Selamat Membaca...
Vaya masih asyik bercerita dengan Ibe di pinggir kolam renang. Mima pamit sebentar untuk menjemput Joey dan Ruby dari pusat permainan.
Vaya dan Ibe memutuskan untuk duduk di pinggir kolam renang lantaran mereka terlalu jenuh untuk menghabiskan waktu di ruang acara.
Kolam renang menghadap langsung ke tempat pusat kebugaran, sehingga bisa terlihat para pengunjungnya. Otot-otot menyembul di balik baju olahraga yang dikenakan oleh para pengunjung pria berkulit bersih dan terlihat penuh pesona dengan keringat bercucuran.
"Tidakkah menurutmu mereka seksi, Vay?" tanya Ibe yang mencuri pandang kepada mereka.
"Yoran jauh lebih seksi," jawab Vaya.
"Vay, kau masih mengagumi Yoran hingga detik ini?" tanya Ibe terkejut.
"Menurutmu, apa coba alasanku untuk datang ke acara reuni ini kalau bukan karena Yoran?" tanya Vaya diplomatis.
"Ayolah, Vay, sepertinya kau harus bisa membuang obsesimu pada Yoran! Kau tidak akan pernah berkencan dengan orang lain jika kau masih terobsesi padanya," tandas Ibe.
"Be, kau tahu sendiri bahwa aku sudah lama bertobat untuk tidak memburu lelaki. Tapi begitu melihat Yoran seakan membangkitkan naluriku," keluh Vaya.
"Kau benar-benar sudah gila," Ibe mendorong bahu Vaya.
"Apa perlu aku berteriak memanggil Yoran ke sini? Yoran!" teriak Vaya sambil tertawa.
"Ada yang memanggilku?" sebuah suara menyahut panggilan Vaya.
Vaya merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia merasa darahnya berhenti mengalir. Ia menoleh ke belakang, namun tak ada sosok yang memanggilnya. Begitu ia menoleh ke kiri, ia terperanjat, tubuhnya oleng dan limbung hingga akhirnya ia tercebur ke dalam kolam.
"Hahaha!"
Tawa kembali meledak memenuhi area kolam renang. Semua orang tertawa sambil menunjuk ke arah kolam.
Vaya merasa begitu malu, ingin rasanya ia menenggelamkan dirinya ke dasar kolam.
Yoran nampak kaget melihatnya. Vaya berusaha melangkah pelan-pelan menyusuri pinggir kolam renang. Ia bisa melihat Vier dan orang-orang itu menertawakannya.
Ibe mengulurkan tangannya lalu menarik tangan Vaya, Vaya tergugup saat tahu bahwa kemeja putih yang dipakainya nampak berubah transparan.
Yoran kemudian membuka jasnya dan menyampirkan di tubuh Vaya yang basah kuyup. Semua orang bersorak heboh.
"Aku minta maaf, aku tak bermaksud mengagetkanmu," kata Yoran.
Vaya hanya terdiam, namun dalam hatinya tentu saja ia sangat senang. Vier dan teman-temannya menghampiri Yoran sambil berciee-ciee heboh.
"Yoran, kau tak takut ya nanti diburu oleh si pemburu lelaki?" seruan Vier terdengar penuh dengan nada mengejek.
"Ayo, Yoran, pesta masih panjang!" ajak yang lain.
Yoran terlihat berat untuk meninggalkan Vaya, namun karena desakan teman-temannya, Yoran akhirnya pergi bersama mereka.
Vaya benar-benar berusaha untuk menahan emosinya, kepalanya bahkan sudah menyerupai cerobong asap kereta api saking geramnya terhadap Vier.
"Rasanya ingin kutenggelamkan saja si Vier itu! Mulutnya begitu jahat!" decak Ibe.
"Kalau mulutnya tidak jahat, dia bukan Vier!" sungut Vaya.
"Ayo kita cari tempat untuk mengeringkan dirimu, Vay," ajak Ibe.
"Ada apa ini?" tanya Mima tergopoh-gopoh sambil menggandeng dua anaknya menghampiri Vaya dan Ibe.
"Yoran," jawab Ibe.
"Bukan Vier?" tanya Mima keheranan.
Menurut Mima, orang yang akan begitu tega untuk mengerjai Vaya adalah Vier. Dalam benak Mima bahkan sudah muncul gambaran bahwa Vier mendorong Vaya hingga Vaya tercebur ke dalam kolam.
"Bagaimana mungkin seorang Yoran bisa begitu usil?" Mima masih tak percaya.
