Tasya termenung di tepi ranjang nya. Ia menatap Rafis yang sudah tertidur lelap di atas ranjang itu. Sedangkan dirinya belum juga dapat tertidur karena ia harus menyelesaikan sedikit lagi pekerjaannya yang sempat tertunda. Tasya beranjak menuju ke dapur, lalu ia membuat segelas cokelat panas untuk menemani dirinya duduk di depan laptop. Setelah cokelat panas itu selesai ia buat, ia membawanya ke ruang keluarga dan mulai membuka laptop nya.
Tiba-tiba saja, ponselnya berdering. Tertera nama mantan mertuanya di layar ponsel itu. Dengan ragu, Tasya meraih ponselnya dan menghela nafas panjang. Bukan tidak ingin mengangkat panggilan telepon tersebut, melainkan dirinya merasa jera dengan segala caci maki yang pernah dikeluarkan mantan mertuanya itu kepada dirinya.
"Mentang-mentang anak saya sudah gila, terus kamu dengan gampang nya mencampakkan dia. Membawa serta cucu saya! Dimana hati nurani mu! Saya pikir menikahkan anak saya dengan saudara sendiri akan bagus, ternyata kalau saudara nya seperti kamu itu, sama saja busuk nya dengan perempuan diluar sana! Dasar tidak tahu diri! masih lebih baik Queen dari pada kamu! kamu tahu itu Tasya!" Maki Ibunya Antoni, kala mereka tersambung dalam sebuah panggilan telepon di suatu senja.
Tasya bukan tidak berani melawan bude nya itu. Tetapi ia merasa benar-benar malas untuk berdebat dengan budenya. Karena sedikit saja bila dirinya salah berbicara, ia akan lebih banyak lagi mendapatkan caci dan maki dari wanita paruh baya itu. Tasya mematikan ponselnya, lalu ia menyandarkan punggung nya di sandaran sofa.
"Entah mengapa, aku benar-benar merasa sangat menyesal pernah menikah dengan Antoni!" Batin nya sebagai manusia membuat ia bergumam seperti itu.
Tiba-tiba saja, wajah Banyu terlintas di benak nya. Entah mengapa lelaki dingin nan tampan itu datang begitu saja, tanpa di undang kedalam pikiran nya. Tasya tersenyum sendiri, kala mengingat senyuman Banyu yang sempat ia lihat kala berbincang dengan dirinya.
"Mas Banyu.." Gumam nya.
Entah mengapa, kala mengingat Banyu ada sedikit kebahagiaan yang muncul di raut wajah Tasya. Entah mengapa juga, pikiran Tasya mulai di serang berbagai hal tentang Banyu. Tasya sendiri pun merasa heran, setelah ia lepas dari mantan suami nya, banyak lelaki yang berniat dekat dengan dirinya. Namun Tasya acuh saja, baru kali ini pikiran nya teralihkan karena seorang lelaki. Yaitu, lelaki dingin nan sedang patah hati.
Tasya menggelengkan kepalanya, dan kembali tersenyum. Lalu ia menyalakan laptopnya dan mencoba asik mengerjakan pekerjaan nya yang tertunda. Tetapi, ia tidak dapat berkonsentrasi sedikitpun. Angan nya selalu berusaha membawa ia berpikir tentang Banyu.
"Duh... ada apa sih!" Keluhnya seraya mengusap wajah nya yang cantik.
...
"Dari mana kamu?" Tanya Banyu saat melihat Putra yang baru saja pulang pada pukul sebelas malam.
Putra yang tidak menyadari ada Banyu di ruang tamu, membuat dirinya terkejut saat kakak nya itu menyapa dirinya.
"Astaga! Aa! Kaget aku!" Putra menepuk dadanya.
"Kamu tuh dari mana? Kenapa baru pulang hampir tengah malam?"
Putra tersenyum dan beranjak duduk menghampiri Banyu.
"Ada deh A'..."
"Cewek?" Tanya Banyu dengan wajah yang datar.
Putra tersenyum misterius. Lalu ia mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celana nya dan membakar sebatang rokok yang baru saja ia keluarkan dari bungkus rokok tersebut.
"Aa tidak mau mengatur-ngatur hidup mu Put, tetapi mempermainkan wanita sama saja merendahkan dirimu sendiri."
Putra terdiam, ia menatap Banyu dalam-dalam.
"Maksud Aa'?"
