Vaya tidak bisa berkonsentrasi saat bekerja. Ia merasa kepalanya nyaris pecah lantaran terlalu banyak berpikir. Bahkan Vaya tidak mendengar saat telepon di meja kerjanya berdering berkali-kali.
"Mbak Vaya, dicari Pak Andre," kata Evi sambil menepuk punggung Vaya.
Vaya terkejut hingga rasanya jantungnya akan lepas.
"Ya ampun! Kaget aku!" ceplos Vaya.
"Maaf, Mbak, Mbak Vaya kok gagal fokus begitu?" ucap Evi.
"Haha," Vaya tertawa kecut.
Vaya beranjak dari ruangannya, ia segera memasuki ruangan Pak Andre, manajernya.
"Kau sakit, Vay?" tanya Pak Andre begitu melihat Vaya.
"Maaf, Pak," jawab Vaya sambil memijit belakang lehernya.
"Ini laporan yang harus kau periksa, paling lambat besok siang sudah kembali ke meja saya," kata Pak Andre.
"Baik, Pak, saya permisi dulu," kata Vaya sambil membawa tumpukan berkas setebal bantal.
Ponsel Vaya bergetar, nomor tak dikenal kembali muncul dan membuat Vaya memilih mengabaikannya.
Vaya mengembuskan napas berat dan menjatuhkan diri di kursi begitu ia tiba di ruangannya.
Vaya mulai membayangkan dirinya saat ia harus mendekam di penjara, bagaimana sekolah Aria dan Rian?
Bagaimana dengan kehidupan ibunya?
Ayah Vaya sudah meninggal karena sakit sejak Vaya masih duduk di bangku SMA. Apakah ia setega itu membiarkan ibunya kembali menjadi tulang punggung keluarga?
...*****...
"Aku akan menikah kurang dari seminggu lagi. Kau hanya perlu menggantikan posisi pengantin wanita saja," kata-kata Vier memenuhi isi kepala Vaya.
Menggantikan posisi pengantin wanita, sama saja berarti Vaya harus menikah dengan Vier.
Adakah hal yang lebih gila lagi daripada menikah karena kebohongan?
Mungkin Vaya tak akan susah menolak jika Yoran yang memintanya, tapi ini adalah Vier!
Balas dendam macam apa lagi yang sedang direncanakan pria itu?
Bagaimana mungkin seorang Vier?
Bahkan Vaya tidak pernah bersedia jika pria itu masuk ke dalam mimpinya, apalagi di kehidupan nyata.
Selama Vaya menjadi pemburu cinta, tak pernah terpikirkan bahwa ia akan memburu cinta Vier. Tebersit dalam benaknya pun tidak. Namun Vaya dengan berat hati sudah menjawab bahwa ia memilih untuk menjadi pengantin wanita menggantikan Selena.
Vier tersenyum dingin, entah apa yang ada di pikirannya. Mengapa ia justru meminta pertanggungjawaban seperti itu?
"Vier, kenapa kau memintaku untuk menjadi pengantinmu? Bukankah kau bisa mendapatkan wanita lain yang lebih pantas?" tanya Vaya.
"Kau kan tampan, populer, dan kaya raya, tidak akan ada wanita yang akan menolakmu," lanjut Vaya.
"Kalau aku sampai menikah denganmu, nanti kau yang akan menanggung malu. Aku berkulit gelap begini, kau putih begitu, berdampingan denganmu membuat kita terlihat seperti tahi cicak!"
"Haha! Tahi cicak? Mike, apakah ada tahi cicak setampan aku?" tanya Vier pada Mike.
Mike tidak menjawab.
"Hei, jangan membandingkanku dengan tahi cicak, dasar wanita tidak sopan!" sungut Vier.
"Vier, maaf, aku sungguh minta maaf, tolong maafkan aku! Aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengusik hubunganmu dengan tunanganmu! Aku hanya bercanda," Vaya memohon.
"Hei, menurutmu ketika seseorang melakukan dosa, apakah dosa itu bisa dilimpahkan kepada orang lain?"
"Kau jangan menjadi warganet yang cuma bisa berkoar-koar heboh di media sosial, begitu terciduk polisi lantas membuat video klarifikasi, meminta maaf dari Sabang sampai Merauke, lalu masalah selesai begitu saja!"
"Kau tidak bisa begitu, terlebih terhadapku," lanjut Vier sambil menyeringai.
...*****...
"Aku tidak pantas untuk Vier!" gumam Vaya sambil menarik-narik rambutnya.
Kepalanya benar-benar terasa pusing. Vaya merinding saat entah mengapa tiba-tiba membayangkan dirinya memakai pakaian karnaval untuk pergi ke acara reuni sekolah.
Lima belas tahun berlalu sejak terakhir Vaya bertemu dengan Vier, hanya menyisakan kekesalan di hati Vaya. Dan seketika dalam waktu kurang dari seminggu Vaya akan menjadi istri Vier, meski hanya mengganti posisi kosong yang tercipta karena sebuah kebohongan Vaya.
