H.U.R.T
New York, 2009.
Yale High School dihebohkan dengan ditemukannya mayat seorang siswi di halaman sekolah dalam keadaan miris. Diduga, sebelum melakukan aksi bunuh diri, siswi tersebut mengalami pelecehan seksual. Ditemukan luka di organ intimnya juga sisa sperrma di paha dalamnya.
Kepala siswi tersebut pecah, diperkirakan gadis itu jatuh dari lantai lima dengan posisi kepala yang pertama mendarat ke bawah yang mengakibatkan tengkorak kepalanya pecah.
Kejadian tersebut tak ayal menarik perhatian media. Yale High School merupakan sekolah international terbaik. Selain predikat tersebut, kejadian ini melibatkan banyak siswa yang merupakan putra, putri dari kalangan elite. Salah satunya adalah putra dari presiden AS dan juga putra, putri dari keluarga ternama Willson. Darren dan Lexi Willson.
Olivia Phyllida, gadis malang yang ternyata merupakan korban bulliying di sekolah. Hanya karena beasiswa yang diberikan kepadanya, ia bisa bersekolah di sana. Olivia mencoba bertahan meski sekolah bagaikan neraka. Ada saja ulah anak-anak lain untuk mengganggunya. Di siram, di kurung di dalam toilet dan bahkan dipukul. Semua hal menyedihkan tersebut ia tanggung demi tetap bisa lulus dari sekolah ternama tersebut.
Dengan predikat lulusan Yale high school, Olivia yang malang percaya jika jalan untuk mengubah masa depannya akan tercapai, masa depan keluarganya.Tapi hari ini, di senin pagi, gadis itu ditemukan tewas dengan keadaan tidak lazim.
Tubuh ringkihnya tergeletak begitu saja hanya dengan ditutupi kertas koran yang sepertinya belum sempat dibaca oleh kepala sekolah. Lalat mulai beterbangan di atas mayat kaku tersebut. Tidak ada yang peduli. Semuanya sibuk dengan rasa penasaran juga guncangan yang mereka rasakan.
Terdengar bisik-bisik antara para siswa yang saling menuduh.
Polisi dan para detektif berkumpul membuat dokumentasi. Beberapa foto diambil dari berbagai sisi. Sebagian diantara para polisi tersebut tampak berunding, mendiskusikan apa yang mereka duga. Mencatat di atas notes mereka. Kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. Hingga akhirnya mereka sampai pada satu kesimpulan bahwa selain diperkosa, gadis itu diduga sengaja dibunuh.
Olivia terlentang kaku dengan mata yang menyalak lebar seolah menunjukkan kemarahan kepada orang-orang yang membully-nya. Lidahnya menjulur keluar, ditemukan memar disekitar leher, lengan, dan kakinya.
Ada banyak ditemukan sidik jari, untuk itulah para siswa dan siswi yang ditemukan sidik jarinya dikumpulkan dalam satu ruangan.
Wajah-wajah yang biasanya tertawa setiap melakukan aksi memalukan mereka terhadap Olivia, kini tampak pucat pasi. Hanya kecemasan yang memenuhi roman wajah mereka. Satu, dua, ada total sepuluh orang yang ada di sana. Brian, putra bungsu sang presiden sibuk menarikan jemarinya di atas ponsel mewahnya. Keringat membanjiri dahinya. Empat temannya yang lain, Fred, Dean, Neal dan Vincent juga tidak kalah panik. Sedangkan dua pria lainnya tampak tenang dalam konteks yang berbeda.
Darren sibuk menenangkan saudarinya Lexi yang sempat histeris melihat mayat Olivia. Dua teman Lexi yang sering membully Olivia, sedang menangis tersedu-sedu. Isla Ginevra dan Lily Oswald.
Steven Percy, meski tampak tenang, tapi sesungguhnya pria itu sangat terpukul. Olivia adalah gadis yang ia sukai. Menemukan tubuh Olivia yang sudah tidak bernyawa lagi membuat jiwanya ikut melayang. Perasaan pemuda itu campur aduk. Marah, muak, sedih, hancur, berbaur jadi satu. Masih jelas dalam ingatannya bahwa jumat sore kemarin ia dan Olivia pergi ke kantor polisi untuk melaporkan pelecehan yang dialami Olivia. Bukannya simpati dengan apa yang dialami Olivia, para polisi itu justru menertawakan mereka dan bahkan menuding mereka sengaja membuat laporan palsu untuk melakukan pemerasan terhadap keluarga dari nama-nama yang Olivia sebut telah memperkosanya. Dan sekarang, ia harus berhadapan dengan para oknum tersebut. Steven tidak yakin jika Olivia akan mendapat keadilan.