"Put, bagaimana kamu akan di terima dengan tulus kalau kamu saja tidak tulus dengan wanita? Cari satu yang benar-benar mau kamu nikahi, menikah dan memiliki anak. Jalani hidup dengan baik dan bahagia dalam rumah tangga. Karena tujuan akhir kita adalah keluarga. Usia mu sudah lebih dari usia pernikahan pada umumnya. Cobalah sekali saja serius dengan wanita. Bukan hanya sekedar suka, tidur, dan selesai."
Putra kembali terdiam, dirinya bagaikan tertampar dengan ucapan kakak kandung nya itu. Meskipun dirinya tidak pernah bisa di atur oleh kedua orang tuanya, tetapi ia selalu mendengarkan ucapan Banyu, hanya Banyu lah yang bisa ia segani selama ini. Karena sosok Banyu benar-benar bisa untuk di hormati. Banyu juga memiliki cara untuk mendekati dan berbicara secara pribadi dengan Putra. Maka Putra pun merasa hanya Banyu lah yang dapat di dengar. Karena segala hal yang Banyu katakan memang dapat di cerna oleh dirinya.
"Iya Aa," Ucap Putra.
"Usiamu sudah tiga puluh lima tahun. Kamu tahu, lima belas tahun ke depan, kamu sudah lima puluh tahun. Lima belas tahun itu sebentar saja. Tidak ada yang bisa mencegah waktu berjalan, mereka terus berjalan tanpa bisa bertoleransi dengan penyesalan."
Putra menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Apa yang kamu tunggu? Temukan bidadari mu, berkeluarga lah. Akhiri segala kenakalan kamu."
Putra menatap Banyu yang terlihat santai saat menasihati dirinya.
"Iya A'..."
"Ya sudah, Aa' mau tidur dulu." Banyu beranjak dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamarnya.
"A'," Panggil Putra.
Banyu menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Putra.
"Ya?"
"Apa Aa' nanti akan menikah lagi?"
Banyu terdiam karena pertanyaan dari Putra. Ia menghela nafas panjang dan mencoba tersenyum.
"Hidup harus berjalan, aku akan berusaha menemui orang yang mampu membuka hatiku." Tegas nya. Lalu ia kembali melangkah menuju ke kamarnya.
Putra terdiam, jari jemari nya memainkan batang rokok yang terselip di jarinya. Asap rokok itu melayang memenuhi ruang tamu tersebut. Sesekali Putra menghisap rokok itu dan mencoba berpikir tentang masa depan. Selama ini ia terus bermain-main, hanya Queen yang mampu membuat dirinya memikirkan masa depan. Namun cinta nya di tolak mentah-mentah oleh Queen. Saat ini, belum ada wanita yang bisa membuat dirinya berpikir untuk menikah. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia masih merasa kecewa karena Queen lebih memilih Raka. Namun ia mencoba menepis semuanya hanya karena ia tidak mau terus merasakan sakit hatinya kepada Queen.
Putra menyenderkan punggung nya di senderan sofa. Lalu ia menatap langit-langit ruang tamu itu. Mencoba meresapi setiap kata dari apa yang di ucapkan oleh Banyu. Ya, Putra mulai merasa dirinya harus segera serius dalam suatu hubungan. Menikah, membangun keluarga dan memiliki anak. Dirinya harus mampu move on dari Queen, ini semua demi masa depan nya.
"Ok, aku akan mencari seseorang yang pantas untuk aku jadikan istri, mencintainya dan menikahinya dengan sungguh-sungguh. Aku harus berubah, tiga puluh lima tahun sudah tidak ada waktu untuk bermain-main lagi." Batin nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Muh. Yahya Adiputra
jangan sampai disini putra dan banyu yg kembali bersaing demi mendapatkan tasya😪😪😪
karena tasya pada dasarnya sudah jatuh cinta pada banyu melihat senyum dari duren itu 😍😍😍
2022-04-07
3
Muh. Yahya Adiputra
bagusss banget donk kalau Queen memilih raka, karena kamu tdk lebih baik darinya. meskipun pada dasarnya raka juga tdklah sempurna 😪😪😪
tapi setidaknya dia bertanggungjawab dan tdk seperti dirimu yg plAboy🙄🙄🙄
2022-04-07
1
Muh. Yahya Adiputra
ternyata putra sangat bejat dengan mengandalkan parasnyA😏😏😏
ingat donk kalau apa yg kau lakukan bisa menjadi karma buatmu😤😤😤
2022-04-07
1