"Pengadilan memutuskan untuk menjatuhkan hukuman selama 20 tahun kepada Steven Percy atas pelecehan dan pembunuhan yang dilakukan kepada saudari Olivia Phyllida." Tok.Tok.Tok. Palu pun diketuk menandakan keputusan final.
"Tiidaaaakkkkk..." Ny. Percy melaung histeris mendengar keputusan pengadilan yang tidak masuk akal. "Anakku tidak mungkin bersalah. Putraku tidak mungkin melakukan hal sehina itu. Keadilan macam apa ini? Ini tidak benar! Putraku tidak bersalah!"
Ny. Percy berseru dengan laungan yang memenuhi ruangan tersebut. Tapi semua yang ada di dalam ruangan itu seakan tuli. Para hakim, jaksa, panitera dan jajarannya segera meninggalkan ruang pengadilan.
Steven menunduk tidak berdaya. Apa lah dayanya. Ia hanya putra dari seorang petani yang tidak memiliki kekuasaan. Skenario sudah diatur. Tersangka sudah ditetapkan. Seorang polisi menepuk pundaknya, memberi isyarat agar ia segera berdiri. Sidang sudah ditutup. Ia harus menjalani hukuman selama 20 tahun. Dan selama itu pula para pelaku berkeliaran bebas di luar sana. Akan ada lagi Olivia-Olivia selanjutnya.
Byur!
Steven mengangkat kepala, ibu dari Olivia menatapnya dengan berang dan penuh kebencian. "Kenapa bukan kau saja yang mati, Sialan! Arrgghh!!" Wanita itu menyerang Steven, mencakar tangan Steven juga menampar wajah Steven berulang kali.
Polisi yang mengaping Steven seakan membiarkan hal itu terjadi. Dua polisi itu tidak melerai ibu Olivia sama sekali.
"Teganya kau melecehkan putriku dan setelah kau puas, kau justru membunuhnya. Apa salah putriku yang malang?" Tangis wanita itu pecah.
"Tidak, jangan memukul putraku. Putraku tidak bersalah Nyonya." Ny. Percy memohon dan berlutut di kaki Ibu Olivia. Steven yang menyaksikan hal itu hanya bergeming. Menatap semuanya dengan tatapan kosong seakan jiwanya sedang tidak berada di dalam raganya.
Memangnya siapa yang masih bisa waras setelah apa yang dituduhkan kepadanya semuanya tidak benar. Dan masa mudanya harus dihabiskan sebagai narapidana. Jika boleh memilih, ingin rasanya Steven menarik pistol salah satu polisi untuk menembak kepala dirinya sendiri. Ya, bagi Steven hukuman mati bahkan lebih baik daripada harus mendekam selama 20 tahun di penjara.
"Menyingkir dariku!" Ibu Olivia menendang Ny.Percy. "Apa kau tidak malu memohon hanya untuk seorang putra yang tidak bermoral? Wanita macam apa kau ini? Putriku dilecehkan dan dibunuh dengan cara yang tidak wajar dan kau mengatakan putramu tidak bersalah? Kau anggap para hakim itu membuat tuduhan palsu? Para polisi itu menetapkan tersangka sembarangan. Oh Tuhan, aku bisa gila. Aku baru kehilangan putriku, bahkan jika aku membunuh putramu, putriku tidak akan kembali."
Ny.Phyllida memang bukan ibu yang baik. Tapi tetap saja kehilangan salah satu putrinya membuatnya tertekan. Apalagi kondisi putrinya begitu mengenaskan.
"Nyonya, putraku tidak mungkin bersalah." Ny. Percy tetap saja mengiba dan memohon. Amarah Ny.Phyllida semakin membuncah. Ditendangnya Ny.Percy dan diterjangnya kembali Steven. Dipukul dan dijambak. Tidak puas dengan semua yang ia lakukan, Ny.Phyllida mengangkat sebuah kursi. Steven yang melihat hal itu masih saja bergeming. Tidak berniat untuk menghindar. Ibunya segera berdiri memeluknya, berniat untuk melindunginya.
Bruk!
Kursi itu dibanting hingga patah. Tidak ada yang terjadi dengan Ny.Percy atau pun Steven. Tapi ada seseorang yang terjatuh di lantai. Pingsan, kehilangan kesadaran. Lexi Stevani Willson. Gadis itu melindungi Ny.Percy.
Steven meneguk salivanya, tapi enggan untuk melihat ke bawah. Pandangannya tetap lurus ke depan seolah Lexi tidak terlihat olehnya.
"Lexi." Mrs. dan Mr.Wilsson segera menghampiri putri mereka. Pax Willson segera mengangkat tubuh putrinya ke dalam gendongannya. Ditatapnya Ny. Phyllida dengan tajam. "Aku turut berduka dan prihatin dengan apa yang kau rasakan Mrs.Phyllida. Tapi apa yang kau lakukan terhadap putriku tidak bisa kuterima begitu saja. Aku akan membuat perhitungan kepadamu jika sesuatu yang buruk terjadi pada putriku." Pax menarik tangan istrinya yang sudah menangisi Lexi untuk meninggalkan ruangan tersebut.
