"Papa!" Rafis berlari ke pelukan Putra, saat Rafis melihat Putra melangkah ke arah ruang keluarga. Di sana Rafis sedang bermain lego bersama seorang baby sitter yang diamanatkan untuk menjaga Rafis selama Tasya bekerja.
"My boy..." Putra meraih tubuh mungil Rafis dan mendekap nya erat kedalam pelukan nya.
"Rafis rindu sekali sama papa."
"Sama dong." Sahut Putra seraya mengecup pipi lembut bocah laki-laki itu.
"Tapi mama gak ada di rumah pa, mama bekerja."
"Iya, papa tahu. Makanya papa menemani Rafis di sini."
Rafis terdiam dan menatap Putra dengan seksama. Tatapan teduh anak laki-laki itu begitu dalam kepada Putra.
"Kenapa melihat papa seperti itu?" Tanya Putra yang sedang membalas tatapan Rafis.
"Rafis senang pa. Tidak ada mama, tapi papa datang untuk menemani Rafis."
Deg..!
Hati Putra bagaikan terpukul, ia tahu betul nasib seorang single mother yang harus bekerja untuk menghidupi anak nya. Karena Putra memiliki beberapa teman yang memiliki nasib yang sama dengan Tasya.
"Syukurlah bila Rafis senang. Papa membawakan mobil remote control baru untuk Rafis. Kemarin waktu Rafis menang dalam lomba mewarnai, papa belum sempat memberikan Rafis hadiah."
Seketika kedua bola mata Rafis membulat, ia menatap Putra dengan tatapan yang tak percaya, saat Putra mengeluarkan mainan remote control yang sengaja ia belikan untuk Rafis.
"Terima kasih papa!" Rafis memeluk Putra dengan erat. Lalu bersama dengan Putra, ia membuka kemasan yang membungkus mainan tersebut.
Entah mengapa, saat Putra bermain bersama dengan Rafis, perasaan stress, galau dan masalah seakan memudar begitu saja. Ia sangat menikmati detik demi detik dirinya bermain dan dekat dengan bocah lucu tersebut.
Hingga malam semakin larut, Rafis tidak kuasa menahan kantuk nya. Hingga Rafis tertidur di pangkuan Putra. Putra menatap setiap ukiran Tuhan di wajah tampan Rafis. Malaikat yang berwujud anak manusia itu begitu tampan dan menyenangkan. Dengan perlahan, Putra menggendong tubuh Rafis dan membawanya kedalam kamar bocah laki-laki tersebut.
Dengan hati-hati, Putra menaruh tubuh Rafis keatas Ranjang. Lalu dibantu oleh baby sitter, Putra menyelimuti tubuh Rafis dengan Selimut bercorak tokoh kartun milik Rafis. Putra duduk di tepi ranjang dan terus menatap wajah Rafis yang tertidur begitu nyenyak. Wajah tanpa dosa yang semakin menyenangkan saat melihat bocah itu tidur, terus membuat Putra semakin jatuh cinta kepada bocah tersebut.
"Mbak, kata ibu, kapan dia pulang?" Tanya Putra, saat sang baby sitter akan beranjak meninggalkan kamar Rafis.
"Maaf pak, saya kurang tahu." Sahut baby sitter tersebut.
"Oh, jadi belum tahu kapan ibu pulang?"
"Iya pak."
"Apakah ibu sering meninggalkan Rafis seperti ini?" Tanya Putra dengan tatapan khawatir nya.
"Tidak kok pak. Hanya bekerja saja ibu meninggalkan Rafis. Dari pagi hingga habis Maghrib. Setelah itu, ibu menghabiskan waktu dengan Rafis. Masalah ibu keluar Kota, baru kali ini saja kok pak." Terang baby sitter itu.
Putra mengangguk paham. Dalam dunia kerja, tidak ada yang bisa di prediksi. Terkadang, apa yang di luar tugas kita sebagai karyawan, terpaksa harus dikerjakan, karena menang itulah resikonya bekerja untuk orang lain. Berbeda dengan Putra yang memang bertugas untuk mengajar mahasiswa dan mahasiswi nya di kampus tempat dirinya bekerja.
