Selamat membaca..
Vaya mematut dirinya di depan cermin, ia berputar-putar sambil mencoba memilih pakaian yang pantas untuk dikenakan di acara reuni. Tidak ada tema busana yang spesifik membuat Vaya kesulitan. Ia merasa tidak memiliki pakaian yang pantas, meski sudah membongkar seluruh isi lemari pakaiannya.
Vaya memiliki kulit sawo matang yang tidak kusam sehingga ia tidak terlihat dekil ataupun gelap yang terlalu eksotis. Seringnya ia mengenakan kaos berkerah saat ke acara santai, atau memakai kemeja biasa. Ia tak terbiasa mengenakan gaun dan sejenisnya.
Ponsel Vaya tak henti-hentinya berdering menampilkan nama pemanggilnya. Mima dan Feybe alias Ibe. Dua nama itu saling bergantian memanggil Vaya.
"Ya, ya, aku segera ke sana," sahut Vaya sambil menutup telepon.
Ia merasa jantungnya berdegup lebih kencang hanya dengan memikirkan bahwa akan bertemu Yoran. Usia memang tidak bisa menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Vaya menyadari bahwa ia terlalu tua untuk berlagak seperti anak baru kemarin sore yang tengah jatuh cinta. Ia sudah mengubur semua masa-masa kelamnya begitu memasuki dunia kuliah, saat itu ia lebih memilih untuk fokus belajar, tidak lagi menjadi pemburu lelaki. Ia bahkan bisa menyelesaikan pendidikan S2 dengan cepat lantaran begitu fokus.
Lima belas tahun berlalu tanpa ada lelaki yang dikejarnya. Bukan berarti orientasi seksualnya beralih, ia masih menyukai lelaki. Namun ia menolak untuk memuja cinta. Bertahun-tahun ia dirundung dengan pertanyaan klise saat hadir ke acara pernikahan teman-temannya.
Kapan menikah?
Sudah punya pacar?
Vaya memilih menghindar dengan jawaban masih belum menemukan yang pas atau masih ingin berkarir lebih lama lagi. Orang tuanya memilih menyerah saat Vaya menolak semua perjodohan bahkan saat ada pria yang datang untuk melamarnya.
Apakah karena Yoran?
Vaya kembali merasakan debaran meski nama Yoran hanya terlintas dalam benak Vaya.
Apakah ia akan pingsan saat bertemu dengan Yoran?
...*****...
Salah satu hotel berbintang lima di pusat kota menjadi tempat reuni SMA. Hotel tersebut juga berada di kawasan pusat perbelanjaan. Tak heran begitu banyak pengunjung yang datang terlebih di akhir pekan.
Vaya dengan terburu-buru memasuki lobi, ia segera berdiri di depan lift. Kebetulan ia berdiri di samping seorang wanita cantik berparas blasteran, rambutnya berwarna cokelat terang, kontras dengan kulitnya yang begitu cerah, memakai gaun merah jambu pucat dengan model kemben selutut, dilengkapi sepatu dan tas dengan warna magenta yang menyala. Ia terlihat seperti model di pagelaran busana yang tersasar, begitulah pikir Vaya.
Pintu lift terbuka, Vaya segera memasuki lift yang membawanya ke tempat acara. Wanita itu melangkah masuk dengan ponsel yang masih menempel di telinga. Ia terdengar merengek karena rupanya sang kekasih pergi lebih dulu sehingga ia harus menyusul.
Vaya berusaha mengabaikan wanita itu, namun dalam lift berdinding cermin tentu saja bayangan mereka terpantul. Vaya berusaha untuk percaya diri, meski kulitnya tidak secerah wanita itu tapi ia merasa masih lebih cantik dari wanita itu. Hanya karena memakai barang kenamaan dan riasan tebal makanya wanita itu terlihat lebih mewah dari Vaya.
Vaya bergegas menuju ke ruang pertemuan yang pintunya tertutup karena rupanya acara sudah dimulai. Ia mencoba mendorong pintu tersebut, terasa berat saat didorong, Vaya nyaris oleng, ia segera berdiri tegak dan melangkah masuk, mengabaikan seseorang yang melewatinya begitu saja.
Vaya segera mencari sosok Mima dan Ibe yang langsung melambaikan tangan begitu melihat Vaya. Semua mata tertuju pada Vaya karena ia datang terlambat, namun Vaya menyadari bahwa pandangan itu tidak sepenuhnya tertuju padanya. Namun pada sosok yang sedang berjalan tak jauh di belakangnya.
