Selamat membaca...
Vaya mengunjungi rumah orang tuanya begitu akhir pekan tiba. Ia mengunjungi keluarganya paling cepat sebulan sekali. Mengingat kesibukan akan pekerjaannya dan jarak tempuh yang cukup jauh antara rumah orang tua dengan kantornya karena Vaya bekerja di kota sebelah.
Begitu tiba di rumah orang tuanya, Vaya langsung disambut pelukan hangat dari sang ibu. Aria, adik perempuannya yang berusia lima belas tahun ikut memeluknya, seakan sudah lama tidak berjumpa.
"Ibu, Aria, kalian ini seperti kita sudah bertahun-tahun tidak bertemu," gerutu Vaya.
"Kak Vaya lho datang sebulan sekali saja, malah bisa lebih," sungut Aria.
"Kak Vay bawa oleh-oleh ya?" Rian adik Vaya yang sudah berusia dua puluh tiga tahun muncul dari dalam rumah.
"Oh, Kakak bawa roti sobek nih, bukan roti buncit seperti perutmu," jawab Vaya sambil menyodorkan empat kotak roti sobek ke perut gembul Rian.
Rian terkekeh sambil memeluk roti sobek kesukaannya itu.
Ibu Vaya bernama Ibu Asih, wanita berusia lima puluh tahun lebih yang sudah menjadi janda setelah suaminya meninggal puluhan tahun lalu ketika anaknya masih kecil-kecil.
Hidup dalam keterbatasan ekonomi harus dijalani oleh keluarga mereka. Tanpa ada sanak saudara yang bisa membantu.
Namun sejak Vaya sudah mulai bekerja, kehidupan perekonomian keluarga mereka pun secara perlahan mulai lebih berkecukupan daripada sebelumnya.
Seperti biasa ritual makan malam bersama pasti dilakukan oleh Vaya dan adik-adiknya.
"Rian, bagaimana kuliahmu? Apa sudah ada tanda-tanda kau mulai menyusun tugas akhir?" tanya Vaya.
"Tugas akhir apanya, Kak, sampai sekarang aku bahkan belum mendapat tempat untuk magang," jawab Rian.
"Ya, pokoknya nanti dicari saja, jangan pilih-pilih," sahut Vaya.
"Aria, sekolahmu bagaimana?" tanya Vaya pada Aria.
"Kak, aku bingung, mau masuk SMA atau SMK ya?" tanya Aria.
"Teman-temanku mau masuk SMK supaya begitu lulus bisa langsung mencari kerja," kata Aria.
"Aria, kamu tidak perlu pusing masalah biaya, ada Kakakmu ini yang masih bisa cari uang, kamu sekolah saja yang benar," sahut Vaya.
"Kamu sendiri bagaimana, Vaya? Sudah ada keinginan menikah belum?" tanya Bu Asih.
"Ibu, Rian dan Aria masih butuh biaya untuk sekolah," sahut Vaya.
"Vaya, sebenarnya Ibu ini sudah risih sekali mendengar omongan para tetangga yang menganggap kalau kamu itu belum juga menikah karena Ibu memaksamu jadi tulang punggung keluarga. Padahal ya, kalau kamu mau menikah, ya menikah saja, Ibu tidak akan melarang," kata Bu Asih.
"Ibu, sudah, tidak usah dengarkan omongan tetangga. Kita tidak minta makan sama mereka. Aku menikah atau tidak, itu bukan urusan mereka," sahut Vaya.
"Ya, Bu, lagipula Kak Vaya kan tidak punya pacar, mau menikah sama siapa?" ceplos Rian.
"Rian?!" Vaya melotot ke arah Rian yang terkekeh.
...*****...
Usai makan malam bersama, Vaya memasuki kamarnya. Ia segera merebahkan diri di kasur. Memandang keliling kamarnya yang tak pernah berubah.
Hanya seprai yang senantiasa diganti secara berkala oleh ibunya. Semua yang ada di kamar Vaya masih sama seperti sejak beberapa tahun terakhir saat Vaya meninggalkan rumah.
Ia membuka lemari pakaiannya. Di antara tumpukan baju, ia mendapati sebuah kotak yang sudah disegel menggunakan lakban hitam bahkan ditempeli kertas-kertas mantra tolak bala, sebutan Vaya untuk kertas-kertas bergambar tengkorak hingga simbol-simbol dari barang beracun hingga mudah terbakar.
Reuni membuatnya terkenang kegilaan masa lalunya. Ia mengambil pisau cutter dan membuka isi kotak itu dengan gairah yang membara. Pertemuannya dengan Yoran membuatnya ingin mengingat kembali kepingan kenangan yang nyaris ia lupakan.
Ketika masih duduk di bangku SMA, Vaya adalah gadis yang ceria dan enerjik. Ia tumbuh menjadi seorang yang begitu memuja dan mengagungkan cinta. Keinginannya sewaktu masih sekolah begitu sederhana. Ia ingin punya pacar yang bisa menemaninya melewati masa-masa indah selama di sekolah.
Tak terhitung betapa banyak pemuda yang sudah menjadi pujaan hatinya. Mulai dari kakak kelas yang tampan, adik kelas yang biasa-biasa saja, teman masa kecil, hingga tetangga sebelah rumah.
