Vier keluar dari sebuah mobil mewah berwarna putih. Ia memakai kacamata hitam model aviator, setelan jas hitam berpadu dengan kemeja berwarna biru langit. Ia nampak seperti seorang model yang keluar dari majalah mode. Empat orang penjaga mengelilinginya.
Mike langsung menyambut kehadiran Vier. Kedatangan Vier di perkampungan tempat Vaya tinggal memicu ledakan penonton.
Para tetangga bingung melihat kehadiran Vier yang nampak seperti bintang film yang akan syuting. Bahkan tak segan-segan mereka mencari kru film yang mereka pikir sedang bersembunyi. Melihat antusiasme tetangga di sekitar rumah Vaya membuat Mike terpaksa memanggil kawanan penjaga lebih banyak lagi seperti kejadian di kafe waktu itu.
"Untuk apa kalian ke rumah orang tuaku?" tanya Vaya ke arah Mike.
"Pak Vier adalah orang yang sangat detail," jawab Mike.
"Pak Mike, detail di sini maksudnya apa?" Vaya masih tetap bertanya lantaran tidak merasa puas dengan jawaban dari Mike.
"Nanti Anda akan mengerti apa maksud Pak Vier, Bu Vaya," jawab Mike sambil mengulas senyum misteriusnya.
Vaya mendelik gusar, ia benar-benar merasa malu gara-gara menjadi tontonan para tetangga yang bahkan tak segan untuk mengacungkan kamera ponsel mereka.
Vier melepas kacamatanya begitu Ibu Vaya muncul dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu terkejut melihat kedatangan tamu yang dari penampilannya saja sudah begitu mewah, ditambah ketatnya penjagaan membuat Ibu Vaya awalnya ketakutan.
"Ibu!" Vaya langsung berlari memeluk ibunya.
"Vaya, ada apa ini?" tanya Bu Asih kebingungan.
Mike segera maju menghampiri Bu Asih.
"Selamat siang, saya Mike asisten Pak Vier," Mike memperkenalkan dirinya sambil menjabat tangan ibu Vaya.
"I-iya," Bu Asih tergagap.
Dua orang pria berpenampilan mewah itu jelas membuatnya bingung.
"Selamat siang, saya Vier," kata Vier memperkenalkan diri sambil membungkuk di hadapan ibu Vaya.
Duh Gusti, ada apa ini? Bu Asih terkaget-kaget.
"Boleh kami masuk?" tanya Mike.
"Silakan, silakan," Bu Asih nampak kikuk mempersilakan tamunya masuk.
Vier memasuki ruangan kosong tanpa kursi, hanya ada meja kecil di sudut ruangan yang begitu sederhana.
Bu Asih dan Vaya langsung duduk bersimpuh di lantai. Vier terlihat kebingungan karena tidak terbiasa duduk lesehan. Ia nampak begitu canggung saat kaki panjangnya harus ditekuk agar bisa duduk bersila seperti Mike.
Mike terlihat luwes saat duduk bersila, pose duduknya seperti orang yang biasa berlatih yoga.
"Terima kasih atas kemurahan hati Ibu sudah mengizinkan kami berkunjung," kata Mike selaku juru bicara Vier.
Siapa yang mengizinkan kalian berkunjung? Vaya ngedumel dalam hati.
"Aduh, ya ampun! Justru saya yang harus berterima kasih karena kalian bersedia berkunjung," jawab Bu Asih.
"Saya kemari sekaligus mewakili keluarga kami meminta izin untuk mengambil putri Ibu," lanjut Mike.
Ibu Vaya tertegun, ia menatap ke arah Mike, Vier, para penjaga, dan berakhir pada Vaya.
Vier menatap ke arah Vaya, apakah Vaya belum memberitahu keluarganya perihal pernikahannya? Apa Vaya pikir Vier bercanda?
"Ibu, begini, sebenarnya aku akan menikah," kata Vaya akhirnya.
Bu Asih tertegun mendengar ucapan Vaya.
"Kamu akan menikah?" Bu Asih balik bertanya.
Vaya mengangguk kaku.
"Kapan?" tanya ibu lagi.
"Tiga hari lagi," jawab Mike.
Bu Asih tertegun mendengar jawaban dari Mike. Saat ini lagi-lagi wanita paruh baya itu hanya bisa memandang ke arah Vaya, Vier, Mike, para penjaga, lalu kemudian kembali kepada Vaya.
...*****...
Ibu Asih masih tetap termenung, wanita paruh baya itu masih duduk bersimpuh di lantai. Ini terlalu tiba-tiba untuknya.