Diangkatnya kepalanya yang tertunduk sejak tadi. Menatap satu persatu wajah-wajah menjijikkan yang ada di sana. Ruangan itu mendadak sempit hanya karena dipenuhi oleh orang-orang munafik berbau busuk. Steven menduga-duga, apakah benar salah satu dari mereka sungguh orang yang tega membunuh Olivia. Steven akhirnya sampai pada kesimpulan jika kasus ini tidak akan menemukan titik terang. Yang menjadi tersangka adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh sangat kuat di negara tersebut.
"Darren... Aku tidak mau di penjara. Kenapa aku bisa jadi tersangka hanya karena Olivia memakai jepit rambutku?"
"Sssttt, tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja. Daddy dan Mommy akan segera datang. Kau akan segera pulang bersama mereka. Lupakan tentang apa yang kau lihat di lapangan tadi, oke."
"Ke-kenapa hanya aku? Bagaimana denganmu?" Lexi menatap Darren penuh tanya. Ini bagaikan mimpi buruk baginya. Bagaimana bisa ia dan Darren terlibat dalam pembunuhan, sedangkan membunuh seekor nyamuk saja Lexi tidak tega dan Lexi jelas tahu jika Darren juga tidak akan membunuh, maksudnya Darren bisa saja membunuh mengingat sifatnya yang keras, tapi Olivia bukan targetnya, atau wanita bukan makhluk yang akan Darren sakiti.
"Aku harus memberikan kesaksian, memberikan alibi." Darren mengusap jejak air mata di wajah saudarinya yang cantik.
"Lexi, Darren."
Pintu ruangan dibuka, Pax Willson dan Alena Willson, orang tua dari Willson bersaudara datang menerjang masuk.
"Mom," Lexi menghambur ke dalam pelukan ibunya. "Mom, aku takut, ini mengerikan."
"Mommy di sini, Sayang. Tenanglah. Daddy juga di sini. Semua ada di sini."
Pintu ruangan kembali terbuka, para polisi dan detektif masuk dengan wajah tegang dan murung. Ini pekerjaan sulit bagi mereka. Semua yang menjadi tersangka melibatkan oknum pemerintah, para petinggi negara. Kecuali Steven tentunya. Anak petani biasa.
"Sherif, aku perlu berbicara denganmu. Putriku sangat terguncang dengan apa yang dia lihat. Kami harus membawanya pulang dan kupastikan akan tetap kooperatif saat kalian melakukan penyelidikan terhadap putra dan putriku. Maksudku, silakan melakukannya di rumahku."
Steven menyunggingkan senyum sinis. Keluarga yang lain juga akan melakukan hal yang sama, membawa anak-anak mereka ke rumah hingga pada akhirnya nanti hanya ada negosiasi bukan penyelidikan. Pada akhirnya hanya dirinya yang akan tersisa menghadapi para tikus pengecut itu.
Dan apa yang ia pikirkan terjawab di detik berikutnya.
"Ya, Mr.Willson, kau boleh membawa putra dan putrimu." Salah satu dari detektif di sana menimpali ucapan Pax. Pria itu menarik napas berat sebelum melanjutkan kalimatnya. "Semuanya silakan pulang, kecuali.... Steven Percy. Anda ditahan karena melakukan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Olivia Phyllida."
Seharusnya Steven tidak terkejut lagi jika dijadikan tumbal, tapi nyatanya, dirinya terkejut, sangat terkejut. Jika ia ingin menjadi seorang pembunuh, tentunya ia tidak akan keberatan untuk membunuh semua yang ada di ruangan itu.
"Itu tidak benar! Steven tidak mungkin melakukan itu. Tuduhan macam apa ini."
Steven mengabaikan pembelaan yang dilakukan oleh Lexi. Tidak akan ada yang berubah. Skenario sudah dibuat, tersangka sudah ditetapkan.
"Mom, Dad, Stev tidak mungkin melakukan hal itu. Olivia, dia mencintai Olivia. Jangan biarkan dia dibawa oleh para polisi itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Griselda Nirbita
aku mampir ,. alurnya ini gak bisa di tebak.. bikin para readers mu penasaran aja thor...
2023-10-23
0
BMooniii
2009 baru umur 1 tahun aku kayak nya
2023-10-13
0
pindah rumah
kok bisa gue baru nemu ini novel 😭. baru baca bab 1 udah jatuh hati 😭.
2023-08-18
0