
91. Malam yang indah
93
92. Sampai berjumpa lagi
94
93. Doa yang terkabul
95
94. Dua opsi
96
95. Wanita adalah Ratu
97
96. Aroma kebebasan
98
97. Nadira Samudera Banyu Biru
99
98. Rasa Syukur
100
99. Eijaz anakku
101
100. Dimana kamu sekarang?
102
101. Dua puluh sembilan Jam perjalanan
103
102. Apakah anda ayah dari Eijaz?
104
103. Saatnya meratukan istriku!
105
104. Aku berjanji..
106
105. Pertemuan
107
106. Bencilah aku, sampai rasa benci itu hilang
108
107. Kita adalah seorang ibu
109
108. Undangan makan malam
110
109. Saling memaafkan
111
111. Ungkapan Hati
112
113. Pamit
113
112. Berita buruk
114
113. Ruang operasi
115
114. Dia adalah bapak dari anakku!
116
115. Kedatangan Banyu
117
116. Kesepakatan dan perdamaian
118
117. Doa Eijaz
119
118. Keluhan Banyu
120
119. Haru membiru
121
120.Pertemuan keluarga
122
121. Pernikahan (End)
123
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!