Vaya berusaha untuk tidak menoleh namun terdorong rasa ingin tahu ia menoleh, melihat wanita blasteran yang saat ini sedang merangkul seorang pria yang rupanya tadi menjemputnya di pintu masuk.
Vaya mempercepat langkahnya, ia segera menuju ke meja tempat Mima dan Ibe.
Mima adalah seorang ibu dengan dua orang anak. Ia selalu stres karena tidak bisa mengembalikan bentuk tubuhnya. Mima dulu cantik sekali dengan rambut panjang ikal bergelombang, begitu banyak pemuda yang memujanya. Namun Mima menolak karena lebih menyukai pria yang jauh lebih tua. Begitu lulus sekolah Mima memutuskan untuk menikah karena dilamar oleh pria yang berusia sebelas tahun lebih tua. Saat ini anaknya Joey berusia sepuluh tahun sedangkan Ruby berusia lima tahun. Mima tidak membawa anak-anaknya, ia menitipkan mereka di pusat permainan anak di pusat perbelanjaan.
Feybe yang biasa dipanggil Ibe adalah seorang janda tanpa anak. Ibe dulunya gadis pemalu dan pendiam berwajah cantik, ia juga seorang pemuja cinta. Ia bahkan rela kawin lari bersama dengan pria yang katanya sangat mencintainya, namun di tahun ketiga pernikahan, Ibe memutuskan untuk berpisah dengan cinta sejatinya itu. Ia akhirnya memutuskan menjadi seorang petualang cinta yang tak terikat.
"Lama sekali!" protes Mima.
"Kenapa terlambat?" tanya Ibe begitu Vaya duduk di kursinya.
"Maaf," ucap Vaya sambil meringis.
"Siapa mereka?" tanya Vaya sambil mengarahkan pandangan ke pasangan yang kedatangannya begitu menyita perhatian publik.
"Vay, itu Vier dan pasangannya!" jawab Ibe mantap.
"Be, bukankah infonya Vier di Amerika?" Vaya tersentak kaget.
Ibe mengedikkan bahunya.
"Infonya juga seperti itu," sahut Ibe.
"Sepertinya infomu tidak valid, Be," cibir Vaya.
"Di sosial media infonya seperti itu," jawab Ibe membela diri.
"Kalian berdua lihat di sana," tunjuk Mima menengahi kedua temannya.
Mima menunjuk ke meja yang letaknya cukup jauh dari meja mereka.
Yoran sedang duduk bersama teman-teman sekelasnya dulu. Yoran merupakan akronim dari Yoseph Randvale, ia lebih memilih dipanggil Yoran daripada Ocep bahkan Asep. Dulunya Yoran adalah ketua OSIS, sangat dipuja, selain berwajah tampan, ia juga pintar, dan menjadi kesayangan para guru. Banyak yang sangat menyayangkan karena Yoran memilih untuk tidak memiliki akun sosial media sehingga ia terkesan menutup diri.
Tiba-tiba mata Vaya menangkap sosok si wanita Barbie dan pasangannya, Vier. Seluruh sel-sel tubuh Vaya masih mengingat dengan jelas bagaimana rasanya dipermalukan di muka umum. Vaya biasa menerima penolakan tetapi hanya antara ia dan targetnya. Hari itu rasanya Vaya ingin mengubur dirinya hidup-hidup saat pernyataan cinta yang harusnya untuk Yoran justru diinterupsi kehadiran Vier.
Vier nampak menatapnya sekilas namun ia beralih pada pasangannya yang benar-benar mencuri perhatian.
Vier memperkenalkan pasangannya sebagai tunangan yang bernama Selena. Vier bukanlah pemuda yang lima belas tahun lalu selalu berambut ala sikat toilet, nampaknya ia memakai banyak gel rambut agar rambutnya berdiri tajam seperti orang kesetrum. Vier selalu menjadi target operasi potong rambut gratis dari guru penertiban siswa berambut gondrong.
Terlintas sebuah ide untuk membuat Vier merasakan apa yang dirasakan Vaya. Selama lima belas tahun ia harus hidup dalam mimpi buruk yang membuatnya sangat tertekan.
"Mima, Be, coba dengarkan rencanaku," Vaya segera membisiki Mima dan Ibe.
