"Kemana mereka membawa Ahmad Pak?"
"Jangan Dek, nanti malah kamu ikut kena imbasnya. Apa kamu tidak menyayangi diri dan keluargamu? Bapak sarankan tidak usah ikut campur. Paling nanti juga di lepaskan juga Si Ahmad oleh Beni, dia-kan salah satu sumber penghasilan mereka. Saat ini mereka hanya memberinya pelajaran."
"Aku tidak mungkin membiarkan Ahmad di sakiti Pak, saat ini dia sedang ditunggu oleh ibunya yang sedang sakit. Dia tadi mau membeli obat buat ibunya, kenapa mereka malah menangkapnya. Dasar tidak punya hati!" ucap Zero marah.
"Tolong Pak beritahu aku, kemana mereka membawanya. Aku tidak akan membawa-bawa nama Bapak dan Bapak tidak perlu khawatir, aku pasti bisa membawanya pulang."
"Baiklah Dek, kamu jalan saja lurus, ikuti jalan ini lalu belok ke arah kiri, di sana nanti ada persimpangan, kamu ambil arah ke kanan, nah di ujung jalan nanti mentok ada sebuah gudang tua tidak di pakai lagi sama pemiliknya. Di situlah markas mereka, tempat Beni dan kawanannya setiap hari berkumpul dan menyekap orang yang berani melawannya."
"Apa polisi tidak pernah menindak mereka Pak? Kenapa orang yang meresahkan masyarakat di biarkan saja berkeliaran."
"Sudah pernah, tapi sepertinya ada orang kuat di balik mereka, yang memberikan dukungan. Jadi setiap Beni di tangkap, maka dalam waktu paling lama 2 x 24 jam, dia sudah nampak berkeliaran lagi."
"Oh gitu ya Pak, terimakasih atas informasinya ya Pak. Aku mau coba menolong Ahmad, kasihan Ibunya pasti sedang menunggunya pulang."
"Semoga berhasil dan hati-hati ya Dek."
Zero pun mengangguk, kemudian dia pamit dan pergi menuju tempat dimana Beni menahan Ahmad.
Sebenarnya dalam hati, terselip rasa takut, karena Zero tidak memiliki kemampuan berkelahi tapi dia tidak mungkin mundur, sudah kepalang basah. Masalah Ahmad harus dicari penyelesaiannya, agar tidak berulang kepada yang lain.
"Bismillah," ucap Zero sambil melangkah mendekati gudang tersebut.
Zero menyembunyikan karungnya, lalu dia mulai mengintai. Gudang tua itu sedikit menyeramkan terlihat dari luar, banyak atap yang rusak dan semak belukar tumbuh di sekitarnya.
Dengan mengandalkan semak belukar, Zero perlahan mulai mendekati gudang tersebut. Ternyata hanya ada lima orang saja di dalam termasuk Ahmad yang sedang duduk dan tubuhnya diikat di sebuah kursi.
Zero melihat Beni membuka kain penyumpal mulut Ahmad, lalu Beni berkata, "Kamu pikir bisa melawanku, aku tidak akan kasihan dengan tubuhmu yang cacat. Kami sudah memperingatkan kalian agar selalu memberi setoran, tapi kamu malah terus menghindar."
"Biasanya aku juga setor-kan Bang, tapi karena ibuku sangat membutuhkan obat maka beberapa hari ini aku tidak bisa memberi setoran."
"Tidak ada alasan! Itu masalahmu ngapain musti kamu sangkut pautkan dengan setoran. Kami juga butuh uang, bukan kamu saja yang butuh!" bentak Beni sambil meremas rahang Ahmad, hingga dia ketakutan dan meringis kesakitan."
"Kalian berdua! Ayo geledah kantong bocah ini dan ambil semua yang ada untuk mengganti setoran. Karena kekurang ajarannya yang berani melawanku, maka malam ini kita akan membiarkan dia tidur di sini sendirian. Ayo cepat! Aku tidak bisa mengandalkan Togar. Dia terlalu lemah dan berberbelas kasihan kepada bocah itu."
"Ampun Bang, tolong! jangan ambil uangku, ibuku butuh obat, jika tidak di beri obat, kakinya akan semakin membusuk."
Ahmad pun menangis, dia berusaha bangkit hendak melawan tapi kedua orang itu malah memukulnya hingga Ahmad jatuh dan tertimpa kursi yang terikat dengan tubuhnya.