Mungkin Vaya dulu pernah mengenal sosok Vier sebagai seorang pencinta wanita yang begitu mudah bergonta-ganti kekasih secepat ia berganti pakaian. Tapi itu lima belas tahun yang lalu. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa sekarang Vier bisa mengganti wanitanya hanya dalam hitungan jam.
"Mbak Vaya sakit ya? Lebih baik istirahat, jangan terlalu dipaksakan," kata Evi menasehati.
"Aku baik-baik saja, sungguh," jawab Vaya.
"'Apa sebaiknya ambil cuti? Mbak Vaya sepertinya butuh piknik," usul Evi.
"Sungguh, aku...," perkataan terhenti saat ponsel Vaya bergetar hebat.
Nomor tak dikenal lagi, pikir Vaya yang pada akhirnya menjawab panggilan tersebut.
"Bu Vaya, saya sudah berada di depan kantor Anda," kata Mike di seberang sana.
Vaya menepuk keningnya, asisten Vier benar-benar seperti mesin pencari berjalan.
"Apa saya perlu masuk dan menjemput Anda?" tanya Mike.
"Tidak! Tidak!" sahut Vaya cepat sebelum menutup teleponnya.
"Evi, aku pamit keluar kantor sekarang ya, nanti surat izin menyusul," Vaya menyambar tasnya dan segera meninggalkan ruang kerja.
Vaya segera menemui Mike yang sudah menunggunya. Mike membukakan pintu mobil sedan berwarna hitam dan mempersilakan Vaya masuk. Mike duduk di samping pengemudi, membiarkan Vaya sendiri.
"Pak Mike, ke mana kita akan pergi?" tanya Vaya.
"Nanti Bu Vaya akan tahu," jawab Mike singkat.
Vaya memandang ke luar jendela, matanya menerawang jauh seakan menembus hingga ke ruang angkasa.
...*****...
Semalam Vaya sudah menceritakan pada Mima dan Ibe, mengenai keputusan yang diambilnya.
"Kau benar-benar gila, Vay. Dulu aku pernah pacaran sama Vier, sebenarnya aku malu untuk mengingatnya karena tidak genap dua hari, aku putus dari dia," kata Ibe sambil mengingat-ingat.
"Aku rasa waktu itu, baru satu minggu masuk SMA," lanjut Ibe.
"Aku juga pernah meski hanya dua hari, aku rasa, setelah Ibe putus dari Vier," sambung Mima.
"Karena merasa senasib, kami akhirnya berteman," sahut Ibe.
"Apa kau menangis saat Vier memutuskanmu?" tanya Mima.
"Tentu saja, aku merasa bahwa bergandengan tangan saja kami belum pernah, Vier sudah memutuskan aku tanpa sebab," jawab Ibe.
"Aku juga begitu, akhirnya aku jadi tidak tertarik punya pacar yang seumuran," keluh Mima.
"Begitulah, aku pun akhirnya menjadi orang yang tidak percaya diri, merasa bahwa mungkin akulah yang salah sehingga Vier memutuskanku," kenang Ibe.
"Mungkin aku akan bercerai dengan Vier hanya dalam hitungan jam," kata Vaya bersemangat.
"Menikah bukan permainan, Vay," kata Mima.
"Mima benar, Vay, jujur aku menyesal dengan pernikahanku yang gagal, tapi aku tidak menyesal menikah dengan orang yang kucintai, orang yang kuinginkan," sambung Ibe.
"Apa kau yakin bersedia menikahi Vier? Vier bukan orang yang kau cintai dan kau inginkan, apa kau akan sanggup hidup begitu?" tanya Mima lagi.
"Teman-teman, sungguh aku memang menyesal karena sudah menyebabkan hal ini terjadi. Semuanya karena kesalahanku sendiri, aku harus bertanggung jawab penuh atas kesalahan yang sudah kubuat."
"Vay, Vier tidak hamil, untuk apa kau bertanggung jawab?" celetuk Mima.
"Baiklah, konsekuensi, ini konsekuensiku," Vaya terkekeh.
"Ya, ya, kami hargai keputusanmu," Ibe menimpali.
"Bu Vaya, kita sudah sampai di tempat tujuan."
Suara Mike membuyarkan lamunan Vaya. Vaya tertegun menatap tempat tujuan mereka.
Rumah orang tua Vaya.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Hanum Anindya
jangan jangan vier bohong kalau Selena pendamping hidupnya, supaya vaya cemburu.
masalahnya vier tahu kalau vaya suka sama yoran. haruh
2022-10-30
1
Youleannaa
tahi cicak??? 😆😆 ngekek aku thor,, 🤣🤣
2022-09-30
0
Kar Genjreng
Vaya cinta ❤😘 si no jauh sing penting nikah ae... sopo reti beruntung... idep idep melu undian... nikahi Vier... ha ha😂😂... gagal fokus..
2022-07-03
0