"Menurut sejarah, istilah "Illuminati" mengacu pada Bavarian Illuminati, sebuah kelompok rahasia yang eksis hanya selama satu dekade, dari tahun 1776 hingga 1785. Organisasi tersebut didirikan oleh Adam Weishaupt, seorang profesor hukum Jerman yang sangat meyakini cita-cita Pencerahan (Enlightenment) yang mirip-mirip organisasi persaudaraan lain, Freemason. Freemasonry merupakan organisasi yang tertutup dan ketat dalam penerimaan anggota barunya. Organisasi ini bukan merupakan organisasi agama dan tidak berdasarkan pada teologi apapun."
Pelajaran sejarah, arkeologi dan semacamnya selalu membosankan meski guru yang memberikan pelajaran tersebut cukup menawan. Mr. Arthur Cony, berdiri dengan penuh percaya diri di hadapan siswa dan siswinya dengan raut raut wajah berbeda-beda. Beberapa siswanya tampak tidur secara terang-terangan, beberapanya lagi sengaja menguap lebar-lebar dan menghitung menit demi menit secara terang-terangan kapan pelajaran ini akan berakhir.
"Ini membosankan," Isla menguap untuk kesekian kalinya dan memilih untuk membenamkan wajah di atas meja, mengikuti apa yang dilakukan sahabatnya Lily Oswald yang sudah memilih tidur sejak 10 menit yang lalu.
"Aku tidak mendengar apa yang dijelaskan Mr.Cony, tapi memandangi wajah tampannya sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kenapa dia begitu tampan." Lexi salah siswi yang terlihat masih semangat walau tidak menyimak apa isi dari pelajaran yang disampaikan.
Ya, Arthur Cony, pria berusia 29 tahun itu, memang cukup menawan. Maniknya yang biru selalu berkilat setiap pria itu menyampaikan materinya. Di usianya yang sudah cukup matang, Arthur masih single sehingga banyak para siswi yang berusaha mencuri perhatiannya. Meski menyukai wajah tampan Arthur Cony, Lexi tidak berminat untuk menarik perhatian pria itu. Ia sudah memiliki pria yang ia sukai.
Selain Lexi yang masih setia mengikuti pelajaran Mr. Cony, ada Olivia Phyllida. Gadis manis si penerima beasiswa. Berbeda dengan Lexi, Olivia memang menyimak pelajaran yang disampaikan, bahkan sesekali tangannya menari-nari di atas kertas putih jika ada sesuatu yang penting untuk di ingat.
Sama dengan Lexi, Steven pun demikian. Pemuda itu juga merupakan penerima beasiswa, jadi penting baginya untuk menyimak semua pelajaran meski menurutnya sejarah sangat membosankan.
"Teori konspirasi selalu populer di Amerika Serikat, tetapi selama berabad-abad, Illuminati tidak begitu ditakuti daripada Freemason. Pada 1828, partai Anti-Masonik dibentuk untuk menentang Freemason. Meski akhirnya parpol itu akhirnya mati. Karena Illuminati merekrut banyak anggota di Eropa melalui loji-loji Freemason, susah untuk membedakan dua organisasi rahasia itu. Saling campur baur. Pada tingkat tertentu, paranoia Freemason tumbuh dari pengaruhnya yang kuat di Amerika Serikat. Bagaimanapun, banyak pendiri AS adalah anggotanya. Sejumlah simbol negara AS diduga kuat berasal darin Freemason, salah satunya adalah Eye of Providence -- simbol mata di atas piramida yang ada pada uang dolar -- meski itu tidak ada hubungannya dengan Illuminati Bavaria. Paranoia Freemason bisa membantu kita memahami teori konspirasi tentang Illuminati yang ada saat ini."
"Oh God! Ini membosankan, Mr.Cony. Telingaku berdenging mendengar apa yang kau katakan." Brian menggeprak meja. Bagi pemuda itu tidak ada pelajaran yang menyenangkan. Meski kelakuannya kurang ajar, tidak akan ada satu pun guru yang berani menegurnya. Selain dirinya yang merupakan bungsu dari presiden AS, Yale High School juga merupakan milik keluarganya. "Sudahi pelajaran ini!" Bentaknya dengan wajah garang yang disusul tawa oleh teman-temannya.
Arthur tertawa sumbang meski ia sedikit tersinggung. Sadar dengan statusnya, tidak ada gunanya mencari gara-gara dengan Brian. Pria itu melihat jam tangannya, masih tersisa 10 menit lagi sebelum kelasnya habis.
"Baiklah, kelas kita berakhir sampai di sini." Arhtur masih membereskan buku-bukunya sementara para siswanya sudah berhamburan ke luar.
Lexi menoleh ke belakang melihat pemuda yang menjadi crushnya. Dengan senyum simpul, gadis itu beranjak dari kursinya mendekati sang pemuda.
