"Tas..." Queen membuyarkan lamunan Tasya yang sejak tadi terlihat termenung di sebuah kursi, kala para tamu undangan sudah mulai membubarkan diri satu persatu.
Tasya menoleh dan menatap Queen yang sedang menghampiri dirinya.
"Hai..," Tasya mencoba tersenyum dan menarik kursi disampingnya, agar Queen bisa duduk di sana bersama dengan dirinya.
"Mikirin apa sih?"
"Ah, enggak." Sahut Tasya seraya menundukkan wajahnya.
"Beneran?"
"Iya," Tasya berusaha tersenyum dan menganggukkan kepalanya, agar Queen mempercayai dirinya.
"Oh iya, selamat ya.. kamu mendapatkan bujet bunga dari ku," Ucap Queen dengan antusias.
"Terima kasih Queen." Tasya tersipu malu saat menatap buket bunga yang ada di genggamannya tersebut.
"Dan... hmmm.. Putra, menurut kamu dia bagaimana?"
Tasya tertegun saat Queen mempertanyakan tentang Putra kepada dirinya.
"Ah.... hmmm.."
"Kalian serasi sekali loh.. Apa lagi... tadi kalian mengambil buket bunga itu bersama-sama."
Tasya kembali tersipu malu mendengar ucapan Queen.
"Dia lajang, dan belum pernah menikah. Oh iya, dia juga seorang dosen!" Queen terus mempromosikan sosok Putra kepada Tasya.
"Jadi... gimana menurut kamu?" Sambung Queen lagi.
"Hmmmm.. dia manis, senyum nya, wajah nya, ok lah.." Tasya tertawa kecil dan menatap Queen dengan pipi yang merona merah.
"Aku juga lihat tadi, kalian saling bertukar nomor ponsel ya?" Queen terlihat begitu penasaran.
Tasya mengangguk dan terus tersenyum kecil.
"Wah wah.. gerak cepat dia.. hahahhaa!" Queen terlihat ikut berbahagia bila Tasya sudah mulai miliki kenalan lawan jenis.
"Yah.. kenalan aja dulu. Seperti yang dia bilang, mana tahu cocok,"
Queen terperangah dan membulatkan bola matanya.
"Serius? Putra bilang begitu?"
Tasya kembali tersenyum malu-malu dan mengangguk dengan cepat.
"Ya ampunnn... Aku ikut senang Tas!"
"Eh.. tapi..."
"Apa?" Tanya Queen penasaran.
"Banyu itu beneran kakak nya Putra?" Tanya Tasya dengan wajah yang terlihat penasaran.
"Iya," Sahut Queen.
"Kandung?"
"Iya.. kenapa memangnya? Berbeda ya wajahnya? Hahahaha..." Queen tertawa geli mengingat perbedaan wajah antara Banyu dan Putra.
Tasya hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Queen.
"Jadi begini, yang aku tahu dari almarhumah Tika, Mas Banyu itu mirip Ibunya. Sedangkan Putra, mirip keluarga ayah nya, katanya sih begitu." Terang Queen.
Tasya hanya mengangguk, menandakan dirinya paham dengan penjelasan dari Queen.
"Queen,"
"Ya?"
"Kan kamu sahabatan kan ya sama almarhumah Tika,"
"Iya.." Sahut Queen.
"Dari kapan Queen?" Tanya Tasya lagi.
"Dari sekolah menengah pertama, lalu kita terpisah karena berbeda sekolah di SMA. Dan bertemu lagi saat kuliah, walaupun kita berbeda jurusan, tetapi kita masih satu kampus. Memang kenapa?" Tanya Queen penasaran.
"Ah, enggak." Tasya menggelengkan kepalanya dan menundukkan wajahnya.
"Ih.. dia mah begitu.. ada apa sih Tas?" Desak Queen.
"Gak ada apa-apa, beneran deh." Tasya berusaha meyakinkan Queen.
"Oh, ya sudah. Kalau begitu, aku ke sana dulu ya.. mau menemui bunda," Ucap Queen seraya beranjak dari duduknya.
"Ah.. Queen," Tasya menahan tangan Queen yang hendak meninggalkan dirinya.
"Ya?" Queen menoleh dan menatap kedua mata Tasya lekat-lekat.
"Mas Banyu itu berapa lama pacaran dengan almarhumah Tika?"
Queen mengerutkan keningnya, bukan karena ia mencoba mengingat berapa lama Banyu dan Tika memiliki hubungan sebelum mereka berdua menginjak ke jenjang pernikahan. Melainkan, Queen agak bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Tasya kepada dirinya.
"Hmmm, cukup lama. Mereka bertemu saat almarhumah Tika masih duduk di bangku SMA. Lalu, memiliki hubungan saat mulai masuk kuliah, seingat ku sih begitu."
"Selama itu?" Tanya Tasya yang terlihat surprise dengan cerita Queen.