"Oh iya pak, bapak menginap atau pulang?" Tanya baby sitter bernama Mina tersebut.
"Saya pulang. Karena besok saya harus bekerja pagi-pagi sekali."
"Oh begitu. Baik pak..." Ucap Mina.
Putra beranjak dari duduknya dan mengecup kening Rafis sebelum ia meninggalkan kamar bocah tersebut.
"Saya pulang dulu." Ucap Putra saat ia berada di ruang keluarga. Saat itu juga, Mina dan asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Tasya pun mengantarkan Putra ke depan.
"Hati-hati pak,"
"Terima kasih," Sahut Putra saat lelaki itu hendak masuk kedalam mobil milik nya.
Setelah Putra meninggalkan rumah Tasya, Mina dan asisten rumah tangga yang bernama Mbok Siti itu saling bertatapan. Terlihat wajah bahagia masing-masing dari mereka.
"Ya Allah mbok... beruntung sekali bu Tasya mendapatkan lelaki yang perhatian kepada Rafis ya mbok," Ucap Mina seraya menatap mobil Putra yang terus bergerak menjauh dari pandangan mereka.
"Iya Min, sudah ganteng, perhatian sama Rafis. Semoga memang ini jodoh yang Tuhan berikan untuk bu Tasya."
"Aamiin... Mbok. Saya selama ini kasihan lihat bu Tasya. Tidak pernah dekat dengan siapa pun. Sekalinya dekat dengan Pria, eh... dapat yang benar-benar sayang pada anak nya. Kalau kita sebagai perempuan, apa lagi ibu tunggal, pasti meleleh ya kan mbok." Mina tersenyum sendiri, membayangkan betapa cocok nya Tasya dan Putra bila mereka menjadi keluarga.
"Iya, betul itu. Yo wes... istirahat Min. Kamu tutup gerbang nya. Saya tak membersihkan dapur sebentar."
"Ya mbok."
.
Kruyukkkk kruyukkkk..!
Perut Banyu mulai protes, karena menuntut untuk di isi makanan, setelah seharian ia hampir saja tidak merasakan lapar sama sekali. Karena stress menangani pekerjaan nya yang selalu di kejar target. Banyu menutup laptop nya dan meraih ponselnya yang berada di samping laptop. Terlihat jam digital yang berada di layar ponselnya menunjukkan pukul 22.00 waktu Indonesia barat. Banyu pun beranjak dari ranjang nya dan meraih jaket kulit miliknya yang tergantung di lemari kamar hotel tersebut.
"Malam-malam begini dimana mau nyari makan?" Gumam Banyu.
Tetapi meskipun ia bingung mau mencari warung makan dimana, ia tetap bertekad untuk meninggalkan kamarnya untuk menyusuri Kota Semarang pada malam hari ini. Banyu membuka pintu kamarnya dan menatap pintu kamar Tasya yang berada tepat di depan kamar hotel yang sedang ia tempati. Ada perasaan ingin mengetuk pintu yang tertutup rapat tersebut. Hanya saja, Banyu berusaha untuk menahan diri. Ia berpikir bila Tasya pasti sangat lelah dan sudah beristirahat untuk kunjungan ke kantor cabang pada esok hari.
Akhirnya Banyu memutuskan untuk pergi sendirian. Saat ia berjalan di lorong hotel itu, ia melihat lift yang akan tertutup. Dengan cepat ia mengejar lift itu dan menahan lift itu untuk ia dapat masuk tanpa harus menunggu lagi. Saat itu juga wajah cantik seorang wanita menatap Banyu dengan mata yang membulat.
"Mas Banyu!" Serunya seraya membantu Banyu menahan pintu lift tersebut.
Banyu menatap wanita cantik itu dan mulai terlihat salah tingkah.
"Kamu.." Tidak ada kata yang terucap lagi. Banyu langsung menundukkan pandangan nya dan beranjak berdiri di samping Tasya.
