"Tasya.. bisa keruangan saya?"
Tasya yang sedang duduk di belakang meja kerjanya, segera beranjak dari duduknya.
"Siap pak," Sahut Tasya, seraya menaruh gagang telepon yang sedang ia genggam ke tempat nya. Lalu ia berjalan meninggalkan ruangan nya menuju keruangan kepala kantor tempat dirinya bekerja.
Tok! Tok! Tok!
Tasya mengetuk pintu ruangan dengan pintu kaca tersebut.
"Masuk,"
Perlahan, Tasya membuka pintu ruangan itu dan berjalan mendekati atasan nya yang sedang duduk menatap sebuah berkas yang terbentang di depan nya.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya Tasya sembari menatap atasan nya tersebut.
"Tasya, saya minta kamu hari ini juga berangkat ke Semarang."
Tasya menatap atasannya dengan wajah yang tampak bingung.
"Semarang pak?"
"Iya, ke kantor baru kita. Saya minta kamu menggantikan pak Siswoyo yang sedang terkena virus. Jadi, dia sedang di rawat. Karena urgent dan tidak ada yang bisa menggantikan, saya minta kamu yang menemani rekanan yang juga akan ke sana meninjau kantor baru kita."
Tasya terdiam, bukan karena dirinya keberatan akan di tugaskan ke Semarang. Namun, dirinya memikirkan Rafis yang akan ia tinggalkan untuk bertugas
"Berapa hari pak?" Tasya memberanikan diri untuk bertanya.
Atasan nya pun menatap Tasya dengan tatapan yang tajam. Yang membuat Tasya sedikit gentar untuk bertanya lebih banyak lagi.
"Kamu mau atau tidak? Bisa diandalkan atau tidak!"
"Bi-bisa pak." Pertanyaan atasannya membuat Tasya gugup.
"Ya sudah, kamu berangkat pukul lima sore. Kamu saya izinkan pulang siang ini, dan langsung ke bandara. Di sana kamu akan bertemu dengan rekanan yang akan berangkat juga ke Semarang." Terang atasan Tasya.
"Maaf pak, untuk persiapan saja, Kira-kira berapa hari saya di Semarang. Soalnya saya butuh membawa baju ganti."
"Tiga hari." Sahut atasan Tasya dengan mimik wajah yang terlihat kesal.
"Ba-baik pak, saya akan bersiap-siap untuk pulang."
"Ya sudah sana. Tiket nya minta ke sekretaris saya. Sekalian kamu bawakan tiket untuk rekanan kita yang menunggu di bandara nanti sore."
"Maaf pak, nama rekanan nya siapa ya pak? Dengan bapak siapa?"
Brakkkkkk..!
Tasya terkejut saat atasan nya menggebrak meja di depan nya.
"Arghhhh! Saya benci sekali dengan virus ini! Hingga Siswoyo tidak bisa menangani tugas nya! Tidak ada yang bisa diandalkan! Kamu pun banyak tanya!"
Tasya terdiam, ia benar-benar tidak tahu rekanan mana yang akan ia antar kan ke Semarang.
"Cari bapak Banyu. Dia menunggu kamu di Coffee shop di terminal dua!"
Tasya mengerutkan keningnya. Nama Banyu terdengar tidak asing baginya. Seketika jantungnya pun berdegup kencang saat ia mengingat sosok tampan yang menopang tubuhnya saat ia hampir terjatuh di pernikahan sahabatnya, Queen.
"Paham kamu?"
"Pa-paham pak." Sahut Tasya.
"Ya sudah sana."
"Iya pak, saya ke ruangan mbak Riyanti dulu."
"Ya."
Tasya beranjak keluar dari ruangan atasan nya itu. Lalu ia menghela nafas panjang dan berjalan menuju ruangan sekretaris atasan nya.
"Siang mbak," Sapa Tasya saat ia diizinkan masuk oleh Riyanti, sekretaris atasan Tasya.
"Ya, Tas? Mau ambil tiket ya?"
"Iya mbak." Sahut Tasya seraya melangkah mendekati meja kerja Riyanti.
"Nih, di dalam situ ada dua tiket. Tiket mu dan tiket bapak Banyu. Kamu bisa temui dia di Coffee shop terminal dua, keberangkatan domestik ya. Kalau kamu bingung, ini nomor ponselnya," Ucap Riyanti seraya menyodorkan sebuah amplop putih berisi tiket dan tertulis nomor ponsel milik pria bernama Banyu di atasnya.
"Terima kasih ya mbak," Ucap Tasya seraya meraih amplop putih tersebut.
"Iya sama-sama."
"Oh iya, tiket pulang nya menyusul ya. Soalnya tadi saya tidak sempat membeli tiket pulang. Besok akan saya kabari." Sambung Riyanti lagi.
Dengan ragu, Tasya mengangguk paham.
"Ya sudah, sekarang kamu boleh pulang."
"Iya mbak." Sahut Tasya seraya melangkah meninggalkan ruangan Riyanti.
"Apa Banyu yang dimaksud adalah mas Banyu itu ya?" Gumam Tasya seraya mengingat dirinya pernah bertemu dengan Banyu di lobby kantor nya.
.
Pukul 3 sore, Tasya sudah sampai di Bandara. Di tangan kanan nya terlihat sebuah koper berwarna kuning dengan ukuran small. Sedangkan di tangan kirinya, ia membawa amplop berisi tiket pesawat yang diberikan Riyanti kepadanya. Tasya yang baru saja turun dari taksi, bergegas mencari coffe shop yang berada di sekitar terminal 2 keberangkatan domestik yang berada di Bandara tersebut. Matanya mencoba menyisir satu persatu lelaki yang sedang duduk di coffee shop, saat ia baru saja menjejakkan kaki nya di coffee shop tersebut.