Queen kembali beranjak duduk di depan Tasya, dan menatap Tasya lekat-lekat.
"Ya, karena Mas Banyu itu orang yang setia sekali. Pun dengan almarhumah Tika. Ya, walaupun mereka sempat putus nyambung, tapi cinta mereka tetap tidak lekang oleh waktu. Bahkan, kehilangan Tika membuat Mas Banyu kehilangan semangat hidup. Dulu, sosok mas Banyu tidak seperti yang kamu lihat saat ini Tas..."
Tasya menghela nafas dalam-dalam dan menatap Queen dengan seksama.
"Jadi, sebenarnya dia itu bagaimana?"
"Sebentar..." Queen membalas tatapan Tasya tang terlihat aneh baginya.
"Jangan bilang kalau..."
"Tidak, aku hanya prihatin." Potong Tasya.
"Oh.. ku kira kamu naksir sama mas Banyu," Celetuk Queen.
Pipi Tasya terlihat bersemu merah, lalu ia membuang pandangannya kepada beberapa orang pekerja dari catering yang sedang membereskan stand makanan tepat di tengah aula tersebut.
"Ya... Mas banyu itu orang nya ceria Tas. Dia juga orang yang jahil, menyenangkan dan sedikit bawel. Sekarang saja ia menjadi pendiam dan terlihat seperti itu." Terang Queen.
Tasya mengangguk paham dan kembali menghela nafas nya dalam-dalam.
"Aku ikut menyesal dan merasa bersedih, karena meninggalnya Tika dan juga perubahan dari mas Banyu." Sambung Queen.
"Berarti dia mempunyai cinta yang sangat besar kepada Tika, Queen.."
"Yah.. begitulah. Bahkan, aku pernah mendengar bula dia tidak akan mau mencari pengganti Tika lagi."
Tasya terhenyak dan menatap Queen dengan seksama.
"Maksudnya?"
"Ya.. dia tidak akan mau memiliki hubungan lagi dengan wanita mana pun Tas. Karena ya.. rasa cinta nya itu kepada almarhumah Tika begitu besar. Jadi terucap kata seperti itu. Yah... anggap saja itu ucapan orang yang sedang hopeless dan terpukul atas kehilangan orang yang sangat dia cintai. Aku sih berharap suatu saat, mas Banyu dapat menemukan pengganti Tika. Kasihan juga, mas Banyu itu baru menikah beberapa bulan dengan Tika. Sejujurnya, usia nya juga sudah tidak muda lagi."
"Memang berapa?"
"Tiga tahun lagi, empat puluh." Sahut Queen seraya tersenyum kecil.
Tasya ikut tersenyum dan menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan senyuman manis nya.
"Sudah ya.. aku mau ke sana dulu. By the way, terima kasih loh Tas, kamu sudah bersedia untuk menjadi bridesmaid di hari terpenting ku ini. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mengucapkan terima kasih kepadamu."
Tasya meraih tangan Queen dan menggenggam nya dengan penuh kasih.
"Tidak perlu berterima kasih Queen, aku sahabat mu, aku sangat senang bila dilibatkan saat momen-momen terpenting dalam hidup kamu. Aku yang berterima kasih, karena kamu mau bersahabat dengan aku. Kalau bukan dengan mu, mungkin hidupku akan terasa semakin sunyi."
Queen menatap Tasya, lalu mereka berdua saling berpelukan dengan penuh perasaan haru.
"Justru kehadiran kamu membuat hidupku semakin berwarna lagi Tas. Kehadiran kamu bisa menghibur aku saat aku kehilangan Tika. Terima kasih." Queen mempererat pelukan nya.
"Ya sudah, sana... suami mu sudah mencuri pandang terus ke arah kita. Mungkin dia tidak sabar untuk malam pertama," Ucap Tasya seraya melepaskan pelukan nya dari Queen.
"Ish...!" Pipi Queen merona merah saat mendengar ucapan Tasya.
"Selamat ya sayangku.. semoga kebahagiaan selalu menyelimuti rumah tangga kalian."
"Aamiin... sampai jumpa minggu depan ya Tas,"
Tasya mengangguk dan tersenyum manis kepada Queen. Lalu ia menatap punggung Queen yang mulai berjalan menghampiri Raka.
"Kamu terlihat sangat bahagia. Aku harap, suatu saat aku bisa merasakan hal yang sama Queen." Tasya beranjak dari duduknya dan bergegas meninggalkan aula tersebut dengan langkah yang terlihat gontai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
bkln trjd cinta segitiga nh
2023-05-28
1
EsterEka.
semangat tika, semoga hadir nya kamu bisa membawa banyu mendptkan cinta dn kehidupan nya yg baru
2022-04-07
2
Muh. Yahya Adiputra
semangat dan up yg banyak kak rini..
aku udah kasih vote khusus untuk mu 🤗🤗🤗
2022-04-07
2