Ibe terkekeh geli disusul Mima. Mereka segera meninggalkan ruang acara yang dirasa mulai membosankan.
Terlihat Vier dan Selena dikerumuni massa. Seperti selebriti sedang diburu wartawan yang menunggu konferensi pers.
Vier terlihat masih tampan meski usianya sudah kepala tiga. Ia mengenakan setelan jas berbahan beludru berwarna biru gelap. Terlihat Yoran bersalaman dengan Vier seperti orang yang sudah lama tidak pernah berjumpa. Yoran dulu memang terlihat akrab dengan Vier semasa sekolah. Mereka sering terlihat kumpul bersama.
"Oh wow, siapa ini?" kata Vier tiba-tiba menegur Vaya yang kebetulan melintas di sekitar mereka.
"Benarkah kau si pemburu lelaki?" sindir Vier.
Vaya hanya diam saat matanya bertemu dengan Yoran.
"Hei, jangan bilang kau masih sendiri!" ejek Vier.
Terdengar tawa mengejek dari para penonton. Vaya merutuk dalam hati, kenapa Vier tak berubah juga?
Lima belas tahun sepertinya belum cukup untuk mengubahnya menjadi manusia seutuhnya.
"Lihatlah, sekarang aku sudah sukses, aku juga punya tunangan yang sempurna, dan kami akan menikah dalam waktu dekat ini," kata Vier sambil berkoar-koar seperti ayam jago yang mengepak-ngepakkan sayap sebelum berkokok.
Mima langsung menarik tangan Vaya dan juga Ibe agar mereka tak terprovokasi ejekan Vier.
Kita tunggu saja siapa yang akan tertawa di belakang, batin Vaya sambil meninggalkan kerumunan Vier.
Begitu melihat Selena menuju ke toilet, Vaya, Ibe dan Mima langsung mengikuti wanita itu. Mima memastikan bahwa tidak ada yang memasuki toilet kecuali mereka.
"Are you Selena, Vier's fiancee? (Apa kau Selena, tunangan Vier?)" tanya Vaya, menyapa Selena.
Selena hanya diam menatap Vaya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"I was one of Vier's ex-girlfriends. (Aku adalah salah satu mantan pacar Vier)" Vaya memperkenalkan dirinya.
"That's right!" Ibe dan Mima ikut menyahut.
"Did you Vier's ex-girlfriend? (Kau mantan pacar Vier?)" tanya Selena.
Vaya mengulas senyum penuh keprihatinan, ia masih berbincang dengan menggunakan bahasa Inggris yang kefasihannya masih di level seadanya.
"Begitulah, kami terlibat cinta terlarang selama di sekolah. Aku pernah mengandung anak Vier namun Vier menyuruhku untuk aborsi," kata Vaya dengan penuh sandiwara.
Ibe dan Mima terlihat mencoba menahan tawa.
"Itu tidak mungkin!" sergah Selena.
"Kalau kau tak percaya kau bisa menanyakan kebenarannya pada Vier!" tantang Vaya dengan penuh keyakinan.
"Bukankah kau dengar sendiri bagaimana Vier mengejekku?" tanya Vaya lagi.
Selena memicingkan matanya, ia mendorong Vaya hingga Vaya nyaris terjatuh, dengan sigap Ibe menopang Vaya.
"Aku tidak percaya!" pekik Selena sambil meninggalkan toilet.
"Aku pun tak percaya, bahwa kau benar-benar jago bersandiwara, Vay!" Ibe kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Sungguh mengagumkan! Wanita itu terlihat seperti waria yang dikejar Satpol PP!" tambah Mima.
"Dari mana kau belajar bersandiwara seperti itu?" tanya Ibe setengah mengejek.
"Mungkin aku cocok untuk ikut audisi bintang sinetron religi," kata Vaya seraya terkekeh geli.
"Apa tidak apa-apa kita mengerjai tunangannya Vier?" tanya Mima mulai ragu.
"Selera humor wanitanya Vier benar-benar buruk kalau sampai ia memercayainya," sahut Vaya enteng.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Erik Kurnianto
sukakkk
2022-12-03
0
Hanum Anindya
susah kalau udah trauma mah
2022-10-28
0
Hanum Anindya
Vaya kok ngajak ngajak baju, siapa yang mau beresin baju nya lagi itu kak.
2022-10-28
0