Dengan nafas terengah, pandangan nya pun mendarat ke seorang lelaki yang sedang duduk membelakangi dirinya. Bentuk tubuh lelaki itu seperti tidak asing lagi bagi Tasya. Tanpa ragu, ia pun berjalan mendekati lelaki tersebut.
"Mas Banyu," Sapa nya.
Lelaki yang sedang asik menatap layar laptop nya itu pun mengangkat wajahnya dan menatap Tasya dengan tatapan yang datar.
"Eh, Tas, kebetulan sekali."
Tasya terlihat canggung dan menaruh kopernya di sisi kiri meja.
Melihat Tasya menaruh kopernya dan bersiap untuk duduk di depan nya, Banyu pun mengerutkan dahinya. Tanda ia bingung dengan Tasya yang akan duduk di depan nya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Banyu.
"Saya menggantikan pak Siswoyo mas,"
Banyu mengangkat kedua alisnya dan menatap Tasya dengan tak percaya.
"Jadi, yang ke Semarang kamu dan aku?" Tanya Banyu lagi.
Tasya tersenyum dan mengangguk, lalu tanpa meminta izin Banyu, ia pun duduk di depan lelaki itu.
"Ini tiket kita berdua. Ngomong-ngomong, penerbangan nya pukul lima sore. Apakah kita chek-in sekarang?"
Banyu menelan Saliva nya dan menundukkan pandangannya.
"Mas,"
"Ah?" Banyu terlihat gelagapan dan kembali menatap Tasya yang tersenyum kepada dirinya.
"Sebentar lagi. Aku tinggal mengetik satu paragraf email, setelah itu mari kita chek-in."
Tasya hanya mengangguk dan terus menatap Banyu yang terlihat canggung dengan pertemuan ini.
"Memang pak Siswoyo kenapa?" Tanya Banyu tanpa menoleh sedikitpun kepada Tasya. Jari jemarinya terus bermain di atas keyboard laptop miliknya.
"Pak Siswoyo positif terkena Virus, pagi ini. Jadi, mendadak saya yang menggantikan nya." Terang Tasya.
"Oh.." Banyu mengangkat sebelah alis nya dan mengangguk paham, masih tanpa melirik atau menatap Tasya sedikitpun.
"Kamu mau minum?" Tanya Banyu lagi.
"Tidak mas, aku bawa minuman sendiri."
Banyu melirik Tasya yang memamerkan tumbler milik nya.
"Apa? Kopi? Teh?" Banyu kembali mengalihkan matanya nya ke layar laptop nya.
"Air mineral."
Banyu menghentikan jarinya yang sedang mengetik email untuk laporan pekerjaan nya. Lalu, ia terdiam dan menatap Tasya yang sedang membuka tumbler milik nya dan lalu ia meneguk air mineral langsung dari bibir tumbler tersebut.
Jantung Banyu berdegup kencang. Bukan karena ia melihat indahnya leher Tasya yang jenjang, kala meneguk air minum dari tumbler itu. Melainkan kebiasaan itu adalah kebiasaan yang dimiliki oleh Tika. Kemana pun Tika pergi, ia selalu membawa air mineral di dalam tumbler favorit nya yang berwarna ungu.
Tasya yang baru saja selesai minum, kembali menutup tumbler tersebut dan menatap heran kepada Banyu yang terus menatap dirinya.
"Ada apa ya mas?" Pertanyaan Tasya membuat Banyu menjadi salah tingkah. Ia takut sekali Tasya berpikir yang tidak-tidak kepada dirinya, kala ia menatap Tasya dengan tatapan yang terpaku pada wanita cantik itu.
"Ah.. tidak... air putih bagus untuk kesehatan." Banyu mencoba mengalihkan tatapan nya kembali ke layar laptop.
"Iya mas, sangat baik untuk kesehatan." Tasya tersenyum dan menaruh tumbler itu di atas meja.
Banyu diam saja dan menekan tombol enter di keyboard laptop nya. Lalu beberapa saat ia terlihat serius di depan layar laptop nya, sebelum ia benar-benar menyimpan laptop itu kembali ke dalam tas.
"Sudah mas?" Tanya Tasya, setelah Banyu menyimpan laptop nya.
"Sudah."
"Kalau begitu kita chek-in sekarang?" Tanya Tasya.
"Boleh." Banyu beranjak dari duduknya dan bersiap untuk meninggalkan caffe shop itu.
Tasya yang masih duduk di sana pun menatap Banyu yang terlihat begitu acuh kepada dirinya.
"Dingin sekali dia, bahkan aku seperti tidak dianggap olehnya. Sangat berbeda dengan Putra, adik nya. Tetapi, entah mengapa aku merasa sangat penasaran dengan mas Banyu." Batin Tasya yang perlahan beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah kaki Banyu yang berjalan di depan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KAU PENASARAN DGN BANYU, TPI U TELAH TRMAKAN JERAT DN UMPAN DARI PUTRA DAJJAL HINGGA U BERI HARAPAN...
2022-09-04
2
EsterEka.
duh mas banyu aku pada mu
2022-04-14
2
Muh. Yahya Adiputra
itu jodohmu banyu udah ada di depan mata.. jangan sampai kamu sia siakan😂😂😂
2022-04-13
2