Anak perempuan yang sudah dibesarkannya selama lebih dari tiga puluh tahun mendadak akan menikah hanya dalam hitungan hari, tanpa pernah memberitahunya.
"Sudah berapa bulan, Vaya?" tanya Bu Asih setelah cukup lama tercenung sendiri.
"Ibu, ini tidak seperti yang ibu pikirkan," jawab Vaya.
"Jujur, Vaya, tidak mungkin seorang gadis akan menikah begitu mendadak jika itu bukan terpaksa karena keadaan," mata Bu Asih mulai berkaca-kaca.
Kini giliran Vaya yang tertegun, ia tak mungkin bisa mengaku bahwa ia memang terpaksa menikah lantaran telah berbohong. Kebohongan yang dibuat tadinya hanya bertujuan untuk menjadi lelucon, kini membuahkan petaka bagi Vaya.
"Ibu, percayalah padaku, aku bukan gadis yang seperti itu! Apakah selama ini Ibu pernah melihat aku membawa lelaki untuk diperkenalkan sebagai pacar? Aku bahkan belum pernah punya pacar hingga saat ini! Aku lebih baik bekerja dengan baik demi Rian dan Aria, terutama demi Ibu! Ibu harus percaya padaku, terserah orang lain mau berkata apa, yang penting Ibu harus percaya padaku. Aku tidak akan mengecewakan Ibu," beber Vaya berusaha meyakinkan ibunya.
Air mata menetes dari pelupuk mata Bu Asih. Vaya langsung memeluk ibunya.
"Aku sayang Ibu dan adik-adik. Aku adalah tulang punggung keluarga ini, Ibu harus percaya dan mendukungku," kata Vaya sambil menyeka air mata ibunya.
Senyum ibu mengembang.
"Maaf sudah mencurigaimu, Vaya, Ibu percaya anak Ibu tidak pernah mengecewakan Ibu."
"Terima kasih atas kepercayaan Ibu."
"Jadi, dari semua laki-laki yang datang tadi, yang mana calon menantu Ibu?" tanya Ibu.
"Yang memakai jas hitam, Bu," jawab Vaya singkat.
Ibu melongo mendengar jawaban Vaya yang terdengar tidak signifikan. Vaya sendiri benar-benar merasa sungkan untuk mengaku bahwa ia akan menikah dengan Vier.
...*****...
"Apa? Kakak akan menikah?!" seru Rian dan Aria saat ibu memberitahu mereka.
"Kak Vaya mau menikah? Cepat sekali!" kata Aria.
"Aria, waktu seumur kakakmu, Ibu sudah punya dua anak," celetuk ibu.
Vaya menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Makan malam hari ini terasa ramai karena Rian dan Aria terkejut mendengar kabar kakak mereka akan menikah. Mereka juga terkejut karena selama ini mereka tahu bahwa Vaya tidak pernah punya kekasih.
"Tadi kudengar dari tetangga katanya di rumah kita seperti sedang ada syuting film!" tukas Rian.
"Kalian tidak lihat bagaimana hebohnya tetangga berkerumun di depan rumah kita," timpal ibu.
"Kak Vay, diam-diam ternyata punya pacar ya?" goda Aria.
"Kak Vay ikut kencan buta ya?" tanya Rian.
"Kak Vay, seperti apa calon suami Kakak?" tanya Aria.
"Aduh! Kalian terlalu banyak bertanya, Kakak jadi bingung mau menjawabnya. Pertanyaan kalian macam wartawan pemburu gosip saja," jawab Vaya sambil menyuapkan suapan terakhirnya.
"Kalau begitu Ibu saja yang jawab, calon suami kakak seperti apa?" tanya Aria.
"Ibu juga bingung, kakakmu ini tidak pernah membawa lelaki ke rumah. Tapi hari ini begitu banyak laki-laki yang datang dan mereka semua berbaju hitam. Jadi Ibu juga tidak tahu yang mana orangnya," lanjut Ibu.
"Tidak mungkin kan, mereka semua menikahi kakak kalian?!"
Aria dan Rian langsung menepuk kening mereka mendengar jawaban dari ibu.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Rara_Octa
auto ngakak Q thor 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-11-12
0
Hanum Anindya
ibunya pasti kaget deh! kerena ujug ujugnya vaya minta izin menikah, kadang kalau pernikahan Kay gitu mah kekal kok! 😊
2022-10-30
0
Kar Genjreng
kacau ngopo ga tujuk wonge kabeh jas se ireng... Mak Mak sing sabar.... author V gawe cerita koyo gawe guyu dagel..... enak melu .. 😄😄😄😄😄
2022-07-03
0