Togar yang tidak tega melihat Ahmad diperlakukan seperti itupun berlari menolongnya, dan dia menampar kedua orang temannya sambil berkata, "Apa tidak cukup kalian ambil uangnya, dia cacat, coba bila anak kalian di posisinya. Dia berjuang mencari uang demi ibu dan adiknya dengan menjual kacang tanpa mau meminta-minta seperti kita. Masih sanggup kalian menyiksanya. Sungguh biadab kita," ucap Togar sambil meraup wajahnya sendiri dengan tangannya.
Beni yang tidak senang dengan sikap dan perkataan Togar pun segera mendekatinya, lalu dia menampar dan memukul Togar berulang-ulang. Namun Togar tidak mau melawan, walaupun kini bibir dan pelipis matanya sudah mengeluarkan darah.
"Kalian berdua, beri hukuman kepada Togar karena berani melawanku," perintah Beni kepada kedua anak buahnya itu.
Mereka berdua ragu dan terdiam tapi sikap itu malah membuat Beni semakin marah dan mengancam, jika mereka ikut-ikutan seperti Togar yang melawan dirinya maka tidak akan ada diantara mereka yang akan keluar dari sana hidup-hidup.
Kedua orang itupun takut dengan ancaman Beni, lalu keduanya mulai mendekati Togar, tapi Togar tidak mundur sedikitpun. Saat mereka sudah mengangkat tangannya hendak memukul Togar, di saat itu pula Zero pun muncul.
"Kalian sebaiknya menyerah karena tempat ini sebentar lagi di kepung polisi," ucap Zero yang hanya ingin melihat reaksi Beni dan teman-temannya.
Mendengar kata polisi, Beni pun tertawa sambil berkata, "Silahkan saja kamu bawa polisi ke sini, aku tidak takut! paling mereka nanti yang takut dan melepaskan kami kembali."
"Tapi yang pasti, aku tidak akan melepasmu hidup-hidup dari sini!" ucap Beni lagi.
Mereka bertiga mengepung Zero, sementara Togar membantu melepaskan ikatan tali pada lengan Ahmad.
Beni sangat marah, dia memukul Zero bersama anak buahnya, Zero hanya berusaha menghindar dan terus menghindar.
Namun ketika salah satu anak buah Beni hendak memukul Zero dengan kayu yang cukup besar, tiba-tiba saja Zero mampu menangkis bahkan menendangnya hingga berjumpalitan.
Beni dan satu anak buahnya lagi merasa marah lalu mereka berdua mengeroyok Zero. Zero sempat di pukul dan ditarik lengannya hingga sakit, tapi Zero tidak menyerah. Dengan kekuatan super yang entah datang darimana, Zero pun menghajar, memukul, menendang keduanya hingga terpental jauh.
"Ayo silahkan maju! jika kalian ingin terkapar," tantang Zero sambil menggerak-gerakkan tangan dan kakinya layaknya ahli dalam gerakan pencak silat.
Keduanya kembali bangkit dan masih penasaran, masa mereka kalah dengan Zero yang bertubuh, bulat dan kerdil.
Beni dan anggotanya langsung menyerang Zero kembali, tapi na'as, tendangan Zero menghantam telak di ulu hati kedua anak buah Beni dan mereka berdua langsung terkapar dilantai yang kumuh itu, dengan tidak sadarkan diri.
Kini hanya tinggal Beni, Beni geram melihat anak buahnya pingsan, dan dia memanggil Togar untuk membantunya, tapi Togar tidak mempedulikan perintah Beni, dia malah mengobati luka pada pipi dan lutut Ahmad dengan cairan obat Betadine yang masih Togar simpan di dalam kantongnya.
Zero siap siaga, lawannya tinggal yang tangguh dan ditakuti oleh orang-orang sementara Beni sendiri mulai dengan kuda-kudanya dan siap menyerang Zero dengan hantaman dan pukulan yang mematikan.
🌟 Ayo...dukung terus ya sobat, follow, pavorit, vote, like, coment dan rate bintang limanya.
🌟 Terimakasih atas dukungan kalian semua, semoga berkah untuk kita ya...
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Sukliang
seruuuuu
2023-11-25
0
Nurul Hikmah
bantai 🤫
2023-11-09
1
✨Mohammad Yusuf✨🐾🌀🎏
keren Thor
2022-09-23
0