Atmosfer di ruangan itu sangat menegangkan. Ya, Vaya diliputi dengan kengerian yang tak bisa disembunyikannya. Vier masih menyeringai, sorot matanya yang tajam benar-benar sangat menakutkan bagi Vaya.
Vier beranjak dari tubuh Vaya, melangkah mundur dari tempat tidur. Ada rasa puas yang bisa tertangkap jelas oleh Vaya setelah pria itu mengikat Vaya seperti ini.
Vaya terengah-engah, ia sudah terlalu lelah untuk meronta, semakin ia meronta, semakin erat juga ikatan yang membelenggunya.
"Nah, apa yang selanjutnya akan kita lakukan?" tanya Vier menyeringai.
"Vier, lepaskan aku! Kenapa kau harus mengjkatku seperti ini?" tanya Vaya.
"Bukankah sudah kukatakan, agar kau tidak kabur dariku," jawab Vier.
Seringaian Vier benar-benar begitu horor di mata Vaya. Vier mulai membuka dasi kupu-kupunya yang berwarna hitam, berikut tuksedonya. Vier bahkan mulai membuka satu per satu kancing kemejanya.
Vaya terperanjat melihat tatapan Vier yang jelas ingin memangsanya.
"Vier! Aku rasa ini menyalahi kesepakatan kita! Bukankah kau bilang bahwa aku hanya pengantin pengganti? Pernikahan kita hanya untuk statusmu saja?" tanya Vaya.
"Hmm, tapi ya, menikah tetap menikah, kau sudah jadi istriku, dan aku berhak melakukan apa saja terhadapmu!"
Apa?! Melakukan apa saja terhadapku?! Batin Vaya menjerit.
"Vier! Bukankah kau bilang, kau memerlukan kontrak untuk pernikahan ini?" tanya Vaya.
"Hmm, entahlah, aku bahkan harus melihat dulu, apakah kau layak untuk dikontrak atau tidak," Vier kembali menyeringai sambil membuka kemejanya.
Vaya cepat-cepat menutup matanya lalu berguling meringkuk. Ini benar-benar mimpi buruk baginya. Vaya tidak sudi tubuhnya disentuh oleh pria yang pada akhirnya jelas hanya akan menjadikannya sebagai tempat sampah.
Vaya kembali terperanjat saat merasakan tangan Vier perlahan menurunkan ritsleting gaunnya. Vaya kembali berguling, meronta bak cacing kepanasan.
"Tidak! Jangan, Vier! Jangan lakukan! Jangan! Aku ini punya penyakit kulit yang parah! Aku punya kudis, kurap, panu, gatal-gatal!" teriak Vaya.
"Tubuhku ini sangat menjijikkan! Tidak pantas untukmu!" teriak Vaya.
Vier menyeringai melihat betapa takutnya Vaya.
"Baiklah, sebentar aku akan mencarikan obat gatal-gatal untukmu," kata Vier.
"Tidak! Tidak perlu, aku tidak perlu obat gatal-gatal! Kau cukup menjauh saja, jangan dekat-dekat! Nanti kau tertular!" teriak Vaya.
"Tunggulah, aku akan segera kembali, dan kita harus melanjutkan apa yang harus dilanjutkan," tukas Vier masih mempertahankan seringaian horornya.
Ugh! Dasar laki-laki gila! Apa dia itu psikopat?!
Vaya benar-benar tidak tahu harus melakukan apa dalam kondisi tangan dan kaki yang terikat seperti ini. Malam ini ia harus bisa menyelamatkan dirinya dari cengkeraman Vier.
Vaya tidak tahu, berapa lama detik-detik yang telah berlalu. Ruangan berpencahayaan temaram itu masih tetap meninggalkan getaran horor.
Vaya bertahan untuk tidak terlelap. Ia harus terjaga sepanjang malam, mewaspadai serangan dadakan yang mungkin akan dilakukan oleh Vier terhadapnya.
Vaya benar-benar merasa ketakutan. Ia terlalu takut jika Vier benar-benar melakukan hal yang saat ini sangat ditakutinya.
Bagaimana jika Vier menyentuhnya secara paksa?
Oh tidak! Dia benar-benar biadap jika melakukan itu! Pikir Vaya.
Tiba-tiba air mata Vaya mengalir, rasa takut bercampur rasa menyesal menyelimutinya. Seandainya saja ia tidak membuat kebohongan, ia tidak perlu mengalami hal mengerikan seperti ini.
Vaya memutuskan untuk menerima menjadi pengantin pengganti sebagai konsekuensi atas kebohongannya. Namun ia benar-benar tidak bisa menerima jika harus menjadi istri pengganti.
Tidur dengan Vier? Itu tidak boleh terjadi, tidak boleh! Vaya meneguhkan hatinya.
