"Selamat pagi." Sapa Putra, saat ia memasuki kelas dimana tempat dirinya mengajar.
"Pagi pak..!" Sahut para mahasiswa dan mahasiswi yang berada di kelas itu.
Putra menyapukan pandangan nya kearah anak didiknya, lalu pandangan nya mendarat pada Alia yang sedang duduk dan menatap dirinya dengan tajam. Putra menghela nafas panjang dan semangat mengajar nya mulai terasa menurun.
"Saya absen terlebih dahulu." Putra mengeluarkan lembar kehadiran yang tertulis kan daftar nama para mahasiswa dan mahasiswi nya.
"Abdurahman."
"Saya pak!" Seorang mahasiswa mengangkat tangan nya.
"Agustinus."
"Saya pak!"
"Al... Alia." Bahkan Putra tercekat saat menyebut nama Alia.
"Saya pak." Sahut Alia seraya tersenyum manis menatap Putra.
Putra membalas tatapan Alia yang terkesan licik di matanya.
"Bedebah kecil!" Teriak nya di dalam hati.
Putra pun melanjutkan mengabsen anak didiknya, hingga nama terakhir ia sebutkan.
"Zulkarnaen!"
"Saya pak!"
Putra menatap Zulkarnaen dan memberikan tanda kehadiran di kertas yang sedang ia pegang. Lalu ia menaruh kertas itu dan beranjak dari duduknya. Sebelum ia memulai mengajar, tatapan nya kembali mendarat pada Alia yang terus menerus menatap dirinya dengan tatapan misterius. Hal itu tentu saja membuat Putra menjadi tidak konsentrasi saat mengajar.
"Kumpulkan tugas dari saya."
"Maaf pak, tugas yang mana?" Tanya salah satu mahasiswi nya yang bernama Sasa.
"Saya berikan kemarin kan?"
"Tidak ada pak."
"Masa?" Putra mengerutkan keningnya, lalu ia terlihat canggung dengan seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang berada di kelas itu.
"Beneran gak ada? Perasaan ada deh." Putra bersikeras bila dirinya memberikan anak didiknya tugas, pada pertemuan kemarin.
"Tidak ada pak!" Sahut seluruh anak didiknya, kecuali Alia.
"Konsentrasi dong pak.. jangan tidak ada tapi di bilang ada. Kita semua kan jadi bingung," Ucap Alia dengan nada yang sinis.
"Saya minta maaf," Ucap Putra seraya memasang mimik wajah yang tampak kesal kepada Alia. Ia tahu, bila Alia sedang menyindir hubungan dirinya dengan mahasiswi nya itu.
"Ya sudah, buka halaman seratus dua."
Dengan serentak, para mahasiswa dan mahasiswi nya membuka buku mata kuliah yang di pegang oleh Putra.
Selama mengajar, konsentrasi Putra terus terpecah, karena Alia seperti sedang mengawasi dirinya dan menertawakan dirinya yang terancam karirnya akan hancur, bila mahasiswi nya itu berani membuka suara Kepada seluruh mahasiswi dan mahasiswa di Universitas itu. Bahkan, Alia juga mengancam akan melaporkan skandal dirinya dan Putra kepada dekan kampus tersebut.
"Sial! Aku menyesal melayani dirinya! Harus dengan apa aku menyingkirkan bedebah ini!" Batin Putra.
.
.
.
.
"Kami sudah selesai. Apakah bisa di belikan tiket mbak?" Tanya Tasya kepada Riyanti, sekretaris bos di perusahaan dimana Tasya bekerja.
"Duh Tas! Kamu ini buru-buru banget sih. Saya sedang mendampingi Boss di acara penting. Kamu sabar kenapa sih!"
"Tapi mbak.."
"Gak ada tapi-tapi ya Tas! Saya sedang sibuk! Kamu tunggu sampai besok saja!"
Tasya terdiam saat Riyanti menutup sambungan telepon darinya.
"Nasib, kalau kerja sama orang begini banget sih! Aku lebih suka membuka toko kue. Walaupun sedikit, tetapi aku merasa bebas tanpa harus ada tekanan dari orang lain." Keluhnya.
"Kamu bisa bikin kue?" Tasya tersentak dan menoleh kebelakang nya. Terlihat Banyu sudah berdiri tepat di belakang nya dengan tatapan yang begitu teduh.
"Eh.. ma-mas Banyu." Tasya tersenyum canggung dan mengantongi ponsel nya.
"Serius kamu bisa membuat kue? Kue seperti apa?" Tanya Banyu seraya beranjak ke samping Tasya.
"Iya mas, aku bisa bikin kue, cake, dan bolu."
"Memang berbeda ya antara kue, cake dan bolu? Kayak nya sama."
Tasya mengerutkan keningnya, perlahan dia tersenyum geli.
"Dasar lelaki, membedakan hal yang jelas berbeda saja tidak tahu."
"Ya, memang tidak tahu. Maukah kamu memberitahu aku? Misalnya kamu membuat kue dan memberikan contohnya ke saya."
Tasya terpaku saat Banyu mengatakan hal seperti itu kepada dirinya.
"Pasti enak." Sambung Banyu.
Tasya tertunduk malu dan sejenak kemudian ia kembali menatap Banyu yang masih menampilkan wajah datarnya saat berbicara kepada Tasya.