"Eewww... dia mendekati si cupu lagi," ledek Isla dengan memasang tampak jijik yang ditunjukkannya secara terang-terangan. Ayolah, Lexi adalah primadona sekolah dan menyukai anak seorang petani sungguh di luar ekspektasi semuanya dan yang lebih parah, Lexi menunjukkannya secara terang-terangan, tidak merasa malu sama sekali.
"Sudah lah, abaikan saja dia. Nanti juga dia bosan sendiri." Lily sudah tidak ingin ambil pusing lagi dengan obsesi sahabatnya itu. Lexi sudah jatuh hati setengah hidup kepada Steven Percy, si cupu yang jenius.
Steven Percy sesungguhnya pemuda yang cukup tampan, hanya karena status sosial dan kaca mata tebal yang bertengger di hidungnya membuat ia dipandang sebelah mata.
"Hai," Lexi dengan tingkah malu-malu menyapa Steven yang terlihat masih menyelesaikan catatannya. Pemuda itu mendongak dan tersenyum singkat sebagai balasan atas senyum yang diberikan Lexi kepadanya. "Ibuku membuat bekal yang cukup banyak, kau ingin bergabung denganku?"
Steven menggaruk lehernya yang tidak gatal. Terkadang ia sedikit terusik dengan sikap Lexi yang selalu mencoba mendekatkan diri dengannya. Ia enggan untuk menolak yang nantinya akan berujung petaka padanya. Ia akan digunjing dikatakan tidak tahu malu karena sudah berani menolak primadona sekolah yang juga merupakan putri semata wayang keluarga ternama di New York, Pax Willson.
Melihat reaksi Steven yang kikuk, senyum di wajahnya memudar. "Tidak masalah jika kau tidak bisa. Tapi tolong terima ini." Lexi meletakkan bekalnya di atas meja di hadapan pemuda itu.
"Pasti kau ingin ke perpustakaan bersama Olivia. Kau dan Olivia bisa menikmatinya bersama." Kembali Lexi menyunggingkan senyum manisnya.
Ia sangat menyukai Steven, tetapi juga tahu jika Steven sudah melabuhkan hatinya kepada gadis manis yang duduk di seberang pria itu. Olivia Phyllida. Meski keduanya selalu bersama bagaikan kancing dan baju, tapi Lexi belum pernah mendengar bahwa keduanya menjalin kasih. Jadi menurutnya tindakannya untuk merebut perhatian pemuda itu bukan sesuatu yang salah.
"Baiklah, aku pergi. Bye, Stev... Bye, Olive."
"Bye," jawab keduanya kompak dengan nada canggung.
"Kita makan enak dan sehat lagi hari ini," seloroh Olivia dengan menatap wadah bekal berwarna merah jambu dengan motif bunga sakura. Terlihat sangat manis dan mewah. Olivia menerka-nerka, kira-kira berapa harga wadah tersebut. Ia yakin harganya setara dengan uang belanja mereka selama beberapa bulan, atau mungkin bertahun mengingat mereka hanya makan seadanya dan bahkan terkadang hanya ada roti tawar.
Steven tersenyum canggung mendengar penuturan Olivia. "Ayo kita ke perpustakaan." Steven berdiri dan memasukkan bekal pemberian Lexi ke dalam tasnya. "Aku perhatikan kau tampak serius mendengar materi yang diberikan Mr.Cony."
Olivia mengangguk, "Aku selalu penasaran dengan sekte pemuja iblis yang digadang-gadang bisa mengendalikan dunia."
____
Pletak!
Satu pukulan pelan mendarat di kepala Lexi. Gadis itu mendongak dengan wajah ditekuk kesal. Dari aromanya, ia tahu jika yang melakukannya adalah saudaranya Darren. Memangnya siapa yang berani menyentuh seorang Lexi. Bahkan Brian yang merupakan putra seorang presiden juga tidak mempunyai nyali.
"Mendonasikan makan siangmu lagi, heh?" Darren menarik kursi di sisi Lexi dan meletakkan bekal makan siangnya di hadapan Lexi. "Makanlah."
Lexi menyengir lebar, "Apa aku sudah mengatakan bahwa aku sangat mencintaimu, saudaraku." Lexi segera membuka bekal makan siang milik saudaranya dan segera melahapnya.
"Si Percy itu masih mengabaikanmu?"
Lexi mengangguk semangat, seolah diabaikan seorang pria bukan hal memalukan. "Dia bukan pria murahan. Itu membuatku semakin gencar."
"Ck! kau hanya menyia-nyiakan masa mudamu dengan menyukai pria yang tidak melirik ke arahmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Reksa Nanta
Seperti yang dijelaskan Arthur, Illuminati bukanlah sekte iblis. Atau sekarang kita lebih mengenalnya dengan sebutan Elite Global.
Ini adalah semacam organisasi beranggotakan para pemikir kritis yang terkadang agak meresahkan karena menginginkan dunia berjalan sesuai pemikiran mereka.
Secara kasar kita bisa menyebutnya sebagai kumpulan orang orang Jenius dengan impian gila.
2024-01-29
1
Mynovel
semoga ceritanya gak sad ending
2023-06-20
0
~Kaipucino°®™
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2023-03-05
0