Polisi pun mendorong tubuh Steven agar segera melangkah.
"Jangan membawa putraku, kumohon... Argghh..." Ny. Percy mengerang kesakitan. Perutnya melilit luar biasa dan darah mengucur dari paha wanita itu. Ny. Percy mengalami keguguran sementara suaminya jatuh sakit setelah menerima berita tentang tuduhan yang dilayangkan kepada putra semata wayang mereka.
___
Brugh!
Steven dilemparkan masuk ke dalam sel. Kepalanya bahkan membentur dinding hingga mengirim rasa sakit dan pusing luar biasa. Ia tetap bergeming, tidak menunjukkan rasa sakit itu sama sekali. Seolah ia sedang mati rasa.
"Tahanan 209, mulai sekarang ini adalah kamarmu! Bergaullah dengan baik!" Seru si sipir sebelum menarik pintu jeruji dan menggemboknya.
209, sekarang ia dikenal dengan nama itu. Seorang napi di usia muda atas tuduhan konyol yang tidak berdasar. Benar-benar takdir hidup yang menggelikan. Maniknya perih, ada sesuatu yang mendesak ingin keluar. Tidak berniat menahan bendungan yang akan runtuh, Steve membiarkan kristal bening itu membasahi pipinya. Entah apa yang sedang ia tangisi? Astaga, pertanyaan macam apa ini?! Banyak hal yang ia tangisi. Nasibnya yang menyedihkan memang layak ditangisi. Lagi pula apa yang bisa dilakukan seorang pria remaja miskin setelah rentetan skenario menggelikan dipaksa untuk dilakoninya. Sayang, ia bukan pelakon yang baik dan mungkin tidak akan ada orang di luar sana yang bersedia untuk berganti peran dengannya. Ah, ia lupa, justru ia lah yang sedang menggantikan peran beberapa orang diluar sana. Nasib si miskin yang tidak bisa membela diri.
Dituduh memperkosa dan membunuh seakan tidak cukup, ia harus menyaksikan ibunya kehilangan janin dalam kandungan ibunya. Tidak ada yang tersisa darinya. Ia bukan anak yang baik, bukan anak yang dibanggakan, dan ia juga bukan teman yang baik. Ia hanya bisa menyaksikan semuanya dengan diam. Tidak berkutik.
"209, kesalahan apa yang sudah kau lakukan?" terdengar seruan dari balik punggungnya. Steve tidak berniat menanggapi pertanyaan tersebut. Menanggapi pertanyaan tersebut sama saja mengakui bahwa ia memang bersalah. Membunuh dan memperkosa? Heh?
Pletak!
Sebuah sendal dilempar ke punggungnya. Steve masih enggan untuk menoleh.
"Apa kau tuli?!" hardik pria lainnya. "Apa kau tidak mendengar Riston sedang bertanya kepadamu."
"Dia mencari masalah padamu, Bos."
"Anak ingusan itu ternyata punya nyali juga."
"Kita harus memberi pelajaran padanya." seruan lainnya pun terdengar.
Ruangan tahanan yang ditempati cukup kecil untuk dihuni 11 orang. Bau badan yang berlawanan beradu dengan aroma pesing dari dalam toilet yang tidak memiliki pintu benar-benar sukses untuk membuat seseorang tidak berselera makan. Udara terasa kotor karena ventilasi yang tidak mendukung sirkulasi udara. Steve merasakan mual yang tidak tertahankan, tapi ia tetap memilih bergeming. Ia tidak memiliki cukup tenaga untuk berdiri. Ia masih sangat terkejut. Bolehkah ia berharap jika ini hanyalah sebuah mimpi? Mimpi buruk yang mengerikan.
Sayang, semua ini nyata. Sangat nyata. Steve merasakan tubuhnya melayang ke udara, lalu di dorong ke dinding. Sebuah tangan kekar mencekik lehernya. Mulutnya terbuka, matanya membeliak ke atas, merah mengeluarkan air mata.
Terdengar gelak tawa seolah penderitaan yang dialami Steven adalah sebuah pertunjukkan lawak. Meski merasakan sakit yang luar biasa. Steven tidak berusaha untuk melepaskan diri sama sekali. Mati adalah keinginannya. 20 tahun bukan waktu yang singkat. Ia tidak ingin menjalani hidup secara percuma sebagai seorang napi. Toh, jika ia mati, tidak akan ada juga yang akan menangisinya atau mengenangnya. Mungkin ayah dan ibunya pun sudah tidak sudi mengakuinya sebagai putra.
"Ouh, sepertinya dia berniat ingin mati?" Riston menyeringai iblis. Pria bertubuh raksasa yang dipenuhi dengan tatto. Rambutnya gondrong tidak terawat. Riston melepaskan cekalan tangannya di leher Steve. "Tidak semudah itu, Nak!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Juhairiah Raisa
miris
2023-08-05
0
Lilisdayanti
ya ampun thur aqu berasa nonton pilem layar lebar,,yg di bintangi roxcy 👍🏻👍🏻
2023-06-01
0
~Kaipucino°®™
😏😏😏😏😏
2023-03-29
0