Ia bahkan gemar mengoleksi foto-foto lelaki pujaannya, bahkan mendaftar mereka agar ia tak harus dua kali mendapat penolakan saat menyatakan cinta. Kamar tidurnya ia dekor dengan foto-foto pujaan hatinya. Terobsesi, itulah kata yang bisa menggambarkan betapa ambisiusnya Vaya untuk mendapatkan pacar. Ia bahkan menerima gelar kehormatan sebagai pemburu lelaki yang mirisnya selalu berakhir dengan penolakan.
Entah keberanian macam apa yang dimiliki Vaya. Entah urat malu yang sudah putus ataukah terbakar ambisi dan obsesi gila.
Buku daftar nama para pemuda yang sudah menolaknya menjadi sebuah kesimpulan dari isi kotak tersebut. Vaya membaca satu per satu nama yang ia tulis, lengkap dengan tanggal penolakan yang ia terima.
Vaya menemukan selembar foto yang kertasnya sudah menguning dimakan waktu. Satu-satunya foto yang ia miliki saat perpisahan kelas.
Ada sosok Yoran yang menarik perhatian Vaya. Vaya mendekap foto itu, mengingat kembali betapa senangnya ia bisa sekelas dengan Yoran setelah berdoa selama hampir tiga tahun dan di tahun ketiga ia akhirnya bisa sekelas dengan Yoran.
Vaya menatap potret itu lekat-lekat, mengamati sosok gadis yang terlihat berantakan, berkulit kusam dan gelap, dengan rambut lepek dan berminyak. Ia baru menyadari betapa mengerikan penampilannya di zaman itu. Saat itu ia menjadi orang yang membelah cermin lantaran penampilannya yang mengerikan.
Pantas saja ia sering diejek oleh "dia yang namanya tak pantas untuk diingat" sebagai orang yang tak punya cermin.
Setiap hari selalu melakukan pengakuan cinta dan membuat semua pemuda berlari terbirit-birit karena dikejarnya.
Hanya satu nama pemuda yang tidak ada dalam buku itu. Nama yang tidak pernah bahkan dalam mimpi pun ingin ditulisnya dalam buku itu.
Vierlove, lebih dikenal dengan panggilan Vier.
Pemuda yang merasa semua orang begitu mencintainya, begitu memujanya, bahkan menyembahnya.
Jika ia mendirikan sekte, sudah pasti banyak pengikutnya. Pemuda yang selalu berganti kekasih secepat bumi berotasi. Terlalu percaya diri, terlalu ambisius, terlalu angkuh, dan terlalu banyak terlalunya.
Vaya tidak menyukai Vier tetapi ia juga tidak membencinya, ia lebih cenderung mengabaikannya. Terlebih saat ia tahu bahwa Mima dan Ibe pernah menjadi kekasih Vier sebelum berteman dengan Vaya. Betapa menyakitkan saat dibuang oleh Vier dalam kurun waktu kurang dari dua hari bagi Mima dan satu setengah hari bagi Ibe.
Yang penting pernah diantar jemput sekolah dengan mobil sport yang dikemudikan oleh Vier, sudah menjadi kebanggaan di zaman itu. Apalagi status sebagai mantan kekasih Vier begitu tinggi di mata para pemuda. Sampai bisa diibaratkan dengan kopi luwak. Hanya biji kopi terbaik yang mau dikonsumsi luwak.
Hampir semua gadis pernah menjadi kekasih Vier. Mulai dari yang paling cantik, tinggi, dan langsing hingga berwajah standar, gemuk, bahkan kurus ceking.
"Semua gadis itu cantik!" kata Vier.
"Yang tampan itu cuma aku!" lanjutnya dengan penuh percaya diri.
"Semua gadis cantik pasti bisa jadi pacarku, hanya laki-laki yang tidak!"
Gaya bicaranya persis seperti penjual obat di pasar tradisional. Dengan modal ketampanan dan begitu royal membuat para gadis sukarela mempersembahkan diri mereka. Bahkan meski langsung dicampakkan, mereka senang dan bangga sudah menyandang status mantan pacar Vier.
Tunggu! Kenapa aku jadi mengingat Vier?! Pikir Vaya.
Tidakkah sebaiknya Vaya lebih memerhatikan Yoran?
Yoran yang selama ini menjadi obsesinya?
Tidakkah ia berpikir bahwa Yoran bisa saja sudah bertunangan bahkan telah menikah?
Seketika nyali Vaya menciut mengingat bahwa Yoran mungkin sudah tidak sendiri seperti dirinya.
Lamunan Vaya langsung buyar begitu mendapati ponselnya berdering, tertera nomor tak dikenal. Vaya menimbang apakah ia harus menjawab atau tidak lantaran bisa saja itu penipuan berkedok hadiah undian.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Hanum Anindya
jangan jangan vier juga suka sama vaya deh🤭🤭
2022-10-29
0
Hanum Anindya
kisah nyata kakak bukan ini kak? 😂😂😂
2022-10-29
0
Hanum Anindya
wow! cewek jadi play gril nih!
tapi suka deh ceritanya memory SMU, ingetan langsung kesana.
2022-10-29
0