"Insya Allah ya mas. Kalau saya libur, saya buatkan untuk mas dan Putra."
Seketika air muka Banyu pun berubah, saat nama Putra di sematkan Tasya.
"Hari sabtu dan minggu saya libur. Mungkin saya akan mengantarkan pada hari minggu. Gak apa kan mas?"
"Ah, tidak apa-apa. Kalau kamu tidak sempat, kamu tidak usah membuat nya. Maaf, saya terlalu memaksa."
"Tidak kok mas." Tasya tersenyum manis saat mencoba meyakinkan Banyu, bila dirinya sama sekali tidak merasa direpotkan oleh lelaki itu.
"Hmmm.. jadi, kita langsung kembali ke hotel?" Banyu berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Hmmmm, saya lapar mas. Belum makan siang. Kalau mas mau kembali lebih dahulu, tidak apa."
"Tidak, saya akan menemani kamu." Ucap Banyu, tanpa ada keraguan sedikitpun.
Tasya terpana, sekaligus tak percaya dengan apa yang baru saja Banyu katakan kepada dirinya.
"Mau kemana kita? Mumpung masih ada waktu satu malam lagi di sini. Bagaimana bila kita jalan-jalan sambil mencari makanan?"
"Sungguh tidak bisa di percaya!" Batin Tasya.
"Bagaimana?" Tanya Banyu lagi.
"Bo-boleh mas." Ucap Tasya, dengan sikap nya yang salah tingkah.
"Oh iya, pernah ke Lawang Sewu?" Tanya Banyu saat dirinya dan Tasya beranjak menuju ke jalan raya di depan kantor tersebut.
"Oh.. yang horor itu mas?"
"Ya.. ceritanya begitu. Tapi sebenarnya sih, gak begitu juga. Apa lagi siang begini. Biasa saja sih menurut saya."
"Mas pernah ke sana? Mas berani?" Tanya Tasya dengan ekspresi wajah polos nya.
Banyu terdiam sejenak. Angan nya kembali ke lima tahun yang lalu, dimana dirinya sedang menjelajahi Kota Semarang dengan almarhumah Tika. Saat itulah pertama kali Banyu mendatangi gedung bersejarah, milik PT. Kereta Api Indonesia tersebut.
"Mas, aku bosen di kosan terus!" Keluh Tika saat Banyu mendatangi Tika ke rumah kos tempat Tika tinggal sementara di Kota Jakarta.
"Terus?"
"Kemana kek..." Tika mengerutkan dagunya.
Banyu tersenyum geli saat melihat gadis yang ia cintai itu cemberut.
"Ya sudah, mau kemana? Mall? Waterpark? atau....
"Semarang!" Celetuk Tika.
Banyu mengerutkan keningnya dan menatap gadis yang duduk di depan nya itu dengan seksama.
"Kamu yakin? Mau naik apa ke sana?"
"Kereta api atau bis saja. Siang sampai sana kan malam. Nanti kita menginap di hotel, nah.. siang nya baru ke mana itu mas... yang gedung tua itu.. apa ya namanya.. lupa aku."
"Lawang Sewu?"
"Nah iya!" Seru Tika dengan wajah yang semringah.
"Ya sudah. Ayo berangkat."
"Lah, mas gak packing baju?"
"Beli saja di sana. Kamu tuh, mau packing apa enggak?"
"Emang ya.. jadi laki-laki itu enak banget! Gak ribet kayak cewek!" Keluh Tika.
"Mas.. itu ada taksi."
Lamunan Banyu buyar begitu saja saat Tasya menyentuh tangan nya seraya menunjuk sebuah taksi yang beranjak mendekati mereka berdua.
"Ah iya." Banyu melambaikan tangan nya, agar taksi tersebut berhenti dan membawa dirinya dan Tasya ke Lawang Sewu.
Taksi berwarna biru itu pun berhenti tepat di depan mereka berdua. Banyu pun beranjak membukakan pintu taksi itu dan mempersilahkan Tasya untuk terlebih dahulu masuk kedalam taksi itu. Dengan canggung, Tasya mengucapkan terima kasih kepada Banyu. Setelah Tasya duduk, ia pun menatap Banyu yang masih berdiri seraya menatap dirinya dengan seksama.
"Kok tidak di tutup pintunya mas?"
"Bisa geser sedikit?"
"Hah?" Tasya menatap Banyu dengan tak percaya.
"Saya mau duduk." Tegas Banyu.
"Oh.. ku kira mas Banyu mau duduk di depan. Soal nya biasanya begitu kan?" Ucap Tasya dengan canggung.
"Oh, kamu mau saya duduk di depan?"
"Bu-bukan begitu!" Tasya langsung menggeser duduknya dan menatap Banyu dengan tatapan yang bersalah.
Banyu tersenyum jahil, lalu ia beranjak masuk kedalam taksi itu dan lalu menutup pintu. Sejurus kemudian ia menatap Tasya yang masih terlihat bersalah, sekaligus merasa canggung kepada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Kafie73
lha Sedikit2 jahilnya mas Banyu mulai muncul 😄
2022-08-06
2
Muh. Yahya Adiputra
mas banyu mulai nih terusss mau menempel sama tasya dan sikap dinginnya mulai mencair. 😂😂😂
2022-05-12
4
EsterEka.
tasya salting
2022-05-04
2