Zero mengikuti Bapak tua itu, ternyata benar yang dikatakannya, di gudang samping rumahnya banyak barang rongsokan yang sudah tidak terpakai.
"Itu Nak, ambillah semua. Tapi kamu harus pakai kendaraan mengangkatnya Nak dan bawa teman."
"Terimakasih ya Pak, jika besok saja saya ambil bagaimana Pak? Biar saya ajak teman kesini," ucap Zero.
"Nggak apa-apa Nak, yang penting minggu depan gudang ini sudah harus dikosongkan dan di bersihkan. Soalnya akan ada banyak tamu, jadi tidak enak jika lingkungan rumah terlihat seperti ini. Anak gadis Bapak ada yang mau melamar dan acara pertunangannya sekitar tiga Minggu lagi."
"Oh...iya Pak, nanti Saya bantu membersihkan dan mengecat temboknya, biar terlihat lebih rapi," ucap Zero lagi yang ingin membalas kebaikan sang Bapak karena telah memberikan barang rongsokan yang sangat banyak.
"Tidak usah Nak, nanti biar Bapak minta ahli cat untuk mengecatnya lagi."
"Nggak apa-apa Pak, saya dan teman saya nanti yang akan mengerjakannya, sebagai ganti karena Bapak telah memberikan barang-barang itu dengan cuma-cuma."
"Ya sudah jika begitu Nak, nanti Bapak tambahin uang capek kalian."
"Saya permisi dulu ya Pak, besok saya balik kesini lagi dan membawa teman sekaligus kenderaan untuk mengangkatnya."
"Silahkan Nak," ucap si Bapak lagi.
Saat Zero membalikkan tubuhnya hendak pergi, dia melihat sebuah mobil mewah masuk ke dalam pekarangan rumah dan keluarlah seorang gadis yang sangat anggun dan cantik dari dalam mobil tersebut.
Zero terpana melihat keanggunan gadis itu dan dia merasa seperti pernah bertemu sebelumnya, tapi Zero tidak ingat bertemu di mana.
Ketika melihat Zero, gadis itu tersenyum lalu menyapanya, "Ternyata dunia ini begitu sempit ya Mas? hingga kita bertemu lagi di sini," ucap gadis itu.
"Kamu mengenalnya Nayla?" tanya si Bapak.
Zero terkesiap saat mendengar si gadis mengenalnya dan ternyata gadis cantik dan anggun itu bernama Nayla.
"Kami pernah bertemu Bah, saat di rumah sakit, waktu Abah meminta Nayla dan Royan untuk menebus resep. Kami sama menunggu antrian di sana Bah," ucap Nayla dengan suaranya yang lembut.
"Oh begitu, Abah bertemu di jalan dan sengaja mengajaknya kesini untuk mengambil barang-barang itu," ucap Abah Nayla sambil menunjuk ke arah gudang.
"Jadi Nona...?" ucapan Zero terputus saat datang seseorang berlari menghampiri Nayla sambil menyerahkan sebuah ponsel yang sedang berdering.
"Non... maaf, ponsel Non tertinggal dan ini Tuan Royan menelephone."
"Terimakasih Pak Iman," ucap Nayla sembari mengambil ponsel tersebut.
"Maaf ya Mas, saya terima telephone dulu," ucap Nayla sembari menerima panggilan di ponselnya.
"Hallo Kak Roy, aku baru sampai rumah, Kakak jangan khawatir ya," ucap Nayla kepada Royan.
"Kamu ngapain dekat-dekat pemulung itu Nay!" bentak Royan hingga membuat Nayla heran.
"Siapa yang Kak Royan maksud?"
"Kamu jangan coba-coba tidak jujur, aku tahu pemulung yang waktu itu di apotik rumah sakit sedang ada di sana kan?"
"Kak Royan tahu darimana jika dia ada di sini? Lagipula, dia ada urusan sama Abah bukan sama aku," jawab Nayla.
"Pokoknya aku tidak mau kamu dekat dengan lelaki manapun atau kamu mau dia celaka!" ancam Royan.
"Dia tidak ada hubungannya denganku Kak, jadi tidak ada alasan untuk Kakak menyakiti dia," ucap Nayla lagi.
"Kamu tahu konsekuensinya 'kan jika tidak menuruti kata-kataku!"
"Terserah Kakak! Aku sudah bosan dengan semua aturan yang Kakak buat," ucap Nayla sembari mematikan ponselnya.
Nayla kesal dengan Royan, dia selalu mengekang pergaulannya hingga membuat Nayla tidak punya teman. Semua yang Nayla lakukan selalu salah di mata Royan, termasuk ingin berteman dengan Zero.
"Non...maaf ya, bukan mau ikut campur, jika kehadiranku di sini membuat kekasih Non marah, sebaiknya aku permisi," ucap Zero sambil menyandang kembali karungnya hendak pergi.
"Tunggu Mas! maafkan Royan yang telah bersikap begitu terhadap Mas. Oh ya, kita belum berkenalan ya? Namaku Nayla," ucap Nayla sembari mengulurkan tangan.