Dengan canggung, mereka saling diam. Hingga lift bergerak turun dan membawa mereka berdua ke lobby hotel tersebut.
"Malam-malam begini, kenapa keluar sendiri?" Akhirnya Banyu tidak kuasa bertanya kepada Tasya.
"Hmmm, saya lapar mas," Sahut Tasya.
Banyu tersenyum kecil. Ia merasa mempunyai teman untuk mencari makanan pada malam hari di Kota yang lumayan asing baginya.
"Mas sendiri mau kemana?" Tanya Tasya yang juga terlihat salah tingkah.
"Sama, saya juga lapar," Sahut Banyu dengan sikap yang acuh tak acuh, tanpa menoleh sedikitpun kepada Tasya.
"Ya sudah, kita cari warung makan bersama." Ucap Tasya.
Ting!
Pintu lift pun terbuka. Tasya melangkah lebih dahulu dan di susul oleh Banyu. Tidak ada sepatah katapun dari Banyu. Lelaki itu terus mengikuti langkah kaki Tasya yang berjalan di depan nya dengan tatapan yang terus memperhatikan tubuh wanita itu dari belakang. Tiba-tiba saja Banyu tersenyum sendiri. Kala di dalam pandangan nya terlihat sosok Tika lah yang sedang berjalan di depan dirinya.
Ya, postur tubuh dan bentuk tubuh Tasya sangat mirip dengan Tika. Entah mengapa apa saja tentang Tika selalu ada pada diri Tasya. Hal itu membuat Banyu menjadi canggung dan grogi saat berhadapan dengan Tasya. Ia tampak kesulitan untuk berpikir yang mana hal yang nyata atau hanya tatapan ilusi nya semata. Saat itu ia ingin sekali memeluk tubuh Tasya yang dalam pandangan nya itu adalah Tika. Tetapi, akal sehatnya terus melarang dan mengirimkan sinyal untuk dirinya segera sadar, bila itu semua adalah bayang-bayang ilusi semata.
"Oh iya mas, kita mau ke arah mana?" Tanya Tasya, seraya menoleh dan menatap Banyu yang sedang menatap tubuh nya dengan seksama.
"Mas," Panggil Tasya lagi, Tasya mulai terlihat risih dan ia pun mulai membenahi jaketnya untuk menutupi bagian dadanya yang terlihat tercetak dari balik kaos putih yang membungkus tubuhnya.
"Hah?" Banyu tersadar dan menatap kedua mata Tasya yang sedang mencoba menilai tatapan Banyu sebelum nya pada tubuh nya.
"A-ada apa ya?"
"Ng.... Enggak. Apa tadi?" Banyu terlihat bodoh di depan Tasya yang terus menatap dirinya dengan tatapan curiga.
"Kita mau ke arah mana?" Tanya Tasya lagi.
"Kemana saja." Sahut Banyu yang semakin canggung kala Tasya menatap dirinya dengan tatapan tajam.
"Masa mas Banyu mesum sih! Dari tadi ternyata dia melihat tubuh ku terus dari belakang. Argghhh..! Dasar laki-laki! Apa yang ia katakan memang benar adanya. Dia sangat berbeda dengan Putra. Putra terlihat sangat sopan dan tidak mesum seperti Mas Banyu!" Batin Tasya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Kafie73
lha.... anda terbalik kakak Tasya cantiiik!!
"biarkan wktu yg memberi tahu"
& yg pasti kak Rini yg nentuin😄
2022-08-06
2
Muh. Yahya Adiputra
apa yg kamu lihat tdk serta merta sesuai dengan fakta tasya..
karena nyatanya banyu jauh lebih baik daripada putra yg plaboy.
banyu menatap dirimu seperti itu cuma karena dia membayangkan kalau kamu adalah sosok tika😪😪😪
2022-05-12
4
EsterEka.
wkwkww putra galfok, dan tasya salah persepsi ttg putra
2022-04-25
2