"Yoran tidak usil, Vaya saja yang begitu genit panggil-panggil Yoran," celetuk Ibe.
"Maaf ya, aku tidak genit. Yoran saja yang mengagetkanku karena muncul seperti hantu," Vaya membela diri.
"Sudah, yuk, kita keringkan dulu tubuhmu, nanti kau bisa kena flu loh," ajak Ibe.
Vaya, Ibe, Mima dan kedua anaknya bergegas meninggalkan kolam renang. Vaya begitu basah kuyup menerobos ke arah pusat kebugaran.
Dengan bujuk rayu dan pesona Ibe, ia berhasil meminjam handuk dari salah satu pengunjung di pusat kebugaran itu. Mereka juga meminjam kamar mandi yang memiliki fasilitas sauna dan mandi uap.
Mima kembali menemui Vaya dan Ibe setelah membeli pakaian ganti di salah satu butik yang berada di pusat perbelanjaan.
Vaya memakai sebuah gaun berwarna hitam selutut berpotongan sederhana. Ibe memulaskan lipstik berwarna jingga kemerahan yang memberi rona segar pada wajah Vaya. Mima membantu Vaya mengeringkan rambutnya, sesekali mengawasi kedua anaknya yang tampak duduk tenang dengan gawai di tangan mereka.
"Siap kembali ke acara, Vay?" tanya Ibe.
"Sepertinya aku harus pamit, anak-anak sudah mulai lelah," kata Mima sambil menggendong Ruby.
"Baiklah, ini akan menjadi kencanku dengan Ibe," sahut Vaya.
"Oke, sampai jumpa, Mima," Vaya merangkul Mima.
"Sampai jumpa, Mim," Ibe gantian merangkul Mima.
"Sampai ketemu lagi, anak-anak," Vaya mengusap lembut rambut kedua anak Mima.
"Sampai nanti, Joe, Ruby," Ibe mencubit gemas pipi Ruby dan Joe.
Joe hanya mengangguk pelan sambil mengusap pipinya.
Usai berpamitan Vaya dan Ibe kembali ke ruang pertemuan. Semua mata memandang ke arah Vaya usai tersebar kabar bahwa ada seseorang yang tercebur di kolam renang.
Mungkin bisa dimaklumi jika yang tercebur adalah anak-anak, beda halnya jika kejadian ini dialami oleh orang dewasa. Berita-berita miring langsung merebak secepat api yang menyambar bahan bakar kendaraan bermotor.
Vaya menjadi pusat perhatian, ia merasa kikuk saat duduk kembali ke kursinya. Sekilas ia menatap sorot mata dingin milik Vier yang mengarah padanya.
Vaya merasa bahwa Selena pasti sudah mengadu pada Vier dan Vier akan mengamuk padanya.
Benar saja Vier tiba-tiba berjalan ke arahnya.
Huh, benar kan, dia mau mengamuk! Pikir Vaya.
"Lima belas tahun berlalu dan kau masih tampak menyedihkan," celetuk Vier dengan tangan terlipat di depan dada.
Vaya dan Ibe berpura-pura tidak mendengar celetukan Vier. Vaya benar-benar tidak ingin berurusan dengan pria itu.
"Aku heran mengapa kau masih berani memperlihatkan dirimu lagi," lanjut Vier dengan nada penuh ejekan.
Vaya merasa gusar dengan sikap dan perkataan Vier yang begitu mengintimidasi.
Vaya mencari-cari sosok Selena yang tak tampak bak ditelan bumi. Harusnya dengan penampilannya yang menyolok, wanita itu begitu mudah mencuri perhatian.
Vaya berdiri, ia menatap Vier yang terlihat meremehkannya.
"Uruslah urusanmu sendiri," kata Vaya sambil melotot tajam.
"Ayo kita pergi," ajak Vaya pada Ibe.
Keduanya bergegas meninggalkan Vier yang nampak salah tingkah seperti orang tengah dicampakkan kekasih.
"'Kau pikir siapa dirimu?" gumam Vier.
"Oh ya, kalian ada yang melihat tunanganku?" tanya Vier ke arah orang-orang yang mengamati di sekelilingnya.
Vier sudah menghubungi ponsel Selena, namun tidak dijawab. Ia juga sudah mencari namun keberadaan Selena bagai kapur barus yang menguap.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Dara
Lho.....apa kbr dirimu vier?
2023-02-09
0
Erik Kurnianto
hadewh thor
kapur barus
hihi
2022-12-03
0
Umar
thoer vanya itu buruk rupa y shingga gak ad cwok yg mau sma dia atoe fanya jalang y thost
2022-11-20
0