Ia benar-benar tak akan membiarkan Vier menyentuh dirinya seujung rambut pun. Pria penjajah wanita itu tidak layak untuk menyentuhnya.
...*****...
Sinar matahari merambat masuk, mata Vaya mengerjap pelan saat merasa silau. Vaya tersentak kaget, rupanya semalam sia-sia saja ia berusaha untuk tetap terjaga.
Vaya mendapati kedua tangannya sudah tidak terikat lagi. Ia juga tidak lagi merasakan ikatan yang membelenggu kedua kakinya. Gaun pengantinnya juga masih lengkap menempel di tubuhnya.
Bagaimana bisa ikatan pada tangan dan kakinya terlepas?
Apa Vier yang melepaskannya?
Vaya mencoba turun dari tempat tidur, langkahnya terhuyung menuju ke pintu keluar.
Cklek..
Pintu terbuka, sosok Pak Jo, pria minim ekspresi itu membuat Vaya lagi-lagi terlonjak kaget.
"Selamat pagi, Bu," sapa Pak Jo.
"Se-selamat pagi," balas Vaya.
"Selamat pagi, Bu," sapa dua pelayan ikut menyapa Vaya.
"Se-selamat pagi," balas Vaya.
"Bu, Anda harus segera bersiap-siap, Pak Vier sudah menunggu Anda," kata Pak Jo.
"A-apa? Bersiap-siap?" Vaya terperangah.
Dua pelayan segera membawa Vaya ke sebuah ruangan lain.
"Kami akan membantu Anda untuk mandi dan bersiap, Bu," kata salah seorang pelayan bernama Tasya, segera membantu Vaya untuk melepas gaun pengantinnya.
"Apa?! Mandi?!" seru Vaya.
"Ya, Anda harus mandi dan bersiap karena Pak Vier sudah menunggu Anda," jawab Berlina, pelayan yang lain.
"Tidak! Tidak! Aku rasa aku tidak perlu mandi dan bersiap," tolak Vaya dengan cepat.
"Tapi, kami diperintahkan untuk memandikan Anda," ucap Tasya.
Apa?! Memandikanku?!"
"Ke-kenapa kalian diperintahkan untuk memandikanku?" tanya Vaya panik.
"Ini perintah dari Pak Vier," jawab Berlina.
"A-aku akan mandi sendiri! Aku mandi sendiri! Di mana kamar mandinya?!" seru Vaya begitu panik.
Vaya segera memasuki kamar mandi berukuran luar biasa luas. Di dalamnya terdapat bathtub berbahan marmer yang begitu mewah.
Vaya cepat-cepat menepis keterpanaannya pada kamar mandi itu. Saat ini ia harus cepat-cepat membersihkan diri.
Begitu selesai mandi, Tasya dan Berlina yang sudah berjaga di depan pintu kamar mandi menyerahkan sebuah gaun yang harus dikenakan Vaya.
Gaun hitam bertali tipis tersebut memiliki potongan dada yang rendah dan belahan paha yang tinggi.
"Apa Vier juga menyuruhku untuk memakai gaun ini?" tanya Vaya.
"Ini gaun yang disiapkan untuk Anda," jawab Tasya.
Dasar pria cabul! Apa maksud dan tujuannya menyuruhku memakai gaun ini?! Apa untuk memeriksa adanya penyakit kulit yang kuidap? Batin Vaya bergemuruh.
"Maaf ya, aku rasa aku tidak akan mengenakan gaun ini, aku akan mengenakan pakaian yang kubawa saja, apakah kalian tahu, di mana barang-barang bawaanku?" tanya Vaya.
Tasya dan Berlina saling berpandangan.
"Maaf Bu, kami sungguh tidak tahu di mana barang-barang bawaan Anda," jawab Berlina.
"Aduh, aku benar-benar tidak akan mengenakan pakaian ini, aku akan memakai pakaianku saja," sahut Vaya.
Dasar Vier gila! Apa lagi yang sedang direncanakan oleh pria itu?
Apa dia pikir aku adalah boneka yang bisa dijadikan mainannya?
Aku benar-benar tidak bisa menerima ini semua!
Vier benar-benar sudah sakit jiwa!
Argh! Kesal!
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Hanum Anindya
😂😂😂😂
wow dimandikan pelayan gimana rasanya yah! trus ngapain vier harus mengikat tangan vaya? 🤦🤦🤦
2022-10-31
0
Kar Genjreng
turuti saja sudah Vaya... risiko bermain dengan Vier... protes pun ga di denger... yang penting cantik saja 🤣🤣🤣🤣itu kurap dan panu biar tampak..
2022-07-03
0
Senajudifa
kutukan cinta mampir membawa likd dan favorit
2022-06-02
1