"Aku Zero Ramadhan Non, biasa orang-orang memanggilku Zero."
"Mas tidak usah sungkan, besok kembalilah untuk mengambil barang-barang tersebut," ucap Nayla lagi.
"Terimakasih Non, aku permisi dulu sekalian mau pamit dengan Abah Non."
"Bah...Mas Zero mau pamit," ucap Nayla kepada Abahnya yang masih berbincang dengan Pak Iman sopir Royan yang ditugaskan untuk mengantar jemput Nayla.
"Oh ya, silahkan Nak! jangan lupa ya, besok kembali untuk mengambil barang-barang itu," ucap Abah.
Zero pergi meninggalkan rumah Abah Nayla menuju ke rumah Ahmad. Dia terus menyusuri jalan sambil mulung, hingga tak terasa karungnya penuh dan Zero pun sampai.
Melihat pintu rumah Ahmad tertutup Zero segera mengetuk, tapi tidak ada jawaban. Kembali Zero mengetuk hasilnya tetap sama.
Akhirnya Zero memutuskan hendak pergi, tapi terdengar sayup-sayup suara isak tangis. Zero pun merasa penasaran, dia ingin tahu, siapa yang sedang menangis di dalam rumah.
Zero mendekatkan telinganya ke daun pintu dan benar ada suara orang menangis di dalam. Pirasat Zero mengatakan pasti terjadi sesuatu yang tidak beres terhadap Ahmad atau Ibunya.
Dengan lancang, Zero mendorong pintu rumah Ahmad, ternyata pintunya tidak terkunci. Lalu dia memberanikan diri masuk ke dalam rumah mencari suara tangis tersebut.
Ternyata, adik Ahmad sedang menangis, tubuhnya gemetar, sembari menyembunyikan dirinya dibalik lemari pakaian yang ada di kamar Ibunya.
Dek, keluarlah! Aku Zero, teman kakak kamu, kamu kenapa menangis? Apa yang terjadi denganmu dan kenapa kamu bersembunyi di sana?"
"Kak Zero!" teriak Lusy sambil berlari menghambur ke pelukan Zero dan kembali menangis.
"Ada apa? Coba cerita ke Kak Zero, apa yang terjadi dan kemana Ahmad?"
"Aku takut sendirian di rumah, Kak Ahmad membawa ibu ke rumah sakit Kak. Tadi Ibu tubuhnya kejang, jadi Kak Ahmad di bantu tetangga segera membawa ibu naik becak kerumah sakit."
"Ayo... kalau kamu takut sendirian di rumah, ikut Kakak, kita akan menyusul mereka," ajak Zero.
Lusy pun mengangguk, kemudian mereka keluar dan mengunci pintu lalu berangkat ke rumah sakit. Namun sebelum pergi Zero meletakkan terlebih dahulu karungnya di belakang rumah Ahmad.
Dengan naik angkot Zero dan Lusy akhirnya sampai di rumah sakit Mitra Sejati, Zero segera mengajak Lusy ke bagian pelayanan, dia ingin menanyakan tentang keberadaan Ahmad dan juga ibunya.
"Maaf Mbak, aku ingin bertanya, apakah tadi ada pasien seorang ibu yang di bawa oleh anak laki-lakinya yang cacat tangan, berobat kesini?"
"Oh...Bu Mirna dan anaknya bernama Ahmad ya Mas?" tanya balik seorang perawat.
"Iya benar Sus," jawab Zero.
"Tadi mereka memang berobat kesini, tapi sekarang sudah pulang Mas, baru saja mereka pergi dengan naik sebuah becak," jawab suster lagi.
"Bagaimana keadaan Bu Mirna Sus, apa tidak perlu rawat inap?"
"Tidak Mas, Bu Mirna hanya demam dan tadi pingsan karena beliau kurang darah, tapi dokter sudah memberi obat kok, jika lusa demamnya tidak turun juga, barulah diminta balik untuk control."
"Syukurlah jika begitu, terimakasih ya Sus atas informasinya, kami permisi dulu, hendak menyusul mereka," ucap Zero.
Zero dan Lusy bergegas kembali ke rumah, mereka tidak ingin membuat Bu Mirna dan Ahmad khawatir karena tidak menemukan Lusy di sana.
Untung saja jalanan tidak macet hingga Zero dan Lusy tiba hampir bersamaan dengan sampainya Ahmad dan Bu Mirna ke rumah.
🌟 Mampir yuk sobat dalam karya ku yang pernah ikut di event mengubah takdir versi pria yang berjudul "MENIKAHI CUCU BILLIONER" yang sebentar lagi akan ada audiobooknya ya...(sedang dalam proses) dibuatkan oleh MANGATOON. Cuss silahkan di kepoin.🙏♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
✨Mohammad Yusuf✨🐾🌀🎏
👍👍👍👍👍
2022-09-23
0
Ayi Hadi
lanjuuuut
2022-09-21
0
Lari Ada Wibu
kekekekke mangat ro
2022-08-27
0